tag:blogger.com,1999:blog-68626844508027638582024-02-20T18:29:36.913+07:00Skuter Gorboperjalanan saya di dunia skuter yang luasgorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.comBlogger30125tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-46166609093604882852010-01-11T21:03:00.000+07:002010-01-11T21:07:11.616+07:00Peraturan Mutasi Kendaraan (Jan 2010)<span style="font-size:85%;"><span style="font-family: trebuchet ms;">Syarat Mutasi Kendaraan :</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">1. BPKB</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">2. STNK</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">3. Chek Fisik Kendaraan (bisa dilakukan chek fisik bantuan dikantor chek fisik dikantor Samsat terdekat)</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">4. Kwitansi Jual Beli (materai 6000)</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">5. KTP pemilik (daerah yang akan dituju)</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">6.(Untuk badan hukum )</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Salinan akte pendirian + 1 lembar foto copy, keterangan domisili, surat kuasa bermaterai cukup & ditanda tangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap badan hukum yang bersangkutan</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Untuk intansi pemerintah ( termasuk BUMN & BUMD ) :</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">surat tugas atau surat kuasa bermaterai cukup & ditanda tangani oleh pimpinan serta dibubuhi cap intansi yang bersangkutan</span><br /><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Tata Cara Mutasi Kendaraan :</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">1. Silahkan anda datang ke kantor Samsat sesuai dengan Buku kendaraan/pemilik pertama dimana kendaraan tersebut didaftar.</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">2. Apabila anda melakukan Chek fisik bantuan silahkan hasil chek fisik tersebut dilegalisir terlebih dahulu.</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">3. Kemudian berkas tersebut didaftarkan ke loket bagian mutasi luar daerah.</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">4. Setelah berkas keluar silahkan (untuk Samsat DKI Jakarta) daftarkan ke bagian Mutasi yang ada di Lt.1 Gedung TMC Dit Lantas Polda Metro Jaya.</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">5. Setelah proses No.4 selesai, silahkan kembali ke kantor Samsat untuk pengambilan Fiskal dan arsip kendaraan tersebut.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.facebook.com/note.php?note_id=248004956646">Notenya TMC Polda Metro di FB.</a><br /></span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-72592615669140722172010-01-05T16:06:00.005+07:002010-01-05T16:37:03.935+07:00Saya Butuh Saran<span style="font-size:85%;"><span style="font-family: arial;">Sedikit prakata dari Gorboman:</span><br /><br /></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family: arial;"></span></span><blockquote style="font-style: italic;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-family: arial;">Sudah sekian lama gak nulis, apa salahnya sekali2 berbagi sesuatu sama pembaca blog saya ini.</span><br /> </span><br /><span style="font-size:85%;"> <span style="font-family: arial;">Beberapa waktu belakangan di blog ini dan di berbagai kesempatan ketemu di darat, kerap orang menanyakan mengenai peningkatan performa Vario ke saya. Jujur saya bingung dengan berbagai istilah yang ditanyakan dan didiskusikan. Sepertinya ada salah persepsi di sini. Blog ini saya tulis hanya untuk berbagi cerita, eksperimen, dsb. dari seorang pengguna biasa. Ya. Saya pengguna biasa, bukan seorang ahli mengenai mesin, modifikasi, atau apa pun.</span><br /> <br /> <span style="font-family: arial;"> Sebagai pengguna biasa, tentunya saya punya berbagai pengalaman yang ingin saya bagi di blog ini dengan Anda. Sama halnya seperti Anda yang berbagi dengan teman-teman Anda saat sedang berkumpul santai. Kali ini, lagi2 saya ingin berbagi mengenai pengalaman performa Vario. Namun dalam scoop yang lebih santai, dengan sudut pandang pengguna harian yang lumayan heavy duty setahun terakhir ini, seperti bikers lainnya di kota Jakarta yang macet banget ini.</span></span></blockquote><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family: arial;"></span><span style="font-family: arial;">Mari kita mulai.<br /><br />Melihat perkembangan ilmu bikin Vario jadi ngacir selama 3 tahun belakangan ini betul-betul membuat saya kagum. Banyak sekali orang yang melakukan peningkatan performa Vario dengan bore up, ganti parts CVT, ganti roda 17", pretelin bodi, ganti kenalpot racing, dsb. Jadi kencangkah lari Vario mereka? Oh ya jelas lah! Mungkin Anda termasuk salah satu dari mereka atau setidaknya menginginkan Varionya bisa lari kencang.