Wednesday, September 19, 2007

Akhirnya Dia Menyerah Juga

Hari Senin pagi (17/09/07), saya meluncur dari rumah menuju Jakarta via rute biasa yaitu Parung & Pd Cabe. Entah karena bawaan puasa atau saya kurang istirahat, pagi itu Vario tidak saya pacu seperti biasa. Tak terasa satu setengah jam berlalu dan saya pun tiba di kantor. Alhamdulillah nggak ada masalah selama pergi hingga tiba di tujuan.

Malamnya saya terpaksa menginap di kantor, sekalian sahur maksudnya, meskipun bablas juga (tapi tetap puasa koq). Hingga hari kedua, Vario nyaris tak tersentuh. Dipanaskan pun tidak sempat karena saya keburu didera pekerjaan.

Kira2 jam setengah 2 pagi, saya pulang ke kosan. Baru saja sebentar meninggalkan garasi kantor, tiba2 ada suara aneh di bagian belakang Vario saya ketika saya menarik tuas rem belakang. Suaranya persis seperti dua bidang besi yang bergesekan. Saya pikir itu mungkin dari debu yang nggak sengaja masuk ke tromol rem. "Ah, nanti juga hilang sendiri. Tuh kan sudah mulai hilang", gumam saya di dalam hati.

Karena jalan2 utama sudah diportal (maklum kantornya di kawasan perumahan), saya terpaksa melintas gang di kampung warga. Namanya juga jalan kampung, sepertinya saya harus diperiksa secara kejiwaan kalo sampe mengharapkan ada jalan yang di-hotmix. Ketika saya tiba di ujung gang, tiba2 timbul suara gesekan kedua. Kali ini agak beda dengan sebelumnya karena suaranya seperti "mengikut" dengan gerakan mengayun shock belakang. Saya pikir, "Wah, kotor banget nih motor gw. Sampe2 shock belakang juga ikutan bunyi2 begini." Tak lama, suara itu pun hilang dan saya melaju
kembali menuju kosan.

Lega sekali rasanya bisa sampai di kosan tanpa ada masalah ataupun bunyi2an aneh dari Vario saya. Cuaca pagi itu cukup cerah dan anginnya semilir nggak bikin gerah. Saya nikmati waktu tersebut untuk melepas perlengkapan bermotor saya dengan santai dan membuka pintu kosan. Karena teman2 kosan saya sedang tidur pulas, maka saya putuskan untuk mematikan mesin setelah
Vario sudah setengah badan masuk ke dalam pintu kos. Selanjutnya Vario saya dorong menuju spot parkiran.

Kagetnya bukan kepalang, ketika saya dorong justru kali ini bunyi gesekan antar besi kembali terdengar dan bunyinya parah sekali. Tau suara kapur atau kuku yang berdecit di papan tulis dan suka bikin ngilu kan? Nah anggap ini 10 kali lipatnya. Vario pun menjadi susah untuk didorong. Mendadak udara sejuk pagi itu berubah menjadi panas dan pengap. Saya bingung setengah mati tapi juga bersyukur karena masalah ini terjadi setelah saya selamat sampai di tujuan. Apa jadinya kalo masalah ini timbul ketika saya masih di perjalanan?

Saya dudukkan Vario di standar tengah dan saya duduk di sebelahnya sambil mengamati untuk beberapa saat. Pikiran saya segera mengatakan bahwa kemungkinan penyebab bunyi mengerikan ini ada 3:
- Anchor pin patah dan bikin roda nyangkut.
- Kampas rem habis.
- Kampas kopling habis.
Saya menghela nafas sejenak lalu masuk ke kamar untuk berganti pakaian dengan yang lebih santai dan nyaman untuk dipakai main dokter2an dengan si Vario. Lalu dengan sebatang rokok yang menyala terapit di ujung mulut, saya mulai operasi dini hari itu dengan kaki dan bokong dingin (lantainya dingin, bok...).

Saya coba putar roda belakang untuk memastikan dari mana asalnya bunyi sialan itu. Ternyata lumayan butuh tenaga juga untuk memutar si roda. "Wah, gawat nih. Nyangkutnya cukup parah.", pikir saya. Lalu saya coba putar lagi sambil memfokuskan pendengaran saya pada daerah sekitaran tromol belakang. Ternyata bunyi itu berasal dari bagian kopling. Hasil penerawangan saya, (pasti menerawang karena casing CVT belum dibuka) mengatakan bahwa ini kampas koplingnya habis. Selanjutnya saya memutuskan bahwa si Vario harus dibedah lewat operasi kecil.

"Peralatan perang" pun saya siapkan: obeng plus kecil, kunci sok ukuran 8mm dan 17mm (kalo ga salah). Saya pun langsung menjalankan operasi. Tak lama casing CVT sudah terbuka. Saya coba lihat daerah kopling dan...
ADDAUUUWWW..!!!





