Tuesday, November 6, 2007

Suzuki Hayate / Skywave 125 Trike

Beberapa hari yang lalu, saya dapat telepon dari bro Senaponda. Beliau bercerita tentang sebuah project yang akan dilakukannya. Project tersebut adalah membuat sebuah skuter matic roda tiga atau skutik trike. Skuter yang dipilih adalah Suzuki Skywave 125.

Setelah ngobrol2, maka saya diminta untuk membuatkan sebuah mockup gambar sistem cut n paste seperti yang pernah saya buat untuk Honda Vario. Bro Sena mengirimkan beberapa gambar trike dan gambar2 Skywave yang mungkin bisa didevelop melalui email ke saya.

Di sela kesibukan kerja, saya mulai nyicil satu2, mulai dari memilih gambar yang paling baik hingga menentukan seperti apa nanti bentuk skutik trike imajiner ini. Sayang sekali stock gambar yang diemail ke saya dan stock gambar yang tersedia di internet, baik Hayate maupun Skywave 125, sangatlah minim. Setelah melalui beberapa pertimbangan akhirnya saya putuskan untuk hanya membuat design imajiner dari satu angle saja (sebelumnya diminta dari berbagai angle). Mudah2an dari teamnya bro Sena nanti bisa mengembangkan ke dalam bentuk sketch untuk angle2 lainnya.

Untuk project imajiner ini, saya mengaplikasikan seat dan duck tail dari Suzuki Skywave atau alias dikenal juga sebagai maxi-scooter Suzuki Brugmann. Untuk roda belakang saya mengambil referensi roda ring 12" tapak lebar, tapi bisa juga diganti dengan roda 14" ex velg mobil Jepang. Modifikasi bodi di bagian belakang mau tidak mau harus cetak sendiri, minimal dari bahan fiberglass. Mudah2an project imajiner ini bisa direalisasikan. Amiin...

Wednesday, September 19, 2007

Akhirnya Dia Menyerah Juga

Hari Senin pagi (17/09/07), saya meluncur dari rumah menuju Jakarta via rute biasa yaitu Parung & Pd Cabe. Entah karena bawaan puasa atau saya kurang istirahat, pagi itu Vario tidak saya pacu seperti biasa. Tak terasa satu setengah jam berlalu dan saya pun tiba di kantor. Alhamdulillah nggak ada masalah selama pergi hingga tiba di tujuan.

Malamnya saya terpaksa menginap di kantor, sekalian sahur maksudnya, meskipun bablas juga (tapi tetap puasa koq). Hingga hari kedua, Vario nyaris tak tersentuh. Dipanaskan pun tidak sempat karena saya keburu didera pekerjaan.

Kira2 jam setengah 2 pagi, saya pulang ke kosan. Baru saja sebentar meninggalkan garasi kantor, tiba2 ada suara aneh di bagian belakang Vario saya ketika saya menarik tuas rem belakang. Suaranya persis seperti dua bidang besi yang bergesekan. Saya pikir itu mungkin dari debu yang nggak sengaja masuk ke tromol rem. "Ah, nanti juga hilang sendiri. Tuh kan sudah mulai hilang", gumam saya di dalam hati.

Karena jalan2 utama sudah diportal (maklum kantornya di kawasan perumahan), saya terpaksa melintas gang di kampung warga. Namanya juga jalan kampung, sepertinya saya harus diperiksa secara kejiwaan kalo sampe mengharapkan ada jalan yang di-hotmix. Ketika saya tiba di ujung gang, tiba2 timbul suara gesekan kedua. Kali ini agak beda dengan sebelumnya karena suaranya seperti "mengikut" dengan gerakan mengayun shock belakang. Saya pikir, "Wah, kotor banget nih motor gw. Sampe2 shock belakang juga ikutan bunyi2 begini." Tak lama, suara itu pun hilang dan saya melaju
kembali menuju kosan.

Lega sekali rasanya bisa sampai di kosan tanpa ada masalah ataupun bunyi2an aneh dari Vario saya. Cuaca pagi itu cukup cerah dan anginnya semilir nggak bikin gerah. Saya nikmati waktu tersebut untuk melepas perlengkapan bermotor saya dengan santai dan membuka pintu kosan. Karena teman2 kosan saya sedang tidur pulas, maka saya putuskan untuk mematikan mesin setelah
Vario sudah setengah badan masuk ke dalam pintu kos. Selanjutnya Vario saya dorong menuju spot parkiran.

Kagetnya bukan kepalang, ketika saya dorong justru kali ini bunyi gesekan antar besi kembali terdengar dan bunyinya parah sekali. Tau suara kapur atau kuku yang berdecit di papan tulis dan suka bikin ngilu kan? Nah anggap ini 10 kali lipatnya. Vario pun menjadi susah untuk didorong. Mendadak udara sejuk pagi itu berubah menjadi panas dan pengap. Saya bingung setengah mati tapi juga bersyukur karena masalah ini terjadi setelah saya selamat sampai di tujuan. Apa jadinya kalo masalah ini timbul ketika saya masih di perjalanan?

Saya dudukkan Vario di standar tengah dan saya duduk di sebelahnya sambil mengamati untuk beberapa saat. Pikiran saya segera mengatakan bahwa kemungkinan penyebab bunyi mengerikan ini ada 3:
- Anchor pin patah dan bikin roda nyangkut.
- Kampas rem habis.
- Kampas kopling habis.
Saya menghela nafas sejenak lalu masuk ke kamar untuk berganti pakaian dengan yang lebih santai dan nyaman untuk dipakai main dokter2an dengan si Vario. Lalu dengan sebatang rokok yang menyala terapit di ujung mulut, saya mulai operasi dini hari itu dengan kaki dan bokong dingin (lantainya dingin, bok...).

Saya coba putar roda belakang untuk memastikan dari mana asalnya bunyi sialan itu. Ternyata lumayan butuh tenaga juga untuk memutar si roda. "Wah, gawat nih. Nyangkutnya cukup parah.", pikir saya. Lalu saya coba putar lagi sambil memfokuskan pendengaran saya pada daerah sekitaran tromol belakang. Ternyata bunyi itu berasal dari bagian kopling. Hasil penerawangan saya, (pasti menerawang karena casing CVT belum dibuka) mengatakan bahwa ini kampas koplingnya habis. Selanjutnya saya memutuskan bahwa si Vario harus dibedah lewat operasi kecil.

"Peralatan perang" pun saya siapkan: obeng plus kecil, kunci sok ukuran 8mm dan 17mm (kalo ga salah). Saya pun langsung menjalankan operasi. Tak lama casing CVT sudah terbuka. Saya coba lihat daerah kopling dan...
ADDAUUUWWW..!!!





Masih panas...

"Sial! Lap kotor udah gw buang", saya mengumpat dalam hati. Akhirnya saya putar kembali roda belakang untuk mengamati gejala di kopling. Ternyata memang ada sesuatu yang menyangkut di kopling ini. Kalau kerikil atau debu, rasanya nggak mungkin sampe separah ini bunyinya. Kalau kampas kopling yang habis, saya sendiri belum pernah tau seperti apa bunyinya. Tapi saya tetap berpendirian bahwa suara ini berasal dari dua bidang besi yang bergesekkan.

Saya coba putar kembali untuk melihat kemungkinan ada kerusakan pada si kopling. Sayangnya nggak kelihatan jelas apakah ada kerusakan karena kurangnya penerangan dan saya nggak berani menyentuh koplingnya lagi. Sambil saya perhatikan si kopling, saya pun terus memutar roda belakang hingga akhirnya cukup seret dan bahkan tinggal sedikit lagi dari bisa dibilang nyangkut total. Tiba2 muncul ide gila di kepala saya, "Mumpung macet, ayo bongkar kopling!". Keputusan yang saya ambil ini memang termasuk nekat menimbang saya nggak punya kunci pemegang kopling atau universal holder. Logika saya hanya sebatas kopling nyangkut mungkin bisa cukup menahan saat baut dibuka. 99% nekat dan 1% keberuntungan.

Kunci pun masuk ke baut kopling. Dengan diawali bismillah, mulailah saya memutarnya. Sayangnya si roda juga ikut terbawa berputar. Lalu saya tahan roda belakang dengan kaki saya dan kembali saya putar si baut kopling. Tiba2, seperti ada yang patah dari bagian dalam kopling. Roda pun bisa kembali lancar berputar. Saya terheran2 karena baut kopling sama sekali belum terbuka sedikit pun. Lalu apakah gerangan penyebabnya?