<br /><br />Saya tidak. Paling nggak, hasrat ke arah sana sudah lama saya pendam. Sekarang saya cuma ingin nyaman, tapi Vario nggak culun2 amat juga kalo di jalanan. Ternyata bisa koq, Vario standard, meskipun sudah terhitung tua tapi masih menyenangkan buat lari2 kecil di kala jalanan sepi. </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family: arial;">Gimana caranya?</span></span><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family: arial;"><br />Aha! Pasti oli!<br /><br />Betul. Saya sudah 2 tahun belakangan ini pake oli 100% Full Synthetic, mereknya AMSOil dengan spek 10w-30. Senang rasanya ga usah ganti oli selama setahun. Bahkan buat dipake heavy duty pun ga masalah. Sayang sekali, oli ini diperkirakan bakal jadi barang langka. Gara2 harga dollar kemaren ga stabil, susah banget buat ekspor impor barang, apalagi kalo partai kecil.<br /><br />Kebetulan tanggal 22 nanti, masa berlaku oli di Vario saya habis. Sudah waktunya harus saya ganti. Karena saya udah jadi orang kuper di dunia performa Vario, boleh kiranya saya mohon dikasih masukan:<br /><br />Oli merek apa yang bagus? Harganya berapa satu pint-nya? Dan belinya di mana?<br /><br />Hehehe... Terima kasih. :)<br /></span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-17304142885816370802009-01-10T13:03:00.004+07:002009-01-14T01:18:23.351+07:00Tak Terasa Sudah Setahun...<span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Kira-kira setahun yang lalu saya menulis tentang AMSOil 10w-30 (<a href="http://skutergorbo.blogspot.com/2008/01/amsoil-10w-30-part-1.html">part 1</a> & <a href="http://skutergorbo.blogspot.com/2008/01/amsoil-10w-30-part-2.html">part 2</a>). Dan kemarin akhirnya saya melakukan penggantian oli dengan <span style="font-weight: bold;">AMSOil 10w-30 botol berikutnya</span>. Maka dengan ini, saya telah menepati janji saya untuk menggunakan (lebih tepatnya bereksperimen) oli ini <span style="font-weight: bold;">selama satu tahun penuh! </span>Alhamdulillah!</span><br /><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Di awal penggunaan, tercatat odometer di angka <span style="font-weight: bold;">11630x </span>dan pengisian dilakukan di bulan Januari 2008. Pada saat penggantian kemarin, odometer berada di angka <span style="font-weight: bold;">19040x</span>. Skuter digunakan dalam batasan ringan hingga menengah, hanya sesekali saja digunakan dalam batasan heavy duty. Kondisi seluruh part motor adalah standar pabrikan, kecuali roller </span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >yang pernah diganti dengan Sliding Roller keluaran Dr Pulley </span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >dan torque spring untuk Kymco Trend 125cc (kondisi terakhir, semua part total standar Honda / AHM).</span><br /><br /><div style="text-align: center;"><a style="font-style: italic;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/SWzZ3yv38dI/AAAAAAAAAF4/dgQDPng3cpU/s1600-h/odometer.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 256px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/SWzZ3yv38dI/AAAAAAAAAF4/dgQDPng3cpU/s320/odometer.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5290843214792094162" border="0" /></a><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:verdana;"><span style="font-style: italic;">Foto 1: Odometer di skuter saat penggantian oli.</span><br /></span></span></div><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" ><br />Dengan berakhirnya eksperimen ini, artinya AMSOil 10w-30 ini telah <span style="font-weight: bold;">berhasil memenuhi janji yang tertera pada kemasannya</span>, yaitu bisa digunakan hingga maksimal 1 tahun. Hal ini juga membuktikan bahwa AMSOil bukan termasuk kategori <a href="http://skutergorbo.blogspot.com/2008/02/apakah-snake-oil-itu.html">Snake Oil</a></span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >.</span><br /><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >---<br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Resensi selama penggunaan:</span><ul style="font-family:verdana;"><li><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Kira-kira saat melewati bulan ke 8, skuter saya mulai terasa bergetar, tapi tidak parah.</span></li><li><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Getaran bisa dikurangi dengan mengganti kembali parts pada CVT dengan yang original.</span></li><li><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Tenaga mengempos sedikit demi sedikit dan mulai terasa di bulan ke 10.</span></li><li><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Di bulan terakhir, tenaga betul2 kempos dan memang sudah saatnya oli diganti.</span></li></ul><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Review pada saat penggantian oli:</span><ul style="font-family:verdana;"><li><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Pada saat penggantian, oli bekas terlihat sudah menghitam.