Masih panas...

"Sial! Lap kotor udah gw buang", saya mengumpat dalam hati. Akhirnya saya putar kembali roda belakang untuk mengamati gejala di kopling. Ternyata memang ada sesuatu yang menyangkut di kopling ini. Kalau kerikil atau debu, rasanya nggak mungkin sampe separah ini bunyinya. Kalau kampas kopling yang habis, saya sendiri belum pernah tau seperti apa bunyinya. Tapi saya tetap berpendirian bahwa suara ini berasal dari dua bidang besi yang bergesekkan.

Saya coba putar kembali untuk melihat kemungkinan ada kerusakan pada si kopling. Sayangnya nggak kelihatan jelas apakah ada kerusakan karena kurangnya penerangan dan saya nggak berani menyentuh koplingnya lagi. Sambil saya perhatikan si kopling, saya pun terus memutar roda belakang hingga akhirnya cukup seret dan bahkan tinggal sedikit lagi dari bisa dibilang nyangkut total. Tiba2 muncul ide gila di kepala saya, "Mumpung macet, ayo bongkar kopling!". Keputusan yang saya ambil ini memang termasuk nekat menimbang saya nggak punya kunci pemegang kopling atau universal holder. Logika saya hanya sebatas kopling nyangkut mungkin bisa cukup menahan saat baut dibuka. 99% nekat dan 1% keberuntungan.

Kunci pun masuk ke baut kopling. Dengan diawali bismillah, mulailah saya memutarnya. Sayangnya si roda juga ikut terbawa berputar. Lalu saya tahan roda belakang dengan kaki saya dan kembali saya putar si baut kopling. Tiba2, seperti ada yang patah dari bagian dalam kopling. Roda pun bisa kembali lancar berputar. Saya terheran2 karena baut kopling sama sekali belum terbuka sedikit pun. Lalu apakah gerangan penyebabnya?

Saat itu kopling sudah agak dingin dan mulai dapat saya pegang. Saya coba putar pelan2 untuk memperhatikan apakah ada sesuatu yang aneh di dalam clutch bell, tapi tak terlihat apa2. Saya putar kembali pelan2, kali ini sambil memperhatikan HiT Clutch dari Dr Pulley yang terpasang di dalam bell. Tiba2 mata saya terpaku pada sesuatu dan kopling saya hentikan agar sesuatu tadi tetap jelas terlihat. Apakah sesuatu itu?

Ternyata salah satu kait di pillow spring patah dan terlepas dari tempat penyangkutnya. Kemudian sisa spring tadi lepas dan bergesek dengan clutch bell. Pastinya ada luka yang cukup dalam mengingat bunyinya yang cukup menyeramkan. Saya sendiri hingga saat ini belum mengecek kondisi bagian dalam dari clutch bell dan si HiT Clutch. Perasaan saya bercampur aduk antara kesal, lega dan heran.

Ketika saya keluarkan sisa spring dan saya perhatikan, pillow spring ini berwarna merah atau varian pillow spring yang paling keras daya renggangnya. Ada sedikit bagian dari spring tadi yang sudah termakan karena gesekan. Bagian kait yang putus sepertinya disebabkan oleh daya putar sewaktu saya mencoba membuka kopling. Seandainya tidak diputar pasti masih utuh, tapi percuma juga karena bagian yang bergesekan sudah tentu habis terkikis jika saya memutuskan untuk mencari bengkel yang punya alat untuk membuka kopling ini.

Saat ini, Vario saya sudah bisa digunakan kembali dan alhamdulillah lancar2 saja. Ada rasa yg sedikit aneh saat 2 buah pillow spring bekerja. Seharusnya menghentak tapi jadi lebih halus. Entah bagaimana mendeskripsikannya. Saya memutuskan harus segera mengganti pillow spring yang tersisa dengan satu set pillow spring yang warna kuning. Jika kondisi memaksa, mau nggak mau saya harus kembali mengganti HiT Clutch dengan kopling orisinil Vario yang sudah karatan dan tersimpan di tas saya sekarang.


---

Ada beberapa pertanyaan yang timbul di kepala saya:
1. Apa penyebab pillow spring tsb bisa lepas dari dudukannya?
2. Kasus ini merupakan kasus kedua yang saya tau mengenai pillow spring putus di jalan. Kasus pertama kalo nggak salah dialami oleh mas Dian Anhar dengan Kymconya di Surabaya. Adakah benang merahnya?
3. Apakah saya tetap dapat menggunakan HiT Clutch atau harus pensiun dan kembali ke kopling orisinil?


Mudah2an jawabannya segera bisa diketahui. Let's hope for the best.