Saat itu kopling sudah agak dingin dan mulai dapat saya pegang. Saya coba putar pelan2 untuk memperhatikan apakah ada sesuatu yang aneh di dalam clutch bell, tapi tak terlihat apa2. Saya putar kembali pelan2, kali ini sambil memperhatikan HiT Clutch dari Dr Pulley yang terpasang di dalam bell. Tiba2 mata saya terpaku pada sesuatu dan kopling saya hentikan agar sesuatu tadi tetap jelas terlihat. Apakah sesuatu itu?

Ternyata salah satu kait di pillow spring patah dan terlepas dari tempat penyangkutnya. Kemudian sisa spring tadi lepas dan bergesek dengan clutch bell. Pastinya ada luka yang cukup dalam mengingat bunyinya yang cukup menyeramkan. Saya sendiri hingga saat ini belum mengecek kondisi bagian dalam dari clutch bell dan si HiT Clutch. Perasaan saya bercampur aduk antara kesal, lega dan heran.

Ketika saya keluarkan sisa spring dan saya perhatikan, pillow spring ini berwarna merah atau varian pillow spring yang paling keras daya renggangnya. Ada sedikit bagian dari spring tadi yang sudah termakan karena gesekan. Bagian kait yang putus sepertinya disebabkan oleh daya putar sewaktu saya mencoba membuka kopling. Seandainya tidak diputar pasti masih utuh, tapi percuma juga karena bagian yang bergesekan sudah tentu habis terkikis jika saya memutuskan untuk mencari bengkel yang punya alat untuk membuka kopling ini.

Saat ini, Vario saya sudah bisa digunakan kembali dan alhamdulillah lancar2 saja. Ada rasa yg sedikit aneh saat 2 buah pillow spring bekerja. Seharusnya menghentak tapi jadi lebih halus. Entah bagaimana mendeskripsikannya. Saya memutuskan harus segera mengganti pillow spring yang tersisa dengan satu set pillow spring yang warna kuning. Jika kondisi memaksa, mau nggak mau saya harus kembali mengganti HiT Clutch dengan kopling orisinil Vario yang sudah karatan dan tersimpan di tas saya sekarang.


---

Ada beberapa pertanyaan yang timbul di kepala saya:
1. Apa penyebab pillow spring tsb bisa lepas dari dudukannya?
2. Kasus ini merupakan kasus kedua yang saya tau mengenai pillow spring putus di jalan. Kasus pertama kalo nggak salah dialami oleh mas Dian Anhar dengan Kymconya di Surabaya. Adakah benang merahnya?
3. Apakah saya tetap dapat menggunakan HiT Clutch atau harus pensiun dan kembali ke kopling orisinil?


Mudah2an jawabannya segera bisa diketahui. Let's hope for the best.

Thursday, July 19, 2007

[Intermezzo] Ini Kandang Kita

by Aria Gorba Hamdani also posted at my Multiply page
Hari itu gw dan orang2 kantor gw pergi ke Senayan untuk nonton pertandingan bola AFC antara Indonesia melawan Korea Selatan. Di kantong cuma ada duit 35 ribu, KTP dan hape GSM gw. Mobil diparkir di Lapangan Tembak, udah gitu berangkatlah kita jalan kaki ke stadion. Sepanjang jalan para pendukung Indonesia terlihat berjalan dan seolah bergerombol. Lucunya, boss2 gw yg keturunan China sempet disangka pendukung Korea. Padahal jelas2 mereka pada pake kaos pendukung dengan tulisan INDONESIA gede di dada. Hahaha!
Pak Mus (supir kantor) jadi penunjuk jalan. Kita masuk dari pintu besar yg kanan di Parkir Timur. Dari awal masuk aja, penjagaannya udah ketat. Sampe2 banyak tentara yg disiapin bawa senapan AK (kayaknya tipe 101). Di beberapa titik, tiket harus dikasih lihat ke yg jaga. Begitu mendekat ke stadion, sorak sorai penonton di dalam udah mulai kedengeran. Gila! Begidik gw ngedengernya. Suasana senang dan antusias campur aduk di hati gw. Pas banget! Petunjuk Gate XII berwarna merah tepat di depan mata. Setelah nanya sama official, kita dikasih tunjuk pintu masuknya di section 22C Lower. Di titik ini banyak korek api yg disita, tapi koq punya gw nggak diambil ya sama pak polisi yg meriksa? Selain korek, segala macem bentuk minuman yg dikemas nggak boleh dibawa masuk. Boleh sih, tapi isinya doang. Panitia udah nyiapin kantong plastik dan sedotan. Wah, hebat juga masih mikirin penonton yg nggak rela ngeluarin duit 10 ribu buat beli segelas kecil Coca Cola. Sewaktu kita masuk ke arah area tempat duduk, suasana langsung terasa beda...
"Gila! Deket banget sama lapangan!!" Tau2 ada yg manggil nama gw. Pas gw nengok, eh ternyata si Ian, sepupunya pacar gw. Daerah tempat duduk dia enak, agak tinggi di atas dan gampang cabut kalo ada apa2. Gw kebagian duduk di kursi deret O nomer 9, lebih dekat ke lapangan sekaligus bikin leher pegal, soalnya gw harus banyak nengok ke arah serong kiri di mana titik tengah lapangan berada. Udah gitu giant screen yg di sebelah kanan gw mati entah kenapa. Sial, jadi lebih banyak lagi nengok ke kirinya kalo begini sih.

Stadion Senayan dipenuhi warna merah dan putih. Sebenernya sayang sih... lebih baik kalo dari panitia bisa kompakan nyuruh supporter pake seragam (minimal kaos lah) warna hijau yg senada dengan kaos Timnas. Sambil menunggu, penonton yg ada di tribun semua bikin yell-yell dan nyanyiin anthem yg entah gimana liriknya itu. Wow! Rame banget sampe2 tribun keliatan penuh dan padat. Banyak spanduk2 yg dipajang oleh penonton, mulai dari yg sifatnya mendukung Timnas sampai yg sedikit nggak nyambung (bendera kesebelasan dibawa2). Tapi ada satu banner yg menarik perhatian kita, tulisannya:
"PERSETAN JAMBOREE SUPPORTER. DUKUNG TIMNAS KITA. PANGGILAN JIWA."
Wow! Sampe segitunya mereka. Pantesan heboh banget penonton di area itu.

Ada hal yg unik buat gw selain kehadiran Pak SBY dan Ibu Ani di stadion. Di giant screen diputerin berbagai iklan sponsor. Yg unik bukan itu sih... itu mah basi lah. Mana penataan sound systemnya jelek banget dan gak klop sama arsitektur stadion, bikin suara jadi muter nggak karuan. Yg unik justru teaser AFC group D yg ditayangin di giant screen. Di teaser itu dikasih liat kapten2 kesebelasan 4 negara di group D sekaligus ada highlight pertandingan. Lalu gw ngeliat ada satu wajah Indonesia yg cukup diblow up, yaitu wajah sang kapten: Ponaryo. Keren banget eksekusi bumpernya, sampe2 image "katrok" yg sering terlintas di benak gw tiap ngedengar "sepak bola Indonesia" langsung sirna. Ada sih satu scene waktu Ponaryo bergaya kayak lagi ngebenerin rambut ala pria Brisk. Ah! Sh*t lah, genk! Gak penting banget deh scene itu, tapi akhirnya gw geli sendiri juga sampe ketawa bareng temen2 kantor gw gara2 scene itu.

Tiba2 penonton bersorak "BOOOO!!!" Ternyata kesebelasan Korea Selatan udah memasuki lapangan untuk pemanasan dulu. Sambil ikut nge-boo-in, gw perhatiin pemain2 Korea keliatan udah siap banget secara fisik dan mental. Sesi pemanasan mereka pun nggak lama dan mereka lebih banyak latihan gocek2an dan oper2an. Percaya deh, ngopernya niat2 semua alias kencang2 nendangnya. Udah gitu ngegoceknya beneran pake power seolah2 itu sparing partnernya emang musuh dia beneran. Hebatnya lagi, bisa gw bilang 90% operan mereka itu tepat sasaran. Wow! Timnas kita kayak apa ya?

