Thursday, January 4, 2007

Skutik dan Stabilitas

Sesuai janji saya di artikel sebelumnya, artikel ini saya khususkan untuk membahas karakteristik skutik dalam hal stabilitas. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah membantu memberikan opini dan berbagi pengetahuan dalam diskusi ini. Mudah-mudahan isinya dapat bermanfaat bagi pengendara skuter otomatis. :)

Keluhan mengenai stabilitas skuter dan gejala ban licin atau 'ngebuang' pada skutik ternyata disebabkan oleh beragam faktor. Maraknya jenis skuter yang beredar di pasaran menyebabkan keragaman faktor tadi menjadi lebih bervariasi lagi. Nah lho! Banyak banget dong?

Sebetulnya tidak sebanyak yang Anda pikirkan, namun tetap butuh perhitungan yang cukup rumit untuk benar-benar menentukan di mana letak kesalahannya. Jadi lebih baik hitung-hitungan itu diserahkan saja kepada ahlinya. Hehehe... Untuk kita yang lebih awam, ada penjelasan yang menggunakan bahasa yang masih bisa kita mengerti. :)

Ada sebuah fakta bahwa skutik yang merajai pasar di Indonesia adalah hasil produksi Thailand. Skutik Thailand sepertinya memang sengaja diproduksi khusus untuk wilayah Asia (Tenggara?) dan tidak menembus pasar dunia. Silahkan coba bandingkan produk yang ditawarkan di situs AP Honda Thailand dan Powersports Honda Internasional. Anda dapat dengan mudah melihat perbedaan yang mencolok dari produk-produk tersebut.

Apabila dibandingkan dengan skuter-skuter yang dijual di luar negeri (non-Thailand), kita dapat dengan mudah menemukan perbedaan mendasar yaitu pada ukuran roda dan tapak ban yang digunakan. Rata-rata skuter di luar negeri menggunakan roda ring 10" s/d 12". Untuk kelas maxi-scooter, rata-rata menggunakan roda ring 14" untuk belakang dan 15" untuk depan. Ada juga yang menggunakan roda 16" untuk kelas skuter menengah. Namun kesamaannya adalah penggunaan ban tapak lebar (120 mm ke atas). Saya hanya menemukan satu varian skuter yang menggunakan ban model kurus seperti di Indonesia, yaitu Yamaha Why yang menggunakan ring 16" dengan lebar ban kurang dari 100 mm. Bukan berarti design Thailand itu nggak beres lho. Namun saya masih penasaran dan ingin terus mencari titik nyaman yang pas untuk Vario saya.

Ukuran tapak ban jelas membantu menambah traksi terhadap aspal. Saya menjadi lebih yakin terhadap hal ini semenjak memperhatikan sebuah Kymco Grand Dink yang melaju dengan kencang namun tetap stabil. Sangat jelas terlihat bahwa tapak ban lebar yang dimilikinya memperkuat traksi sehingga laju bisa tetap stabil meskipun sambil menyelip-nyelip di antara kendaraan roda 4 yang ada. Padahal Grand Dink itu termasuk besar ukurannya dibandingkan dengan Vario, tapi lincahnya setengah mati! Hehehe...Kapan yah saya bisa beli maxi-scooter? ;)

Tidak puas hanya dengan hasil studi banding dan fakta nyata di jalanan, saya pun bertanya di salah satu milis skuter. Saya dapat beberapa jawaban yang cukup memuaskan dan dapat menambah pengetahuan saya dalam dunia perskuteran. Berikut kutipannya:

Oom Ryan wrote:
"Kymco Xciting pakai velg 15 dan 14. New Gillera Runner sudah pakai velg 14 dan 13, yang lama pakai velg 12. Kalau soal stabilitas, motor semakin besar pasti akan semakin stabil. Ini sih menurut pengalaman saya. Saya pakai Xciting di luar kota, cruise di 120 km/h nyaman. Pakai Grand Dink paling enak cruise di 100 km/h."