</span></li><li><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Struktur oli masih relatif encer, tidak terlihat pengentalan seperti pada oli mineral bekas.</span></li><li><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Oli gear ternyata masih cukup bagus kondisinya, kira-kira masih bisa digunakan selama 6 bulan</span></li></ul><div style="text-align: center; font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/SWzYtCANfuI/AAAAAAAAAFw/wcNrkw2nyZ4/s1600-h/oli+bekas.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 256px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/SWzYtCANfuI/AAAAAAAAAFw/wcNrkw2nyZ4/s320/oli+bekas.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5290841930396958434" border="0" /></a></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:verdana;">Foto 2: Oli bekas yang sudah menghitam, tapi masih relatif encer.</span></span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/SWzZ36soJ6I/AAAAAAAAAGA/RlPhwv1i2DY/s1600-h/oli+sisa+gear.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 256px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/SWzZ36soJ6I/AAAAAAAAAGA/RlPhwv1i2DY/s320/oli+sisa+gear.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5290843216925960098" border="0" /></a><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:verdana;">Foto 3: Oli gear bekas kondisinya masih cukup baik.<br /><br /></span></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/SWzZ4GVOsGI/AAAAAAAAAGI/Yed6Zc_KvQo/s1600-h/perbandingan+oli.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 256px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/SWzZ4GVOsGI/AAAAAAAAAGI/Yed6Zc_KvQo/s320/perbandingan+oli.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5290843220049047650" border="0" /></a><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:verdana;">Foto 4: Perbedaan warna antara AMSOil baru dengan AMSOil bekas.</span></span><br /></div><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Riding impression setelah penggantian oli:<br /></span><ul style="font-family:verdana;"><li><span style="font-size:85%;">Kali ini tidak memakan waktu 3 hari untuk merasakan khasiatnya.</span></li><li><span style="font-size:85%;">Getaran menjadi sangat minim. Sepertinya ini faktor usia parts.</span></li><li><span style="font-size:85%;">Dalam bukaan gas yang sama, speed bisa mencapai 10 kpj lebih cepat.</span></li></ul><span style="font-size:85%;"> <span style="font-family:verdana;"><br />---</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kurang lebih demikian reviewnya yang memang sengaja tidak saya tulis sespektakuler sebelumnya. Kemudian bersamaan dengan diturunkannya tulisan ini, saya mohon izin untuk pamit dari dunia skuter yang fanatik untuk kembali menjadi scooterist biasa. Dengan kata lain, artikel ini adalah artikel terakhir yang saya tuliskan di blog ini.</span> <span style="font-family:verdana;">Seperti kata Steve Jobs dari Apple, "Stay foolish. Stay hungry."</span> <span style="font-family:verdana;">Gorboman, untuk SkuterGorbo, undur diri.</span> </span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-74438048421787047772008-11-19T10:22:00.004+07:002008-11-19T11:03:27.716+07:00Mengusir Bosan di Saat Riding<span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >Yang namanya berkendara itu suka aneh. Kadang kita bisa nikmatin banget, kadang kita bisa bosan dibuatnya. Kalo yang nikmatin sih udah nggak usah ditanya deh, emang paling yahud rasanya kalo kita lagi enjoy2nya berkendara. Semua hal, meskipun ngebetein, bawaannya asik2 aja. Menyenangkan lah.<br /><br />Tapi kalo yang namanya udah diserang rasa bosan, huh, segala hal dari yang kecil sampe yang gede kayaknya nyebelin aja. Terus kalo rasa bosan itu udah berubah jadi kantuk, wuih... ini yang bahaya baik bagi yg naik motor atau yg nyetir mobil. Meleng sedikit kita bisa celaka atau bahkan nyelakain orang lain.<br /><br />Banyak orang yang nyoba untuk menghibur diri selama berkendara biar gak bosan. Kalo yang naik mobil sih, paling banter dengerin musik atau radio favorit. Kadang ada yang sambil nyanyi2 di mobil atau ngangguk2in kepala ngikutin irama musiknya. Kalo nonton TV, DVD atau berhape ria sih sama sekali gak disarankan deh.<br /><br />Gimana halnya dengan orang2 yang naik motor? Ini juga macam2 cara untuk menghibur dirinya. Ada yang nyanyi2, ada juga yang siul2. Kalo punya duit lebih, biasanya mereka suka pasang earphone yang nyambungnya ke hape atau MP3 player. Kalo ga dengerin radio, ya mereka dengerin musik2 favorit. Kadang segitu </span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >masih </span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >gak cukup, jadinya </span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >ditambah pake ikut nyanyi2 atau siul2. Kalo yang duitnya berlebih lagi, mereka rela ngemodif tunggangan mereka. Motornya dipasangin speaker yang water proof. Terus ada yang ditambahin amplifier buat bisa ngangkat suara dari sub woofer. Colokinnya sih biasanya tetap ke hape atau ke MP3 player. Yang kayak begini biasanya kalo lewat udah kayak angkot gaul yang bunyinya jedak jeduk kalo lagi lewat. Mewah ya buat ukuran motor modifan?