Ketika Timnas memasuki lapangan, penonton pun bersorak girang seolah superhero mereka telah datang untuk menyelamatkan dunia. Sambil mengingat apa yg dilakuin sama tim Korsel di saat pemanasan, gw merhatiin juga Timnas kita untuk perbandingan. Ternyata... Waduh! Koq basic2 banget pemanasannya dan kelamaan banget. Mana latihan oper2annya? Mana latihan gocek2annya? Koq gak ada?? Apa gw kelewat ya?? Masa cuma gw doang yg ngeliat?? Yg lain kenapa masih sorak2 aja sih?? Mulai was-was deh gw...
Nggak kerasa waktu berlalu, seremonial pembukaan pertandingan pun dimulai. Seremonialnya biasa banget, tapi mungkin udah dibikin standarisasi kayak gitu. Ya udah... lanjut! Kedua team memasuki lapangan. Pertama lagu kebangsaan Korea Selatan dinyanyikan. Para atlitnya udah kayak tentara waktu lagu kebangsaan dikumandangkan. Berdiri tegak, tangan kanan menyilang dan telapaknya diletakkan di dada kiri, posisi berdiri agak menyerong ke arah kiri. Rapi sekali,keliatan banget negara yg penuh disiplin. Setelah itu dikumandangkanlah lagu Indonesia Raya. Bisa gw bilang 99% isi stadion nyanyi bareng2! Merinding banget! Gw sempat ngerekam prosesinya, silakan dilihat di bagian video dari page MP gw; atau untuk versi YouTube-nya bisa dilihat di sini: http://youtube.com/watch?v=iu1tL2grl1o

Sayangnya hape gw lowbat jadi gak sempat ngerekam lebih banyak lagi. Singkat cerita, menurut gw permainan Timnas menurun banget. Back yg nggak konsen, terlalu nafsu sampe sering kepeleset, main bola tinggi terus padahal udah tau lawan badannya lebih tinggi, sering ngebuang bola ke daerah yang cuma ada lawan doang, ngejar bola paling niat cuma 1x sepanjang pertandingan (dan terbukti bisa terkejar), dan emosiannya itu lho... Wuih! Stress level tingkat tinggi. Menurut gw beban mental itu berasal dari diri mereka sendiri, bukan dari lawan. Soalnya lawannya cemen... Dikit2 jatuh udah gitu guling2. Ditambah wasit2 yg lebih goblok dari sebelumnya. Gak fair dan telmi. Ah ngeselin deh pokoknya! Gw paling suka sama wasit dari Jepang waktu Indonesia vs Bahrain. Fair banget dan matanya jeli abis (dua2 team diperlakuin adil). Separah2nya permainan Timnas hari itu, tetap gw bangga koq dan gw menantikan bisa nonton langsung lagi untuk ngedukung mereka.

Gw jelas2 salut adalah sama Bambang Pamungkas. Biarpun kalah, tapi dia keliatan bisa berbesar hati dan selalu mengangkat rekan2 timnya supaya nggak terlalu down. Tuh! Hasil jempolan main dan berlatih di Eropa. Pulang2 ke sini nggak belagu. Patut dicontoh! Yang kedua gw salut sama kipernya, Markus, si botak nomer 23 (udah kayak Jordan aja. hahaha!) yg sering banget terpaksa pasang badan dalam arti sebenarnya untuk nyelamatin gawang. Terbukti efektif, sebab gol satu2nya dari lawan berasal dari kekalutan pemain Timnas di depan gawang sendiri. Akhirnya gol deh... 0 - 1 buat Korsel.

All and all, gw sedih tapi gw tetap kasih selamat buat Korsel atas kemenangannya. Masih banyak kesempatan menanti di depan untuk "rematch". Dan ketika saat itu datang, Timnas pasti gw dukung!

INDONESIA!!! *boom boom... boom... boom boom...* INDONESIA!!! *boom boom... boom... boom boom...* INDONESIA!!! *boom boom... boom... boom boom...*


___

Moral of the story:

1. Lain kali ke Senayan rame2 gitu mending bawa air minum sama rokok (kalo ngerokok) yg banyak. Air minumnya diplastikin jg gpp deh daripada keluar ceban buat soft drink seemprit.

2. Udah gitu mobil parkirnya jangan jauh2 biar gak capek jalannya.

3. Bawa alat dokumentasi yg lebih memadai, atau kalo dalam bahasa masa kininya biasa disebut dengan mumpuni.

4. Dan yg paling penting posisi menentukan prestasi: pilih tempat duduk yg gak bikin leher pegal2!

5. Lain kali kalo mau bikin review jangan sok kepanjangan, ntar males sendiri ngetiknya. Wakakakak!

Monday, July 9, 2007

Vario dan Broquet

Kopdar kemarin, Vario saya menjadi salah satu kelinci percobaan aplikasi Broquet. Sebetulnya saya ragu, tapi si sales meyakinkan saya bahwa dia sudah test di HVC dan berhasil. So, saya pikir, "Why not?"

Biar nggak kelamaan, langsung aja saya review:

Uji coba 1:
Broquet dipasang sedemikian rupa. Saya lakukan test ride di Arteri Permata Hijau. Hasilnya: Ga ada bedanya. Semua peningkatan performa masih tetap berasal dari parts CVT, terutama HC.

Begitu kembali ke parkiran dan saya laporkan ga ada peningkatan, si sales nampak penasaran dan meminta saya untuk membiarkan dulu selama 5 - 10 menit.

Uji coba 2:
... sama aja tuh. Kesimpulan saya, Broquet tidak menghasilkan apa2 alias gagal total dalam memberikan performa tambahan. Si sales pun terpaksa manyun dan undur diri dari arena kopdar.

---

Keesokan harinya, ada kejadian aneh. Vario saya mengalami loss power, padahal bukaan gas tetap stabil. Kalo saya tambah bukaannya, nggak ada power yg keluar. Suara kenalpot jadi berisik dan konsumsi bensin jadi boros sih iya. Bingung bercampur kesal memenuhi pikiran saya.

Saya coba konsultasi dengan beberapa orang yg saya anggap lebih berpengalaman ttg hal ini. Ada satu benang merah dari tanggapan mereka, yaitu dari bahan bakarnya. Spontan pikiran saya menuju ke uji coba broquet. Di kontrakan, saya coba melakukan bersih2 ringan di bagian air filter, busi, dan selang pernapasan bensin. Hasilnya tetep aja masih suka ngeden larinya si Vario. Malamnya saya pulang ke Bogor dengan penuh gerutu karena Vario saya nggak mau diajak lari. Positifnya, saya jadi nggak mikirin lamanya perjalanan, tau2 udah sampe rumah aja tuh. Hehehe...

Hari ini saya nggak ngantor karena alergi udara dingin saya kumat. Daripada bengang bengong di rumah gak ada kerjaan, akhirnya saya putuskan untuk membawa si Vario ke bengkel rujukan. Di sana saya minta semi general check up termasuk menyampaikan keluhan di Vario saya. Yang nggak dilakukan cuma ganti oli. Baru ganti Redline sayang banget, bok...

Ternyata benar aja, karburator saya kotornya minta ampun. Pak Pieter sang kepala bengkel pun ngasih tau sama saya, Vario jangan pernah dikasih macem2 di tangki bensinnya. "Pasti nanti tersumbat di karbunya!", kata beliau. Tangki bensin pun saya minta untuk dikuras. Seharian penuh si mekanik ngerjain motor saya sampe selesai. Tak lupa tips agak besar pun saya kasih ke dia.

Di perjalanan pulang ke rumah, saya nggak bisa ngetes dengan sepenuh hati. Namun kadang masih terasa gejala itu datang dan pergi, tapi nggak separah sebelumnya. Saya cuma berharap gejala ini cepat hilang dan Vario saya kembali normal.

Saturday, May 12, 2007

Tuning Vario: Roller & Per CVT

Banyak teman yang bertanya, bagaimanakah kombinasi performance parts yang ideal untuk membuat Vario lebih baik performanya? Sebetulnya sulit untuk ditentukan patokannya karena ternyata setingan yang pas untuk satu orang belum tentu pas untuk orang lain. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi termasuk kebiasaan orang dalam memperlakukan mesin. Mencontek setingan di motor teman pun belum tentu menghasilkan performa yang sama.

Tuning yand biasa diaplikasikan pada skuter modern (skutik / skubek) untuk kebutuhan harian adalah modifikasi pada bagian CVT. Sebetulnya modifikasi ini sama aja dengan melakukan tuning terhadap transimisi. Pada kendaraan matic khususnya, kita harus sadar terlebih dahulu bahwa peningkatan pada satu sektor pasti mengorbankan sektor yang lain. Dalam hal ini, akselerasi vs top speed.

Para tuner skuter modern
professional yang biasa menangani kebutuhan kompetisi tentunya akan mencari setingan untuk mendapatkan keseimbangan yang paling pas bagi performa skuternya. Untuk menutupi hal-hal yang dikorbankan akibat modifikasi pada CVT, mereka melakukan berbagai upaya seperti tuning setelan karburator, mengganti CDI unlimited, bahkan hingga bore up. Tujuannya adalah membuat skuter modern dapat berlari sekencang mungkin dan bertahan pada kondisi performa paling prima selama mungkin, hingga akhirnya grafik performa mencapai puncaknya dan akhirnya mulai menurun. Namun untuk harian dan penggunaan dalam kota harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Untuk penggunaan harian dan dalam kota, tuning performa pada skuter modern sebetulnya cukup dengan melakukan setingan pada roller dan per CVT. Mari kita bahas satu per satu.