Mas Riza wrote:
"Semakin besar roda semakin stabil (baca: manuver menghindari halangan di depan lebih berat, kurang lincah, cocok di jalan lurus) makanya membutuhkan teknik yang lebih untuk keamanan berkendara, contohnya countersteering. Semakin kecil semakin lincah, negatif thinkingnya dikatakan kurang menggigit jalanan, tidak begitu membutuhkan teknik countersteering, makanya susah aku ngasih tahu cara countersteering di dunia skuter, karena memang tidak membutuhkan."

Mas Achmad Hilman wrote:
"Intinya...titik berat motor ada pada posisi yang tepat pada saat bensin terisi dan dinaiki. Inilah desain chasis. Perkara mau pakai velg ukuran berapapun, tetap titik berat (baca : poros rebah) motor akan berubah sesuai ketinggian motor. Karena itu perubahan ukuran velg dari 10 menjadi 12 dsb tetap akan terasa berbeda karena titik berat bergeser naik 2 inchi."

Mas Ai Zeus wrote:
"Jangan lupa, kestabilan juga dipengaruhi G-Force, atau gaya tekan kendaraan ke tanah. Perhatikan kendaraan F1. Mereka sangat memaksimalkan G-Force ini untuk kestabilan kendaraan. MotoGP pun begitu, perhatikan design fairing dan buntutnya. Fairing itu berfungsi untuk membuat aliran udara bergerak di atas kendaraan. Udara itu juga membantu menekan kendaraan ke bawah, sehingga G-Force yang didapat akan semakin tinggi. Jadi faktor kestabilan kendaraan ada banyak komponen yang mempengaruhi."

Penjelasan yang lebih masuk akal, bukan? Sayangnya saya belum menemukan penjelasan yang memuaskan mengenai stabilitas skuter dalam kondisi jalanan basah. Menurut booklet Safety Riding Berskuter yang saya peroleh, disebutkan bahwa "Pengendara yang bijak akan berhenti dan menepi di kala hujan lalu menunggu hujan berhenti." Di beberapa artikel yang pernah saya baca tentang safety riding, memang sebaiknya pengendara lebih berhati-hati di saat melihat perubahan kondisi jalanan, meskipun hanya perubahan warna pada aspal.

Sampai sini dulu artikel mengenai kestabilan. Jika ada update, pasti akan saya lakukan. :)

Riding safely, boys and girls!

Wednesday, January 3, 2007

Tahun Baru, Kedewasaan Baru

Selamat Tahun Baru 2007!

Tak terasa sudah berganti kalender di meja kerja kita. Biasanya kita punya resolusi untuk dicoba direalisasikan di tahun yang baru ini. Seringnya resolusi tersebut berisi hal-hal positif termasuk membuang kebiasaan buruk kita di tahun yang lalu. Kalau saya kaitkan dengan tema blog ini, nggak salah dong kalau saya ajak pembaca semua untuk ikut melakukan safety riding dan menjadi warga negara yang baik dalam berlalu lintas. :)

Sesuai dengan judulnya, saya ingin mengangkat sebuah topik diskusi yang terjadi di milis dan forum Honda Vario Club. Berawal dari Bro Herry yang menceritakan suka dukanya dalam melakukan solo touring Cibubur - Bandung dan tak lupa dilengkapi dengan pengamatan terhadap kekurangan yang dirasakan pada skuter Vario-nya. Ada satu kesamaan kelemahan Vario yang dirasakan juga oleh pengguna Vario lainnya, yaitu ban yang sering terasa licin terutama pada kondisi jalanan basah. Tak ada gading yang tak retak, bahkan untuk produk keluaran si pemegang market share roda dua terbesar di Indonesia. Saya sendiri sampai menjadi korban karena masalah ban yang licin ini!

Berbagai hal telah didiskusikan (saya tulis di artikel tersendiri), mulai dari roda dan bannya, design chasisnya, sampai ke titik berat dan G-Force. Ternyata permasalahannya cukup sederhana, yaitu scooter riding style yang memang sedikit berbeda dengan motor bebek ataupun motor sport. Saya rasa masih banyak pengendara roda dua di Indonesia yang minim pengetahuan mengenai hal ini, jadinya semua jenis dianggap sama. Maka kenalilah skuter Anda dengan baik sehingga Anda dapat menemukan karakter berskuter yang terbaik.

Semoga artikel kali ini dapat menambah wawasan Anda dalam mengendarai skuter. Ride safely, boys and girls!