<br /><br />Nah, kalo saya sekarang lagi punya hobby baru yang bisa dilakuin juga sambil nyemplak motor. Lumayan lho bisa ngusir bosan banget soalnya butuh konsentrasi yang sama tingginya dengan nyemplak motor itu sendiri. Hehe... Kepala berasa kepecah dua pas awal2 dan saya akui emang bahaya karena suka telat respon sama keadaan sekitar. Tapi lama2 jadi kebiasa dan mirip sama nyanyi2 atau siul2 sambil nyemplak. Nama hobby itu adalah beatboxing.<br /><br />Buat yang belum tau apa itu beatboxing, yaitu meniru suara alat musik perkusi atau suara drum lewat mulut. Kalo udah lumayan nguasain teknik dasarnya, beatboxing bisa juga dilakuin sambil kita bersenandung. Jadi kita bisa ngehasilin suara yang bernada dan juga bunyi2 ketukan yang berirama dalam saat yang bersamaan. Nah, kalo udah lebih menguasai lagi, kita bahkan bisa bikin bunyi2an itu sambil nyanyi lho! Kedengerannya susah ya? Kalo kita latihan terus2an sih kita bakal tau kalo ternyata gak susah koq. Kita juga bisa banget ngelakuin beatboxing non-stop selama beberapa menit bahkan hingga satu jam tanpa harus kehabisan nafas. Palingan bibir sama pita suara aja yang pegal. Hehe...<br /><br />Beatboxing sambil nyemplak motor itu menyenangkan, seenggaknya bagi saya. Dia bisa ngebunuh rasa bosan itu jauh lebih efektif daripada nyanyi atau siul2. Kadang kalo lagi nggak tau mau nge-beatbox lagu apaan, palingan saya cuma ngulang2 kata "buts" sama kata "kats", jadinya Bts Kts </span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >Bts Kts </span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >Bts Kts </span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >Bts Kts... dst dengan irama yang konstan.<br /><br />Seru lho! Cobain deh. :)<br /></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-41759674765449096812008-10-09T16:23:00.002+07:002008-10-09T16:38:45.374+07:00The Bro & Cuy Super Show<span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >Sebetulnya ini artikel ga pas kalo ditempatin di blog yang ini. Tapi karena banyak teman2 saya yang kantornya pada katro ga bisa buka MP atau koneksinya pada lemot kalo ngebuka MP maka... Ya, betul. Selamat menikmati!<br />---<br /><br /><br />Hai, genk!<br /><br />Seandainya kalian2 berada di Jakarta dan melewati itu yang namanya billboard yang kayak televisi deket Senayan City, sudi kiranya kalian2 mencoba karya terbaru saya yang berjudul:<br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >"The Bro & Cuy Super Show!"<br /></span><br />Selanjutnya kita sebut TBCSS aja ya. Saya males ngetik soalnya. Karya ini idenya adalah ngegabungin dua media yang sudah umum di masyarakat untuk ngebikin sebuah interaktivitas.<br /><br />Media yang satu adalah billboard, yang sekarang udah berkembang jadi giant video screen atau LED screen lebih tepatnya. Di Indonesia, yang kayak begini masih tergolong baru alias belum banyak. Tapi gak apa2, outdoor media itu sendiri masih terbilang umum di sini. :)<br /><br />Media yang satunya lagi adalah hand phone. Media ini biasanya dipake untuk beriklan via sms atau dengan memanfaatkan itu yang namanya content provider. Di Indonesia, handphone paling umum dipake untuk SMS-an. Sampe2 dulu ada client yang orang Korea bilang kalo orang Indonesia itu bisa mati kalo sehari dilarang SMS-an. Hehehe... Ya gak segitunya juga sih, paling cuma gatel2 aja.<br /><br />Nah! Hasil penggabungan dua media itu tadi memunculkan sebuah konsep yang cukup menarik, di mana masyarakat bisa kirim SMS untuk memunculkan sebuah permintaan di layar LED itu. Sesimple itu... tapi gak simple banget pokoknya. Percaya deh sama saya.<br /><br />TBCSS itu sendiri berkisah tentang dua orang maniak bola yang kebetulan cukup mahir bermain bola, sekaligus bermuka tembok. Kenapa bermuka tembok? Karena mereka rela ngelakuin permintaan dari masyarakat demi bisa nongol di LED dan jadi terkenal. Yah maklum lah, anak muda jaman sekarang emang pada narsis.<br /><br />Cara bermain TBCSS adalah dengan mengirimkan SMS dengan format:<br /><br /><span style="font-weight: bold;">DJARUM </span><spasi><spasi> </spasi><spasi style="font-weight: bold;">NAMA </spasi><spasi><spasi> </spasi></spasi></span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" ><spasi> </span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" ><spasi><spasi><span style="font-weight: bold;">HURUF KODE PERINTAH</span><br /><br />Contohnya begini: <span style="font-weight: bold;">DJARUM ARIA C</span><br /><br />Terus kirimnya <span style="font-weight: bold;">ke nomor 9600</span>. Kalo lagi rame, pengirim akan masuk ke daftar antrian. Biar gambarannya lebih jelas, silakan lihat sendiri gambarnya <a href="http://gorbo.multiply.com/journal/item/19/The_Bro_Cuy_Super_Show">di sana</a>.