Roller Weight

Untuk prinsip kerja roller, semakin ringan rollernya maka dia akan semakin cepat bergerak mendorong movable drive face dan face comp pada drive pulley sehingga bisa menekan belt ke posisi terkecil. Efek yang terasa, akselerasi makin responsif. Namun supaya belt dapat tertekan hingga maksimal butuh roller yang beratnya sesuai juga. Artinya jika roller terlalu ringan maka tidak dapat menekan belt hingga maksimal. Efeknya tenaga tengah dan atas akan berkurang bahkan hilang.

Untuk berat roller, ada dua konsep umum yang biasa dilakukan jika mengaplikasikan roller konvensional (bentuk silinder), yaitu aplikasi roller dengan yang berat seragam dan kombinasi berat roller. Kombinasi roller dilakukan dengan memasang 3 roller dengan beban tertentu dan 3 roller dengan beban yang lebih berat atau lebih ringan, tergantung kebutuhannya. Roller yang lebih ringan akan bergerak terlebih dahulu menekan movable drive face dan menyebabkan Vario bergerak lebih responsif daripada semula. Pada titik putaran mesin selanjutnya roller yang lebih berat akan mulai bergerak dan bebannya membantu menekan belt lebih dalam lagi.

Ada satu rumus ideal untuk mengkombinasikan roller, yaitu bedanya maksimal 3 poin antara roller yang ringan dengan roller yang berat. Dalam konteks CVT Vario, untuk membantu mencari top speed, bisa dilakukan kombinasi 3 roller standard (13 gr) dengan 3 roller yang lebih berat (15 gr). Dengan rumus ideal ini, tenaga tengah akan dikorbankan namun tidak terlalu banyak. Semakin jauh beda bebannya maka semakin banyak tenaga tengah yang dikorbankan. Untuk penggunaan harian dengan track yang tentunya bakal ketemu tanjakan, bisa dicoba kombinasi 12 gr dan 14 gr.

Bagaimana halnya dengan Sliding Roller (SR) yang bentuknya tidak silinder? Prinsip kerja SR tidak untuk dikombinasikan atau dengan kata lain akan lebih optimal jika keenam SR memiliki beban yang sama beratnya. Pengaplikasian SR dapat membantu proses menekan movable drive face lebih cepat daripada roller konvensional. Hal ini karena SR memiliki bidang tekan yang lebih luas untuk menekan face comp sampai movable drive face ikut bergerak. Sedangkan roller konvensional memiliki bidang yang lebih kecil untuk menekan face comp dalam proses pergerakannya. Ibaratnya, akan lebih mudah untuk mendorong pintu rolling door dengan menggunakan telapak tangan daripada dengan menggunakan jari telunjuk saja. Oleh karena itu, secara hukum fisika, SR membutuhkan tenaga yang lebih sedikit untuk mencapai daya dorong yang sama dengan roller konvensional. Untuk gambar perbandingan luas bidang tekan ini silakan lihat artikel sebelumnya mengenai SR di blog ini.



Per CVT

Performance part ini biasa disebut juga dengan compression spring atau torque spring. Prinsip kerjanya adalah semakin keras per tersebut maka belt dapat terjaga lebih lama di kondisi paling luar dari driven pulley. Namun kesalahan kombinasi antara roller dan per CVT dapat menyebabkan keausan bahkan kerusakan pada sistem CVT! Berikut beberapa kasus yang sering terjadi:

1. Per CVT yang terlalu keras dapat membuat drive belt jauh lebih cepat aus karena belt tidak mampu menekan dan membuka driven pulley. Belt semakin lama akan terkikis karena panas dan gerakan berputar pada driven pulley. Bayangkan apa jadinya jika belt putus di tengah jalan? Kita harus siap dengan peralatan yang sesuai, yang sepertinya tidak umum untuk dibawa harian di Vario. Atau solusi mudahnya, sewa mobil bak untuk mengangkut Vario kita ke bengkel kepercayaan kita.

2. Per CVT yang terlalu keras jika dipaksakan dapat merusak clutch / kupling. Panas yang terjadi di bagian CVT akibat perputaran bagian-bagiannya dapat membuat tingkat kekerasan materi partsnya memuai. Pada tingkat panas tertentu, materi parts tidak akan sanggup menahan tekanan pada tingkat tertentu pula. Akhirnya per CVT bukannya melentur dan menyempit ke dalam tapi justru malah bertahan pada kondisi yang masih lebar. Kopling yang sudah panas pun bisa jebol karenanya.

Per CVT original bawaan Vario terspesifikasi di 1000 rpm. Sebetulnya sudah cukup bagus dan ideal untuk penggunaan harian. Namun sepengalaman saya per CVT 1200 rpm jauh lebih enak lagi dan membuat tarikan Vario jadi lebih enteng. Per CVT 1500 rpm masih bisa diaplikasikan tapi rajin-rajinlah memeriksa kondisi drive belt skuter Anda. Saya tidak berani merekomendasikan per CVT 2000 rpm untuk penggunaan harian karena terlalu keras.

Untuk mempermudah pemilihan per CVT performance yang tersedia di pasaran dunia saat ini rata-rata dapat dibedakan berdasarkan warnanya. Berikut daftar warna untuk per skuter modern yang saya berhasil dapatkan dari website Malossi dan sebagian sudah ketahuan spesifikasinya.
- Putih : 800 rpm
- Biru : 1000 rpm <--- Vario menggunakan per original warna ini.
- Violet : 1200 rpm
- Kuning : 1500 rpm
- Merah : 2000 rpm
- Hijau : ??? rpm (belum saya ketahui)

Saya tetap menghimbau Anda untuk selalu ber
hati-hati dalam memilih performance parts. Konsultasikan baik-baik dengan tuner kepercayaan masing-masing sebelum mengganti part standard dengan part aftermarket.

Semoga informasi di atas cukup membantu. Jangan sungkan-sungkan untuk meralat, menambahkan atau membantah jika ada informasi dari saya yang tidak tepat.


---

Terima kasih saya kepada rekan-rekan di milis dan forum HVC
serta rekan-rekan dari Kymco Indonesia atas ilmu yang saya peroleh dan tidak bisa digantikan dengan apa pun.

Monday, April 30, 2007

Apalah Arti Nila Setitik

Tentu bukan rahasia lagi jika Honda Vario itu adalah skutik yang banyak masalah. Di saat-saat penuh emosi & kekecewaan terhadap Vario saya, tiba-tiba ada suara dari pinggir jalan, "I'm Vario..!" Ternyata seorang anak kecil yang sedang tersenyum senang sambil menunjuk skuter saya. Lucu juga ya, betapa bahagianya seorang anak kecil ketika ia bisa mengidentifikasi sebuah kendaraan di jalan.

Saya berhenti sejenak di sebuah kios Pangkas Rambut Asgar (asli Garut - red) untuk merapikan rambut yang sudah mulai acak-acakan ini. Ketika pemangkas berkarya pada rambut saya, di luar kios ada seorang bapak yang sedang mengagumi skuter saya. Sebuah pemandangan yang sudah mulai jarang saya temui dan mengundang senyum di hati.

Perjalanan berlanjut melalui jalan-jalan tikus untuk memotong padatnya Jakarta. Sayup-sayup terdengar suara orang di sisi jalan, "Tuh, Vario tuh... bla bla bla". Wah, Varioku dibahas. "Kira2 apa ya yang diobrolin?"

Kemudian saya berpikir, biar butut & banyak masalah begini... Vario sudah setengah tahun ini setia menemani perjalanan saya ke tempat aktivitas setiap hari, ke kampus di akhir minggu, ngapel & jalan2 bareng pacar, hingga perjalanan pulang pergi Bogor - Jakarta. Sebuah pencerahan yang tak terduga akhirnya dapat sedikit mengobati kekecewaan saya. "Nyaris kujual kau...", kata saya dalam hati. Saya tepuk sedikit di atas speedometer dan saya tersenyum.

Sunday, April 8, 2007

To Be or Not To Be

Terus terang, tulisan ini mengingatkan saya pada salah satu artikel teman saya di blognya yg terdahulu tentang bagaimana sebuah komunitas / klub dimanfaatkan oleh merek.

Mungkin beberapa orang mengartikan hal ini sebagai bentuk kepedulian merek terhadap konsumennya. Beberapa orang lainnya mengartikan hal ini sebagai kesempatan 'side job', memperoleh benefit finansial dari merek. Sedangkan yang saya lihat dari sisi merek, hal ini merupakan titik di mana mereka bisa menggenggam dan mengendalikan pasar, menjaga pasar, dan meminimalisir kerugian. Singkat kata: sebentuk simbiosis mutualisme. Sah-sah saja memang...

