Friday, February 2, 2007

Motor vs Banjir

Jakarta, ibukota Indonesia yang identik dengan kemewahan dan gemerlap lampu-lampu malamnya, ternyata masih tidak berkutik ketika banjir melanda. Hujan deras terus menerus selama sekitar 3 hari 2 malam kontan membuat kondisi jalanan menjadi macet. Bahkan beberapa rute yang umum digunakan masyarakat terpaksa ditutup karena sudah tidak bisa dilalui oleh kendaraan bermotor. Menurut Detik.Com, ketinggian air di beberapa daerah banjir di Jakarta sudah mencapai 3 meteran! Gila!

Tadi pagi, saya yang terpaksa menginap di kantor, akhirnya bisa juga pulang dengan menggunakan jasa busway. Sewaktu saya naik jembatan penyeberangan, macet sudah terlihat sangat padat dan sangat panjang! Yang menarik perhatian saya adalah, ternyata ruas jalanan yang sedemikian lebarnya justru lebih banyak dikonsumsi oleh kendaraan roda empat dan bus kota. Sementara motor hanya menempati porsi jalan yang jauh lebih sedikit, bahkan sangat sempit. Saya langsung teringat rencana Sutiyoso melarang roda dua masuk ke jalan protokol, khususnya Sudirman - Thamrin.

Memang sih, banyak pengendara roda dua yang masih tidak tertib aturan. "Aturan dibuat untuk dilanggar", begitu kira-kira anekdotnya. Mungkin lucu bagi mereka, tapi bagi saya sih nggak lucu sama sekali tuh. Saya hanya bisa maklum apabila saya sedang naik skuter kemudian menjadi korban pelampiasan sentimen dari para pengguna mobil. Padahal saya sudah berusaha untuk safety riding. Benar-benar tidak adil, tapi kepada siapa saya harus mengadu? Serasa puasa bulan Ramadhan setiap hari. Hehehe...

Sepanjang perjalanan di dalam bus Trans Jakarta, saya dan penumpang lainnya disuguhi sebuah pemandangan yang cukup bisa membuat hati gelisah. Tepatnya di depan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, banjir terlihat sudah mulai menenggelamkan keempat roda sebuah sedan yang sedang terjebak kemacetan. Dua orang teman yang kebetulan bekerja sebagai sales produk obat-obatan terpaksa kembali ke kos karena banjir sudah meluas. Teman saya yang satu mengatakan banjir di Rasuna Said sudah setinggi paha. Yang satunya lagi bahkan sudah mencoba beberapa rute yang biasa dilaluinya, namun semuanya ditutup karena banjir. Saya membayangkan hari ini Jakarta lumpuh, mungkin banyak orang yang menerima surat peringatan dari tempat kerjanya, dipotong cuti, dipotong gaji, dan dimarahi atasan. Bahkan mungkin juga ada yang kehilangan kesempatan mencari nafkah hari ini. Semua karena banjir.

Setelah mandi, saya kembali berangkat ke kantor dan masih menggunakan jasa busway. Kali ini pemandangan di depan kampus Atma Jaya menjadi lebih mengerikan lagi. Jalur lambat hilang sama sekali ditelan air kotor berwarna coklat. Bus dan motor terpaksa masuk ke jalur cepat. Sampah-sampah berat juga banyak yang terbawa arus air hingga masuk ke tengah jalur cepat: ada potongan kayu, ada sandal jepit, ada keranjang sampah anyaman... Menyedihkan.

Melihat kondisi itu sambil membayangkan mereka yang bekerja di Pemda DKI membuat saya emosi jiwa!
"Hei, Bang Yos! Ngapain repot-repot ngelarang motor masuk jalan protokol?! Kalo kami dilarang masuk ke sana, tolong larang juga banjir dan sampah-sampah untuk masuk ke jalan protokol!!! Kami minta pertanggung jawaban Pemda DKI terhadap uang pajak kami!"
Kurang lebih seperti itulah bunyi uneg-uneg yang ada di kepala saya saat ini. Mudah-mudahan ada yang baca dan bisa merealisasi Pelarangan Banjir Masuk Jalan Protokol. Trotoar aja bisa koq dilebarin, masa bikin got yang bagus aja nggak bisa sih? ;)

Untungnya sekarang hujan sudah reda. Biarlah cuaca cerah dan matahari menurunkan tinggi air dan membuat suasana kembali jernih. Bagi kita pengendara roda dua, berikut ada beberapa tips dalam rangka mengantisipasi datangnya banjir. Saya kutip dari tulisan Bayu Adhiwarsono alias Kang Ube di salah satu milis skuter matik.

1. Selalu bawa plastik ukuran kecil dan besar, untuk membungkus tas atau sepatu.

2. Jas Hujan juga wajib bawa.

3. Pakaian cadangan satu stel, mulai dari pakaian dalem, baju, celana, jaket.

4. Selalu bawa kunci, terutama kunci 8, untuk buka cvt.

5. Bawa busi cadangan.

6. Selalu hati2 mengarungi genangan banjir, ikuti alur roda kendaraan di depan, untuk mengindari mendadak masuk lubang.

7. Banjir tinggi? Mending balik arah atau berhenti deh ! Motor kita kan bukan Jetski.



---

Lewat mana pun nantinya, pengendara roda dua pasti akan kembali dirugikan oleh banjir.

Salam basah-basahan!

1 comment:

  1. Wah, baru tau kalo tulisan saya ada yang dikutip kesini, hatur tengkyu, mudah2an bermanfaat buat temen2 yg laen.

    ReplyDelete