<br /><br />TBCSS bakal tayang tiap hari, tanggal 6 - 26 Oktober 2008. Tiap harinya bakal ada 5 pilihan perintah yang bisa dipilih dan total selama TBCSS berlangsung ada 10 pilihan.Semuanya dibagi ke dua kategori: seriusan dan lucu2an. Jam tayangnya adalah jam 12.00 - 13.00 sama jam 17.30 - 19.00 setiap harinya.<br /><br />Saya ikutan nongol di karya ini jadi goal keeper dadakan. Aslinya sih gak bisa main bola. Saya pake jaket, kupluk dan masker di situ. Bukan karena saya jelek, tapi muka saya itu ga jelas. Jadi daripada ga jelas, mending ditutupin aja. :P<br /><br />Karya yang seperti ini mungkin bukan sesuatu yang benar2 baru di dunia, tapi saya rasa karya ini adalah yang pertama di Indonesia. Jadi, kalo kalian2 liwat ke sana, jangan lupa coba kirim SMS dan kasih ripyunya <a href="http://gorbo.multiply.com/journal/item/19/The_Bro_Cuy_Super_Show">di sini</a>. ;)</spasi></spasi></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-6773307986265050072008-10-08T14:31:00.000+07:002008-10-08T14:52:50.689+07:00Biar gak kosong2 amat...<span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: trebuchet ms;">Sesuai judulnya, saya mau ngisi update2 kecil seputar Vario saya. Antara lain:<br /><br />1. Hari Senin kemarin saya baru aja service setelah sekian bulan ga servis2 ke bengkel. Biasa lah... malas. Akhirnya karbu bersih dan performa mesin kembali fresh.<br /><br />2. Motor saya dalam keadaan setingan standar, CVT pun balik ke orisinilnya. Ini gara2 belt yang udah 2 taun ga diganti2, ternyata retak2nya udah mulai bertambah. Masih bisa dipake sih, cuma ngeri aja karena ada beberapa ruas gigi belt yang kawatnya mulai keliatan. Dikit sih, tapi bikin parno. Bayangin kalo beltnya putus di tengah jalan tengah malam out of nowhere near Parung!!! ( -_-' )<br /><br />3. Yang ga standar tinggak olinya aja. Saya masih pake AMSOil yang dulu saya isiin saat odometer 11630x km, Januari 2008. Kondisi oli masih baik, tidak ada penguapan yang berarti, kalo ada pun itu sedikiiiiiitttt sekali. Performa memang nggak 100% karena oli ini udah dipake selama... bentar ngitung dulu... sekitar 8 atau 9 bulan gitu deh (males ngitung). Odometer sekarang ada di kisaran 17000-an.<br /><br />Kayaknya jadi nih ngetes oli sampe setaun. Tapi saya tetep pingin nyetok dulu satu pint buat keadaan kalau2. Hehehe...<br /><br /><br />Sekian.<br /></span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-42661903226678801462008-08-15T21:29:00.002+07:002008-08-15T22:22:22.188+07:00Skywave 125 NR<span style="font-size:85%;"><span style="font-family: verdana;"><span style="font-weight: bold;">NOTE: </span>This article will talk about the South East Asian version of Skywave. <span style="font-weight: bold;">NOT THE SKYWAVE / BURGMAN. </span>So if this is not the scooter that you're refering, please close the browser or tab now.<br /><br />---<br /><br /><br />Memang tergolong terlambat, tapi lebih baik daripada tidak sama sekali. Bukan apa-apa, soalnya saya lumayan penasaran sama skuter yang satu ini.<br /><br />Ceritanya tadi sore menjelang malam, saya sama teman-teman kantor mau ngongkrong di teras kantor untuk sekedar melepas jenuh. Apalagi saya cukup dongkol karena upgrade komputer saya ditunda sampai hari Selasa. Baru juga mau duduk di kursi teras, tiba-tiba pandangan kami semua <span style="font-weight: bold;">tertuju ke sebuah Skywave NR</span> di parkiran motor. Awalnya saya kira itu adalah skuter punya orang yang ngerakitin komputer, ternyata itu skuter punya adiknya teman saya dan kebetulan lagi dibawa sama teman saya ke kantor hari ini. Wah! Langsung kesempatan itu nggak saya sia-siakan. Pinjam kunci dan langsung menuju ke jalan </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family: verdana;">komplek </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family: verdana;">di depan kantor.<br /><br />Untuk kesan pertama, langsung saya membandingkan dengan Vario saya. Hanya sebatas <span style="font-style: italic;">riding impression</span>, kalo masalah <span style="font-style: italic;">eye candy </span>mah udah banyak yang bahas dan memang bukan keahlian saya.<br />- Bodinya sedikit lebih besar<br />- Bobotnya lebih berat tapi artinya lebih stabil<br />- Setangnya lebih sempit<br />- Joknya lebih enak, tapi entah kalo lama disemplak<br />- <span style="font-style: italic;">Ground clearance </span>lebih tinggi, kaki saya harus lebih jingkat dibanding naik Vario<br />- Dek kaki sepertinya sempit tapi masih cukup leluasa<br /><br />Lalu saya mulai <span style="font-weight: bold;">test untuk performa bawah,</span> performa atas nggak mungkin karena lokasi di dalam komplek. Boss saya teriak, "Udah geber aja!" Maksudnya bercanda, tapi saya sih gak masalah. Teman saya agak bete karena masih masa inreyen katanya. Hehehe... Belum tau khasiat Motoman dia. Btw, untuk test ini pembandingnya adalah Spin SR milik teman saya yang sudah resign.