Namun saya sedih dan kecewa melihat kenyataan di depan mata. Menyaksikan bagaimana sedemikian mudahnya sebuah loyalitas bisa dibeli. Tidak ada lagi kebanggaan bagi saya sebab kini sudah luruh, hilang terbawa derasnya hujan dan terpaan angin. Mungkin butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa mengobati kekecewaan ini. Karena saya adalah diri saya sendiri. Saya bukan penjilat dan saya tidak butuh dijilat!

It's time for me to spend some time to talk with concious, to ask myself wether to be a free agent once again. Free as a brother should ever be. Free to roam where ever one's desire and not be steered by others! Hopefully, answers will come. We'll see...

Wednesday, March 21, 2007

Group Riding di Mata Pemula

"Engine on!"

Inilah kalimat yang akrab terdengar di saat melakukan group riding. Biasanya Road Captain yang meneriakkan perintah tersebut sambil mengacungkan jari jempol tangan kirinya. Sebagai pemula, saya dibekali pengetahuan mengenai kode-kode tangan untuk berkomunikasi sesama anggota group, mulai dari menunjukkan arah perjalanan, menunjukkan hazzard di jalan, hingga tata cara memberitahu bahwa rider mengalami kesulitan. Kode-kode ini harus diteruskan hingga ke belakang supaya semua anggota group terinformasikan.

Malam itu, jam sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Kegelisahan semakin terlihat di raut wajah panitia dan petugas safety riding. Di kepala saya terpikir, "Wah! Adrenalin mulai naik nih." Mungkin karena group ride malam itu diikuti oleh sedikitnya 30 motor di mana sebagian besar peserta adalah pemula, ditambah kami harus mengejar waktu untuk tiba di tujuan. Kesempatan kali ini merupakan pengalaman pertama saya bermotor dalam group besar.

Terlihat tongkat lampu voorrijder dan tangan kiri road captain mengisyaratkan group untuk bergerak maju. Deru suara puluhan motor seolah menggema seiring group mulai bergerak meninggalkan lokasi pemberangkatan. Sepanjang jalan kami bergerak dalam kecepatan cukup aman, rata-rata sekitar 40 kpj. Tak terasa lama, suasana kota Jakarta mulai hilang saat kami memasuki Pondok Cabe menuju Parung. Jalur ini memang rute saya untuk pulang pergi Bogor - Jakarta hampir setiap akhir minggu. Seharusnya saya tidak merasa tegang, tapi entah kenapa malam itu adrenalin saya tinggi sekali.

Memasuki Parung, group mulai bergerak agak cepat, rata-rata 60 kpj. Jantung saya serasa dipacu mengingat saya tahu betul daerah ini jalannya super jelek. Apalagi di musim hujan seperti sekarang ini, bukanlah hal yang aneh jika tiba-tiba ada lubang besar baru yang menganga di tengah jalan. Jelas sekali terlihat rekan-rekan group saya tidak dapat menikmati group riding kali ini. Emosi yang meledak sedikit saja bisa membuat acara group riding ini batal. Inilah kekhawatiran utama saya. Namun bodohnya saya, terlalu memikirkan rekan-rekan hingga tidak konsen sendiri. Motor saya sering oleng karena beban pikiran.

Memang group riding kali ini masih banyak kekurangannya dari segi safety. Misalnya jarak antar motor yang dipaksa untuk kurang dari 2 detik dengan formasi 2 baris tanpa zig-zag membuat kami kesulitan untuk melihat hazzard di depan kami. Beberapa kali formasi sempat acak-acakan karena jumlah anggota group yang terlalu banyak dan hazzard di jalan yang sporadis. Saat memasuki kawasan Salabenda, Bogor, saya jadi korban bahayanya kurangnya penglihatan di saat group riding. Motor saya menghajar lubang dengan cukup keras. Untungnya tidak sampai jatuh tapi selangkangan saya sakit sekali dibuatnya. Rider di depan saya pun tidak bisa disalahkan karena terlambat memberi kode. Ini murni kesalahan formasi group yang tidak mau saya ulangi lagi.

Setibanya di pemberhentian, saya mencek kondisi ban dan roda-roda motor saya. Ternyata tidak apa-apa, syukurlah. Setelahnya saya berpamitan dan memisahkan diri dari rombongan untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah. Alhamdulillah, saya tiba di rumah dengan selamat meskipun di perjalanan sempat tidak sengaja melihat "yang halus-halus". Hiiiyyy!!!

Sebelum tidur saya merenung, sepertinya memang dibutuhkan semacam special course untuk group riding supaya perjalanan dan kebersamaan bisa lebih dinikmati.

Wednesday, March 14, 2007

Basic Tuning CVT

Performa standar masing-masing skuter memang berbeda. Namun ada saja orang-orang yang tidak puas dengan performa standar yang didapat. Contohnya: Saya! Honda Vario yang dicap responsif sekali oleh salah seorang teman saya, justru tidak bisa memberikan kepuasan pada saat perjalanan jauh. Ternyata tenaga Vario sering ngeden di tengah-tengah. Nah lho!

Lalu bagaimana caranya agar si Vario bisa memiliki performa yang sesuai dengan keinginan saya? Ada yang bilang bore up adalah jalan terbaik. Mungkin karena pengaruh program Impossible Matic yang menampilkan Yamaha Mio 325 cc. Di Thailand memang ada yang pasang mesin CBR di Honda Click. Kalau saya tiru, pasti saya bangkrut duluan.

Ada juga yang menyarankan untuk meng-crack limitter pada CDI bahkan mengganti CDI. Kendalanya, saya harus ganti busi juga yang belum tentu cocok. Kalau asal pasang, bisa-bisa Vario saya mogok di jalan. Bisa lebih runyam lagi kalau mogoknya sewaktu saya sedang dalam perjalanan jauh di malam hari.

Setelah mencari informasi sebanyak-banyaknya, maka pilihan saya jatuh kepada melakukan tuning pada sistem CVT. Saya hanya perlu mengganti bagian-bagian tertentu dari CVT dan tidak perlu mengubah mesin maupun CDI. Nah... Artikel kali ini akan membahas sekilas mengenai bagian-bagian CVT secara umum dan bagaimana masing-masing bagian mempengaruhi performa skuter matic. Informasi dalam artikel ini mudah-mudahan dapat membantu rekan-rekan pembaca untuk melakukan tuning terhadap CVT.

---


Bagian CVT

Masing-masing pabrikan skuter matic biasanya men-design sendiri sistem CVT-nya sehingga dapat menghasilkan performa yang berbeda dari kompetitor, baik dalam bentuk irit, ngebut, responsif, halus, bertenaga, dsb. Pada umumnya, bagian-bagian sistem CVT pada skuter matic yang dapat diperoleh dengan cukup mudah di pasaran adalah roller, drive belt, driven pulley spring, clutch spring, clutch dan variator. Lalu bagaimana sebetulnya perbedaan sistem CVT ini mempengaruhi kinerja skuter?

Contoh yang mudah pada produk Honda Vario, sistem CVT-nya mampu menghasilkan tenaga bawah yang paling besar dibanding kompetitornya. Sayangnya, tenaga tengah dan atas justru dikorbankan. Buktinya, banyak yang mengeluhkan sulit mencapai 100 kpj pada speedometer padahal 0 - 80 kpj bisa diraih dengan cukup mudah. Gosipnya, hal ini karena design variator yang sedemikian rupa. Di sinilah rahasia iritnya Vario. Gosipnya lho... Silakan dibuktikan sendiri.

Contoh-contoh lainnya:
Kymco Free EX, sistem CVT-nya justru kendor tenaga bawah namun cukup hebat di tenaga tengah dan atas. Rata-rata perbaikan dilakukan dengan mengganti roller dengan yang lebih ringan dan mengganti per kopling dengan yang lebih lentur. Sementara di Kymco jenis Trend SR, justru banyak dikomplain karena tarikan awalnya yang bisa mendadak responsif sekali. Lalu si pemain lama, Yamaha Mio, diklaim kedodoran di awal namun kalau sudah kencang bisa amit-amit kecepatannya. Ada juga Suzuki Spin yang dapat aproval untuk penilaian keseluruhan dari teman saya yang bisa dibilang veteran di dunia skuter matic, namun menurut orang dalam Suzuki yang menemani beliau di saat test ride, si Spin ini masih kalah sama Kymco Free LX. Nah lho!

Sebelum dilanjutkan, saya mohon para pembaca tidak menjadikan penilaian di atas sebagai tolok ukur skuter matic mana yang paling bagus. Sebaiknya, pilihlah skuter matic yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Kalau mau bilang bagus sih, mending ngelirik produk-produk maxi scooter yang 250 cc ke atas deh. Misalnya Honda Silverwing ABS gitu. Hahaha!

Kembali ke topik pembahasan. Dari titik ini, tentunya perlu diketahui apa saja pengaruh dari penggantian masing-masing bagian tersebut. Mari kita bahas satu per satu:

Roller
Bagian paling umum dalam tuning skuter matic. Secara umum, roller berpengaruh terhadap akselerasi. Roller pada skuter matic berjumlah 6 buah dan terletak di dalam puli atau sering disebut rumah roller (front pulley). Penggantian roller dapat dilakukan secara keseluruhan atau kombinasi masing-masing 3 roller dari dua berat yang berbeda. Makin ringan berat keseluruhan rollernya, semakin cepat akselerasi skuter. Semakin berat roller, maka akselerasi akan berkurang, tapi tekanan terhadap driven pulley akan semakin besar dan dapat menambah speed si skuter. Roller tersedia dalam berbagai berat dan ukuran. Bahan yang diklaim bagus untuk roller adalah teflon yang dapat meminimalisir aus dan menjaga bentuk roller agar tidak lekas benjol / melonjong.

Drive Belt
Banyak yang menyebutnya dengan fan belt atau v-belt. Drive belt yang kurang baik sering menyebabkan selip pada CVT. Akibatnya banyak tenaga mesin terbuang percuma. Belt yang bagus harus dapat mencengkeram front pulley dan driven pulley dengan baik. Kendala utama belt pada sistem CVT yang telah di-tuning yaitu mudah aus bahkan cepat putus. Cukup menjengkelkan kalau sampai terjadi di tengah perjalanan. Pemilihan
bahan belt turut berperan. Bahan yang diklaim paling kuat dan bagus untuk sistem CVT yang telah di-tuning adalah kevlar. Tentu harganya pun lebih mahal daripada belt biasa.

Driven Pulley Spring / Torque Spring
Sering disebut sebagai per CVT. Tugasnya untuk menekan driven pulley sedemikian rupa agar kecepatan dapat beranjak tinggi. Rata-rata torque spring tipe racing memiliki daya pegas yang sangat keras. Hal ini ditujukan agar dapat lebih maksimal menahan tekanan dari drive belt terhadap driven pulley di saat kecepatan tinggi. Namun jangan sampai sembarangan memasang torque spring! Jika terlalu keras, maka akibatnya drive belt akan mendapat 'perlawanan' yang lebih berat dan menjadi jauh lebih cepat aus, bahkan putus. Selain itu, akibatnya dapat lebih cepat merusak driven pulley karena terus menerus mendapat tekanan yang tinggi.

Clutch Spring
Banyak disebut dengan per kopling. Tugasnya adalah membuat kopling 'menggigit' setelah RPM mencapai putaran tertentu. Begitu juga saat terjadi loss atau selip pada CVT (yang memang lumrah terjadi), clutch spring kembali membuat kopling mencengkeram driven pulley dan CVT pun kembali dapat menyalurkan tenaga mesin ke putaran roda. Pelajari baik-baik tipe clutch spring agar diperoleh hitungan yang tepat terhadap seberapa cepat kopling mencengkeram driven pulley dari keadaan stasioner.

Clutch
Semua skuter matic yang tinggal gas-rem-gas-rem pasti menggunakan clutch (kopling) tipe kering. Clutch ini tidak memerlukan oli kopling dan hanya akan menggigit pada angka RPM tertentu. Jika RPM berada di bawah angka tersebut, clutch dengan sendirinya tidak akan menggigit atau selip. Clutch yang bagus akan mampu menerima beban lebih besar daripada clutch standar bawaan pabrik. Beban berat biasa terjadi saat skuter disemplak berboncengan atau ketika bergerak di jalan menanjak. Salah satu indikasi yang sering terlihat adalah jarum speedometer yang menurun dengan kondisi grip gas stabil. Clutch tertentu mampu meminimalisir bahkan menghilangkan gejala penurunan performa tersebut, hingga batas beban yang ditentukan tentunya.

Variator
Ada juga yang menyebutnya sebagai puli atau rumah roller. Memang di dalam variator inilah 6 buah roller ditempatkan. Design bentuk ramp / bidang miring pada variator berpengaruh terhadap speed atau tenaga tengah ke atas. Perputaran variator menimbulkan pergerakan sentrifugal pada roller yang kemudian menekan piringan variator. Pergerakan variator ini membuat belt bergerak mengencang dan mengendur. Melalui pergerakan inilah kecepatan sebuah skuter matic berubah-ubah. Sayangnya, saya belum dapat informasi lebih lanjut mengenai design ini. Bentuk seperti apa yang lebih bagus untuk tenaga bawah dan yang seperti apa yang bagus untuk mengejar top speed? Nanti akan saya update jika sudah ada data-datanya. ;)

---


Ada special case pada Vario. Karena tenaga bawahnya yang sudah sangat responsif, maka diperlukan set roller yang lebih berat untuk menunjang speed.

Teorinya:
"semakin keras spring, maka butuh roller berat untuk 'memaksa' driven pulley menutup (artinya menekan torque spring) melalui distribusi dari drive belt"

Tebakan saya, selain design variator yang unik, driven pulley spring bawaan Vario sudah cukup keras. Sebab melaui perbandingan berat roller standar Vario dengan roller standar skuter lainnya, 13 gram sudah termasuk cukup berat. Skuter lain yang menggunakan berat tersebut rata-rata kelasnya 125 cc ke atas, sementara Vario hanya 108 cc saja. Bisa saja tebakan saya ini salah. Jika Anda tahu informasi yang lebih benar, silakan bantu share dengan teman-teman pembaca lainnya dengan mengisi comment pada artikel ini.

Demikianlah hal-hal yang dapat saya bahas dalam artikel ini. Mudah-mudahan bisa berguna Sebetulnya masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk membuat performa skuter kita lebih ganas lagi. Namun saya rasa untuk penggunaan sehari-hari yang mewajibkan safety riding hingga penggunaan untuk keperluan touring, tuning pada CVT sudah cukup memenuhi kebutuhan tersebut. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam artikel ini. Apabila memang ada, saya
mohon koreksinya. :)

---


Terima kasih kepada pihak-pihak berikut yang telah berbaik hati untuk berbagi informasi kepada / dengan saya:
1. Komunitas Kymco Indonesia.
2. Kang Ryan si Dokter Puli Indonesia.
3. Mas Velino untuk postingan-postingannya yang membuat saya terus penasaran untuk meningkatkan performa Vario saya.
4. Mas Tok. atas artikel testimoni produk Dr. Pulleynya.
5. Opa Al & Pak Andreas untuk Kei Kurnia Motor.
6. Yudha & Iman, teman membahas performa di klub.
7. Mas Andri untuk sesi YM di sore hari yang penuh pencerahan.

... maaf kalau ada yg terlewat oleh saya. Masih muda sudah pikun. Hahahahaha!

---

..:(?): VARIO CASE :(?):..

1. Kalau Mas Velino dan Mas Andri menyarankan untuk mengubah roller menjadi lebih berat untuk meningkatkan speed, apakah artinya torque spring standar Vario termasuk cukup keras?

2. Jika saya tidak mau mengubah berat roller, dapatkah saya mengganti torque spring Vario dengan yang lebih lembut untuk juga mendapatkan peningkatan speed?

3. Sliding Roller diklaim mampu menambah tingkat akselerasi.
Kombinasi SR 13 gr dengan torque spring Trend menghasilkan Vario yang jauh lebih ringan, namun butuh bukaan grip gas yang lebih besar dan teknik mengurut gas yang lebih teliti untuk mendapatkan speed tinggi. Hipotesa sejauh ini: ganti variator. Sementara menunggu budget untuk membeli variator, langkah apa yang dapat saya lakukan untuk menambah speed Vario saya?

Wednesday, February 28, 2007

Selamat Berkarya - episode 2

Berawal dari permintaan khusus seorang rekan di forum Honda Vario Club yang melihat hasil design Vario di artikel sebelumya. Dia meminta saya untuk membuatkan sebuah design Vario dengan gaya trail. Berikut petikannya,


"bikinin gw desain dong bro..... semi trail tapi g ganti setang n ban
kayak supermoto cuman tebeng depan trondol+kasih lampu bulet 2 mata"


Saya merasa design seperti ini sudah banyak diaplikasikan ke Yamah Mio maupun Suzuki Spin. Tapi baru sekali saya melihat Vario yang sengaja dibuat bergaya trail, itu pun hasil karya orang Thailand. Saya pikir apa salahnya kalau saya juga iseng ikut membuat design Vario seperti itu.