<br /><br />Saya coba buka gas sedikit, hmm... lebih responsif si Spin. Lalu saya bejek gasnya langsung hingga 3/4 putaran, hmm... tarikannya kalah sama si Spin, tapi ini lebih safe. Buat pelan enak, buat kencang juga enak. Lalu saya teringat kata om Ai Zeus, dia bilang berdasarkan spesifikasi di atas kertas, <span style="font-weight: bold;">Skywave ini memang lebih cocok untuk putaran atas </span>dan putaran bawahnya biasa aja. Ternyata untuk putaran bawah sudah terbukti. Tapi 'genjotan' tengahnya lebih enak dibanding Vario. Yang saya belum biasa itu ini skuter cukup tinggi, sementara Vario saya lebih rendah. Lucunya, relatif stabil meskipun tinggi. Ini pasti pengaruh bobot yang lebih berat.<br /><br />Lalu saya coba manuver berputar normal. Seperti Vario, tapi sedikit lebih mudah untuk mendapatkan sudut putar. Mungkin ini karena perbandingan ring 16" dengan lebar bannya klop. Kembali ke depan kantor, skuter ini saya bawa pelan. Wah! Saya <span style="font-weight: bold;">masih bisa merasa nyaman </span>ketika melewati aspal jelek yang gradakan sepanjang jalan itu. Sepertinya ini pengaruh shock stereo di belakang. Dek kaki pun nggak sesempit yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata cukup mengakomodir posisi kaki. Yang jelas, saya nggak tega muatin tas carrier 75 liter saya di dek depan situ. Bisa aja sih, tapi saya nggak akan tega.<br /><br />Setiba di depan kantor, saya turunkan side stand samping. Ternyata mesin mati! Wah, fitur keamanannya seperti di Vario. Bisa lebih aman kalo bawa ponakan atau sepupu saya yang masih kecil-kecil. Sayangnya <span style="font-weight: bold;">masih pake choke manual. </span>Kalo autochoke akan jadi lebih enak lagi, manasin motor nggak perlu ribet-ribet.<br /><br />Lalu saya pingin lihat <span style="font-weight: bold;">ada apa di bawah jok. </span>Kata teman saya, "Tekan dikit terus putar". Saat itu saya merasa kampungan. Udah ditekan, diputar, tapi malah ngunci setang. Akhirnya teman saya mempraktekan, ditekan dan diputarnya ke arah kanan. Ooo.. pantesan... Begitu terbuka, bagasinya wah gede banget! Masih gedean Kymco punya sih, tapi untuk skuter dengan <span style="font-style: italic;">ground clearance </span>yang <span style="font-style: italic;">friendly </span>dengan jalanan di Indonesia, segini udah gede banget. Lalu saya jadi teringat ceritaan di milis Skywave (atau milis Spin ya?) Bagasi gede ini emang nggak ada saluran buangan airnya. Jadi harus hati-hati kalo nyuci. Salah-salah malah jadi kolam ikan ntar. Hahaha!<br /><br />Di sebelahnya ada tutup tangki dan tangki bensin tentunya, cukup rapi dan nggak neko-neko. Emang mau diapain lagi tangki bensinnya? Palingan kalo punya banyak waktu luang dan duit, bisa di-airbrush biar jadi seperti bungkus laptop. Jadi ada pemandangan kalo lagi isi bensin. Lalu ada box kecil lagi di sampingnya. Saya tanya apakah itu tempat aki atau sikring, dan teman saya bilang itu <span style="font-weight: bold;">tempat tools.</span> Wah! Rapi sekali. Nggak cukup besar buat bawa tools yang aneh-aneh sih, tapi paling nggak buat obeng dan kunci pas sih bisa lah. Selebihnya masuk ke "kolam ikan". Hehehe...<br /><br />Memang sesi <span style="font-style: italic;">test ride-</span>nya kurang memuaskan, tapi mungkin karena saya <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">overwhelmed </span>sama skuter ini. Waktu ngetes Pulsar, Scorpio, dan motor lainnya yang ada di kantor (termasuk CB 125 yang batal dibeli teman saya), kayaknya skuter ini yang bisa bikin saya kagum setelah dulu saya test ride Kymco Trend SR.<br /><br /></span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family: verdana;"><span style="font-weight: bold;">Kesimpulan saya: </span>Ini skuter <span style="font-weight: bold;">good value banget</span>. Cocok buat laki-laki atau mereka yang berpostur cukup tinggi (standard nasional Indonesia terakhir itu 170 cm untuk cowok) dan adiknya teman saya itu perempuan berparas cantik yang postur tubuhnya termasuk tinggi. Hayooo! Pada nyariin deh ntar di jalan. :P<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Akhirnya bisa nyobain juga si Skywave 125 ini. </span>Jadi kepingin... :) Tapi mudah-mudahan saya punya kesempatan langka untuk nyoba Honda Click-i dan Airblade. Soalnya dua skuter yang itu juga mengundang rasa penasaran saya. Semoga kesempatan itu bisa terealisir. <span style="font-weight: bold;">Amiin.</span></span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-30241396172361552352008-06-26T10:47:00.004+07:002008-06-26T12:34:30.040+07:00Gejala Yang Aneh<span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >Sudah beberapa bulan belakangan ini saya dikecewain sama Vario saya. Setelah penggantian brake pads untuk cakram depan, rasanya nggak nyaman lagi waktu disemplak. Setang rasanya bergetar-getar kayak naik Mio-nya teman kantor. Dek juga suka ikutan getar. Beberapa teman berusaha membantu dengan cara ngasih saran begini dan begitu. Beberapa udah saya cobain dan gak ada hasil apa-apa. Selebihnya sayanya yang nggak punya waktu. Akhirnya terpaksa saya kompromi dengan kondisi nggak nyaman ini.