Kebetulan saya pernah browsing ke situsnya BMW dan ada satu motornya yang saya suka, tipe high performance dengan nama HP 2 Enduro. Bentuknya cukup non-konvensional bagi saya dan ada satu wallpapernya yang sangat menimbulkan kesan tough & speedy. Betul-betul motor yang tangguh!

Saya menjadikan model-model motor BMW sebagai bahan referensi utama. Tak puas dengan gambar-gambar yang saya peroleh, saya juga mengambil berbagai referensi gambar dari situs www.bikewalls.com. Meskipun banyak gambar referensi bagian motor yang belum saya peroleh, tapi saya harus puas dengan yang sudah saya dapatkan. Langsung saya memulai berkarya di Photoshop.


Dan hasilnya:

Mudah-mudahan ada yang bisa merealisasikan design ini. :)

Tuesday, February 13, 2007

Selamat Berkarya - episode 1

Tentu kita sudah tau bahwa banyak sekali karya modifikasi kendaraan roda dua di Indonesia. Mulai dari yang bergaya klasik hingga yang bergaya sport. Belakangan ini dapat kita lihat di jalanan Jakarta motor-motor yang dimodifikasi dengan gaya touring. Gagah sekali kelihatannya. Bahkan teman kantor saya sampai ada yang bilang, "Gagahnya serasa naik Harley (Davidson -red)."

Bagaimana halnya dengan skuter? Rasanya sejauh ini jarang terlihat yang dimodifikasi ala touring. Kalau cuma pasang box samping dan belakang plus windshield, saya rasa sudah banyak. Tapi entah kenapa, bagi saya masih terlihat kurang all out. Imajinasi saya pun mulai liar untuk menemukan bentuk modifikasi yang cocok untuk Vario saya.

Demi memuaskan rasa penasaran saya, akhirnya sekian banyak website pun saya jelajahi untuk mencari referensi yang pas sesuai bayangan di kepala. Mata dan jemari ini mulai berkarya lewat Photoshop. Hasilnya...


Not bad, lah... Namun setelah saya pikir-pikir kembali, rasanya koq tidak sesuai proporsi aslinya ya. Design ini terlihat lebih cocok seandainya Vario dibuat 250 cc ke atas. Saya pun kembali berkutat dengan Photoshop di sela-sela kesibukan pekerjaan. Saya coba untuk memodifikasi kembali hasil karya saya itu supaya ketemu bentuk yang lebih proporsional tapi tidak harus ideal.

Dan hasilnya...

Saya jauh lebih puas dari sebelumnya. Mudah-mudahan suatu hari nanti bisa terealisasi. :)

Sunday, February 11, 2007

Selonjoran Dulu Aah...

Memang sebaiknya kenyamanan berkendara pada kendaraan roda dua dinomorsatukan, terlebih kendaraan yang digunakan untuk harian. Kondisi iklim dan cuaca di Indonesia yg tropis cenderung menghasilkan suhu udara yang panas, terlebih bagi pengguna skuter yg seringnya berada di perkotaan atau daerah yang cukup banyak kendaraan bermotornya. Cuaca panas inilah yang dapat mengurangi kenyamanan berkendara.

Posisi berkendara selonjor jelas bisa menambah kenyamanan. Contoh pada produk lain saya temukan di sofa jenis Lazy Boy. Kalau difungsikan maka sofa itu akan membuat badan kita selonjor dan lebih relax. Pengaplikasian posisi duduk selonjor pada kendaraan roda dua jelas akan membantu mengurangi stress di jalan. Contoh lain pengaplikasian posisi duduk seperti ini bisa ditemukan pada produk kendaraan roda dua yang memang untuk berkendara jauh, seperti motor-motor Harley Davidson dan produk-produk bertipe maxi scooter.

Nyaman diduduki, nyaman pula dikendarai berlama2. Bisa2 cuaca panas pun sudah nggak terlalu dipermasalahkan. :)

Friday, February 2, 2007

Motor vs Banjir

Jakarta, ibukota Indonesia yang identik dengan kemewahan dan gemerlap lampu-lampu malamnya, ternyata masih tidak berkutik ketika banjir melanda. Hujan deras terus menerus selama sekitar 3 hari 2 malam kontan membuat kondisi jalanan menjadi macet. Bahkan beberapa rute yang umum digunakan masyarakat terpaksa ditutup karena sudah tidak bisa dilalui oleh kendaraan bermotor. Menurut Detik.Com, ketinggian air di beberapa daerah banjir di Jakarta sudah mencapai 3 meteran! Gila!

Tadi pagi, saya yang terpaksa menginap di kantor, akhirnya bisa juga pulang dengan menggunakan jasa busway. Sewaktu saya naik jembatan penyeberangan, macet sudah terlihat sangat padat dan sangat panjang! Yang menarik perhatian saya adalah, ternyata ruas jalanan yang sedemikian lebarnya justru lebih banyak dikonsumsi oleh kendaraan roda empat dan bus kota. Sementara motor hanya menempati porsi jalan yang jauh lebih sedikit, bahkan sangat sempit. Saya langsung teringat rencana Sutiyoso melarang roda dua masuk ke jalan protokol, khususnya Sudirman - Thamrin.

Memang sih, banyak pengendara roda dua yang masih tidak tertib aturan. "Aturan dibuat untuk dilanggar", begitu kira-kira anekdotnya. Mungkin lucu bagi mereka, tapi bagi saya sih nggak lucu sama sekali tuh. Saya hanya bisa maklum apabila saya sedang naik skuter kemudian menjadi korban pelampiasan sentimen dari para pengguna mobil. Padahal saya sudah berusaha untuk safety riding. Benar-benar tidak adil, tapi kepada siapa saya harus mengadu? Serasa puasa bulan Ramadhan setiap hari. Hehehe...

Sepanjang perjalanan di dalam bus Trans Jakarta, saya dan penumpang lainnya disuguhi sebuah pemandangan yang cukup bisa membuat hati gelisah. Tepatnya di depan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, banjir terlihat sudah mulai menenggelamkan keempat roda sebuah sedan yang sedang terjebak kemacetan. Dua orang teman yang kebetulan bekerja sebagai sales produk obat-obatan terpaksa kembali ke kos karena banjir sudah meluas. Teman saya yang satu mengatakan banjir di Rasuna Said sudah setinggi paha. Yang satunya lagi bahkan sudah mencoba beberapa rute yang biasa dilaluinya, namun semuanya ditutup karena banjir. Saya membayangkan hari ini Jakarta lumpuh, mungkin banyak orang yang menerima surat peringatan dari tempat kerjanya, dipotong cuti, dipotong gaji, dan dimarahi atasan. Bahkan mungkin juga ada yang kehilangan kesempatan mencari nafkah hari ini. Semua karena banjir.

Setelah mandi, saya kembali berangkat ke kantor dan masih menggunakan jasa busway. Kali ini pemandangan di depan kampus Atma Jaya menjadi lebih mengerikan lagi. Jalur lambat hilang sama sekali ditelan air kotor berwarna coklat. Bus dan motor terpaksa masuk ke jalur cepat. Sampah-sampah berat juga banyak yang terbawa arus air hingga masuk ke tengah jalur cepat: ada potongan kayu, ada sandal jepit, ada keranjang sampah anyaman... Menyedihkan.

Melihat kondisi itu sambil membayangkan mereka yang bekerja di Pemda DKI membuat saya emosi jiwa!
"Hei, Bang Yos! Ngapain repot-repot ngelarang motor masuk jalan protokol?! Kalo kami dilarang masuk ke sana, tolong larang juga banjir dan sampah-sampah untuk masuk ke jalan protokol!!! Kami minta pertanggung jawaban Pemda DKI terhadap uang pajak kami!"
Kurang lebih seperti itulah bunyi uneg-uneg yang ada di kepala saya saat ini. Mudah-mudahan ada yang baca dan bisa merealisasi Pelarangan Banjir Masuk Jalan Protokol. Trotoar aja bisa koq dilebarin, masa bikin got yang bagus aja nggak bisa sih? ;)

Untungnya sekarang hujan sudah reda. Biarlah cuaca cerah dan matahari menurunkan tinggi air dan membuat suasana kembali jernih. Bagi kita pengendara roda dua, berikut ada beberapa tips dalam rangka mengantisipasi datangnya banjir. Saya kutip dari tulisan Bayu Adhiwarsono alias Kang Ube di salah satu milis skuter matik.

1. Selalu bawa plastik ukuran kecil dan besar, untuk membungkus tas atau sepatu.

2. Jas Hujan juga wajib bawa.

3. Pakaian cadangan satu stel, mulai dari pakaian dalem, baju, celana, jaket.

4. Selalu bawa kunci, terutama kunci 8, untuk buka cvt.

5. Bawa busi cadangan.

6. Selalu hati2 mengarungi genangan banjir, ikuti alur roda kendaraan di depan, untuk mengindari mendadak masuk lubang.

7. Banjir tinggi? Mending balik arah atau berhenti deh ! Motor kita kan bukan Jetski.



---

Lewat mana pun nantinya, pengendara roda dua pasti akan kembali dirugikan oleh banjir.

Salam basah-basahan!

Thursday, January 4, 2007

Skutik dan Stabilitas

Sesuai janji saya di artikel sebelumnya, artikel ini saya khususkan untuk membahas karakteristik skutik dalam hal stabilitas. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah membantu memberikan opini dan berbagi pengetahuan dalam diskusi ini. Mudah-mudahan isinya dapat bermanfaat bagi pengendara skuter otomatis. :)

Keluhan mengenai stabilitas skuter dan gejala ban licin atau 'ngebuang' pada skutik ternyata disebabkan oleh beragam faktor. Maraknya jenis skuter yang beredar di pasaran menyebabkan keragaman faktor tadi menjadi lebih bervariasi lagi. Nah lho! Banyak banget dong?

Sebetulnya tidak sebanyak yang Anda pikirkan, namun tetap butuh perhitungan yang cukup rumit untuk benar-benar menentukan di mana letak kesalahannya. Jadi lebih baik hitung-hitungan itu diserahkan saja kepada ahlinya. Hehehe... Untuk kita yang lebih awam, ada penjelasan yang menggunakan bahasa yang masih bisa kita mengerti. :)

Ada sebuah fakta bahwa skutik yang merajai pasar di Indonesia adalah hasil produksi Thailand. Skutik Thailand sepertinya memang sengaja diproduksi khusus untuk wilayah Asia (Tenggara?) dan tidak menembus pasar dunia. Silahkan coba bandingkan produk yang ditawarkan di situs AP Honda Thailand dan Powersports Honda Internasional. Anda dapat dengan mudah melihat perbedaan yang mencolok dari produk-produk tersebut.

Apabila dibandingkan dengan skuter-skuter yang dijual di luar negeri (non-Thailand), kita dapat dengan mudah menemukan perbedaan mendasar yaitu pada ukuran roda dan tapak ban yang digunakan. Rata-rata skuter di luar negeri menggunakan roda ring 10" s/d 12". Untuk kelas maxi-scooter, rata-rata menggunakan roda ring 14" untuk belakang dan 15" untuk depan. Ada juga yang menggunakan roda 16" untuk kelas skuter menengah. Namun kesamaannya adalah penggunaan ban tapak lebar (120 mm ke atas). Saya hanya menemukan satu varian skuter yang menggunakan ban model kurus seperti di Indonesia, yaitu Yamaha Why yang menggunakan ring 16" dengan lebar ban kurang dari 100 mm. Bukan berarti design Thailand itu nggak beres lho. Namun saya masih penasaran dan ingin terus mencari titik nyaman yang pas untuk Vario saya.

Ukuran tapak ban jelas membantu menambah traksi terhadap aspal. Saya menjadi lebih yakin terhadap hal ini semenjak memperhatikan sebuah Kymco Grand Dink yang melaju dengan kencang namun tetap stabil. Sangat jelas terlihat bahwa tapak ban lebar yang dimilikinya memperkuat traksi sehingga laju bisa tetap stabil meskipun sambil menyelip-nyelip di antara kendaraan roda 4 yang ada. Padahal Grand Dink itu termasuk besar ukurannya dibandingkan dengan Vario, tapi lincahnya setengah mati! Hehehe...Kapan yah saya bisa beli maxi-scooter? ;)

Tidak puas hanya dengan hasil studi banding dan fakta nyata di jalanan, saya pun bertanya di salah satu milis skuter. Saya dapat beberapa jawaban yang cukup memuaskan dan dapat menambah pengetahuan saya dalam dunia perskuteran. Berikut kutipannya:

Oom Ryan wrote:
"Kymco Xciting pakai velg 15 dan 14. New Gillera Runner sudah pakai velg 14 dan 13, yang lama pakai velg 12. Kalau soal stabilitas, motor semakin besar pasti akan semakin stabil. Ini sih menurut pengalaman saya. Saya pakai Xciting di luar kota, cruise di 120 km/h nyaman. Pakai Grand Dink paling enak cruise di 100 km/h."

Mas Riza wrote:
"Semakin besar roda semakin stabil (baca: manuver menghindari halangan di depan lebih berat, kurang lincah, cocok di jalan lurus) makanya membutuhkan teknik yang lebih untuk keamanan berkendara, contohnya countersteering. Semakin kecil semakin lincah, negatif thinkingnya dikatakan kurang menggigit jalanan, tidak begitu membutuhkan teknik countersteering, makanya susah aku ngasih tahu cara countersteering di dunia skuter, karena memang tidak membutuhkan."

Mas Achmad Hilman wrote:
"Intinya...titik berat motor ada pada posisi yang tepat pada saat bensin terisi dan dinaiki. Inilah desain chasis. Perkara mau pakai velg ukuran berapapun, tetap titik berat (baca : poros rebah) motor akan berubah sesuai ketinggian motor. Karena itu perubahan ukuran velg dari 10 menjadi 12 dsb tetap akan terasa berbeda karena titik berat bergeser naik 2 inchi."

Mas Ai Zeus wrote:
"Jangan lupa, kestabilan juga dipengaruhi G-Force, atau gaya tekan kendaraan ke tanah. Perhatikan kendaraan F1. Mereka sangat memaksimalkan G-Force ini untuk kestabilan kendaraan. MotoGP pun begitu, perhatikan design fairing dan buntutnya. Fairing itu berfungsi untuk membuat aliran udara bergerak di atas kendaraan. Udara itu juga membantu menekan kendaraan ke bawah, sehingga G-Force yang didapat akan semakin tinggi. Jadi faktor kestabilan kendaraan ada banyak komponen yang mempengaruhi."

Penjelasan yang lebih masuk akal, bukan? Sayangnya saya belum menemukan penjelasan yang memuaskan mengenai stabilitas skuter dalam kondisi jalanan basah. Menurut booklet Safety Riding Berskuter yang saya peroleh, disebutkan bahwa "Pengendara yang bijak akan berhenti dan menepi di kala hujan lalu menunggu hujan berhenti." Di beberapa artikel yang pernah saya baca tentang safety riding, memang sebaiknya pengendara lebih berhati-hati di saat melihat perubahan kondisi jalanan, meskipun hanya perubahan warna pada aspal.

Sampai sini dulu artikel mengenai kestabilan. Jika ada update, pasti akan saya lakukan. :)

Riding safely, boys and girls!

Wednesday, January 3, 2007

Tahun Baru, Kedewasaan Baru

Selamat Tahun Baru 2007!

Tak terasa sudah berganti kalender di meja kerja kita. Biasanya kita punya resolusi untuk dicoba direalisasikan di tahun yang baru ini. Seringnya resolusi tersebut berisi hal-hal positif termasuk membuang kebiasaan buruk kita di tahun yang lalu. Kalau saya kaitkan dengan tema blog ini, nggak salah dong kalau saya ajak pembaca semua untuk ikut melakukan safety riding dan menjadi warga negara yang baik dalam berlalu lintas. :)

Sesuai dengan judulnya, saya ingin mengangkat sebuah topik diskusi yang terjadi di milis dan forum Honda Vario Club. Berawal dari Bro Herry yang menceritakan suka dukanya dalam melakukan solo touring Cibubur - Bandung dan tak lupa dilengkapi dengan pengamatan terhadap kekurangan yang dirasakan pada skuter Vario-nya. Ada satu kesamaan kelemahan Vario yang dirasakan juga oleh pengguna Vario lainnya, yaitu ban yang sering terasa licin terutama pada kondisi jalanan basah. Tak ada gading yang tak retak, bahkan untuk produk keluaran si pemegang market share roda dua terbesar di Indonesia. Saya sendiri sampai menjadi korban karena masalah ban yang licin ini!

Berbagai hal telah didiskusikan (saya tulis di artikel tersendiri), mulai dari roda dan bannya, design chasisnya, sampai ke titik berat dan G-Force. Ternyata permasalahannya cukup sederhana, yaitu scooter riding style yang memang sedikit berbeda dengan motor bebek ataupun motor sport. Saya rasa masih banyak pengendara roda dua di Indonesia yang minim pengetahuan mengenai hal ini, jadinya semua jenis dianggap sama. Maka kenalilah skuter Anda dengan baik sehingga Anda dapat menemukan karakter berskuter yang terbaik.

Semoga artikel kali ini dapat menambah wawasan Anda dalam mengendarai skuter. Ride safely, boys and girls!