<br /><br />Nah! Barusan aja saya pulang sebentar ke kosan buat ganti baju (mandinya di kantor soalnya nginep). Di perjalanan pulang saya masih cukup memelas dengan kondisi Vario yang kayaknya udah pingin saya "kecilin" ini. Beloklah saya ke sebuah jalan kecil ke arah kosan. Waktu saya melintas di sana, sebuah taxi yang supirnya lumayan egois dengan asoynya berjalan pelan di depan saya tapi speednya tanggung. Mau saya susul juga susah karena jalur sebelah kanan kondisinya nggak asik. K</span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >alo saya paksa</span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >in nyusul dari kanan, sudah tentu hasilnya Vario saya jadi kayak banteng liar yang cukup mak nyus buat ngebikin pantat pegal-pegal. Lagi-lagi saya memilih untuk bersabar.<br /><br />Seperti layaknya taksi-taksi yang mencoba keberuntungan dengan melewati wilayah kos-kosan mahal, tiba-tiba aja itu taxi jadi sangat pelan, bergerak ke kiri seperti mau minggir, tapi nggak jadi dan jalan lagi. Kagoknya bukan kepalang bagi saya yang memilih untuk bersabar ini. Sungguh sebuah uji coba yang menyerupai polisi tidur yang dibikinnya nggak niat. Kecil, tapi ngehek.<br /><br />Namanya juga manusia, lengah juga saya akhirnya. Jarak aman sudah nggak kejaga lagi. Tiba-tiba, bak berak di siang bolong, dari kolong taxi itu menganga sebuah lubang yang nggak terlalu besar tapi cukup dalam. Whoa!!! Untung saya jago (jangan percaya. ini maksudnya minta dipuji. :P). Saya tarik rem, atur kecepatan, kedua roda pun masuk ke lubang dengan penuh hati-hati. <span style="font-style: italic;">Jeblus! Jebletrekkk!!!<br /><br /></span>Waduh! Apaan tuh? Saya jadi khawatir juga. Yang ada di bayangan saya adalah leher kenalpot yang sobek karena lubang tadi. Tapi saya pikir mendingan ganti baju dulu karena baju ini udah lebih gak nyaman dibanding Vario saya. Mendadak saya teringat soal Vario saya yang lagi gak nyaman ini. Koq rasanya ada yang aneh ya?<br /><br />Getar-getar di setang jadi hilang. Getar di dek sih masih ada belum terlalu ngeganggu. Sekarang saya sudah sampe kantor lagi dan masih penasaran. Soalnya selama perjalanan ke kantor, Vario saya sudah mulai nyaman disemplak meskipun belum seperti sedia kala sebelum getar-getar itu hinggap. *halah!*<br /><br />Nanti kalo waktunya tepat, saya pasti akan cek ke bengkel. Sementara itu mudah-mudahan ada komentar yang bisa ngasih pencerahan atas keanehan ini. Hehehe... (</span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >ini mah judulnya </span><span style="font-family: trebuchet ms;font-size:85%;" >tetap males ke bengkel).<br /></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-37698527185411734092008-02-12T13:27:00.000+07:002008-02-12T14:15:06.061+07:00Apakah Snake Oil Itu?<span style="font-size:85%;"><span style="font-family: trebuchet ms;">Beberapa hari yang lalu, saya membaca postingan di forum skuter matic yang menyebutkan <span style="font-weight: bold;">kategori Snake Oil</span>. "Wah, baru dengar tuh istilah itu. Apaan tuh ya?", pikir saya. Akhirnya demi memuaskan rasa penasaran saya, maka saya langsung cari di internet lewat Google.<br /><br />Pencarian awal menggiring saya ke Wikipedia, mbahnya sumber pengetahuan yang sebenarnya hasil kumpulan entri dari banyak orang. Siapa pun boleh ngisi ini ensiklopedia, makanya tingkat keakuratannya pun kurang bisa dipertanggungjawabkan. Tapi kalo cuma pingin tau istilah aja mah boleh lah...<br /><br />Si mbah ngasih saya sebuah petunjuk berupa sejarah Snake Oil. Ceritanya begini nih kalo dibikin versi saya. Konon katanya di negeri China ada seorang tukang obat yang ngebikin satu ramuan dari minyak ular. Si tukob alias tukang obat itu bilang, "Barang siapa yang sakit, obati dengan minyak ular ini. Penyakit apa pun bisa sembuh!" Ck ck ck... Gile. Hebat bener itu obat. Karena tingkat pendidikan pada masa itu memang belum secanggih sekarang, orang-orang pun akhirnya pada membeli obat itu. Ternyata eh ternyata... <span style="font-weight: bold;">"Akika kena tipu, bok!"</span><br /><br />Nah begitulah sedikit sejarah singkat (udah dikit singkat pula) tentang istilah Snake Oil. Di zaman modern ini, di negeri yang dijulukin Amrik istilah ini kembali digunakan untuk menunjukkan <span style="font-weight: bold;">produk apa pun yang ternyata nggak sesuai dengan janjinya</span>. Bisa jadi barangnya tipu atau bisa juga karena terlalu berlebihan aja itu orang marketingnya. Ya pokoknya udah ngerti kan sekarang apa itu istilah Snake Oil?<br /><br />Berkaitan dengan postingan sebelumnya (kan tentang oli tuh), ternyata di dunia otomotif pun ada istilah Snake Oil dalam pengategorian oli mesin / mobil. Biasanya istilah ini dikasih buat <span style="font-weight: bold;">oli-oli yang performa dan durabilitasnya nggak sesuai dengan klaim si produsen</span>. Misalnya ada klaim bahwa oli ini bisa tahan hingga 40.000 km atau satu tahun (yang mana yag duluan ketemu aja). Ternyata si oli itu baru dipake bentaran udah nguap. Wah! Pasti bikin kacau hati bin panik!<br /><br />Di situasi lain, ada juga sebagian orang yang termakan pleketiplek begitu ngebaca janji yang tertera di kemasan oli. Kita sebaiknya memahami bahwa klaim / janji tersebut dibuat setelah pengujian komprehensif di negara yang bukan tropis dan panas dan macet dan banyak debu dan banyak yang gak matuhin rambu-rambu kayak di negara kita. Selain itu, banyak juga kan kendaraan di negara kita tercinta ini yang digunakan gak sesuai kodratnya? Misalnya Vario yg 108cc ini, menurut teman SMA saya yang kerja di AHM, adalah skuter dalam kota dan bukan untuk penggunaan harian di atas 100 km. Kenyataannya, banyak banget yang Varionya dipake ngantor, dengan jarak tempuh harian lebih dari 100 km. Hampir saingan lah sama bus AKAP. Nah sekarang kira-kira aja sendiri, seberapa banyak tuh ngedrop performa dan durabilitas si oli. Paling gampangnya sih oli dicek sebulan sekali. Kalo perlu diganti ya ganti, kalo belum perlu ya nanti aja lihat bulan depan.<br /><br />Selain dari yang di atas itu, <span style="font-weight: bold;">kita juga harus banyak punya informasi dan referensi soal oli </span>supaya kita nggak sampai salah dalam pengaplikasian oli. Banyak lho orang yang cuma liat kemasan terus langsung coba produknya. Mungkin orang-orang dalam kategori ini adalah yang merasa sudah biasa dengan oli. Di jaman internet ini sudah diberikan kemudahan ekstra dalam mencari informasi di luar kemasan produk. Kita coba aja buka situs dari si produsen oli dan baca-baca lah sedikit. Kalo kita pusing dan gak mudeng dengan istilah-istilahnya (kayak saya), setidaknya kita baca mengenai <span style="font-weight: bold;">anjuran </span></span></span><span style="font-weight: bold;font-size:85%;" ><span style="font-family: trebuchet ms;">aplikasi </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family: trebuchet ms;"><span style="font-weight: bold;">oli dan interval penggantian oli dari si produsennya</span>.<br /><br />Nah para pembaca yang setia, dengan artikel dadakan yang mungkin agak bikin bingung ini, mari kita mulai untuk lebih mawas diri terhadap informasi supaya kita nggak jadi korban Snake Oil ataupun salah nuding Snake Oil.<br /></span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-16091622172297182772008-01-14T21:30:00.000+07:002008-01-14T22:42:53.250+07:00AMSOil 10w-30 part 2<span style="font-size:85%;"><span style="font-family: trebuchet ms;">Pertama dimasukin oli ini, <span style="font-weight: bold;">odometer di Vario saya menunjukkan 11630x</span> (jarang dipake ya? hehehe...). Menurut si penjual, efek oli ini agak aneh karena nggak langsung terasa seperti waktu dulu saya ganti oli Red Line. Di motor dia aja, <span style="font-weight: bold;">efeknya baru terasa setelah 3 hari</span>. "Seperti motor baru lagi", katanya. Oke, saya tunggu aja sambil dipakai seperti biasa.<br /><br />Hari pertama, memang sih rasanya biasa aja. Paling <span style="font-style: italic;">kick starter</span>-nya jadi lebih enteng. Getar di setang juga masih terasa seperti sebelum ganti oli ini. Tapi bukan Gorboman namanya kalo nggak penasaran. Sambil nyemplak, saya tajamkan <span style="font-style: italic;">feeling </span>saya. Hmm... Ada yang aneh. <span style="font-weight: bold;">Koq jadi lebih cepat naik ke 60 kpj ya?</span> Selebihnya masih seperti biasa. Saya pikir ini wajar toh namanya juga baru ganti oli.<br /><br />Hari kedua, motor saya <span style="font-weight: bold;">terasa sedikit lebih berat</span>. Susah sekali untuk merasakan angin menerpa badan di saat bukaan gas sudah agak besar. "Ah, mungkin belum... Kan 3 hari. Odometer aja baru lewat 100 km.", pikir saya. Ya sudah, akhirnya saya lanjutkan aja sambil berakhir minggu jalan-jalan sama pacar. Lumayan juga hari itu saya mutar-mutar ke sana sini. Suara motor sekarang jadi ikutan agak berat. Makin sulit buat saya untuk merasakan peningkatan performa, padahal <span style="font-style: italic;">feeling </span>sudah dibikin setajam mungkin.<br /><br />Malamnya saya pulang dari rumah pacar. Jam menunjukkan pukul 23.00 WIB saat saya memasuki putaran balik sebelum By Pass (Cipinang Jaya / Casablanca) arah Kampung Melayu. Seperti biasa, karena jalanan sudah sepi maka saya pacu Vario saya supaya cepat sampai ke kosan. Selama perjalanan, feeling saya kembali saya tajamkan. Hmmm... 0 - 60 kpj terasa ringan, lalu jadi agak berat. Saya putar bukaan gas sedikit sekali untuk menambah kecepatan dan apa yang terjadi. Speedometer di Vario saya <span style="font-weight: bold;">bergerak ke 80 kpj dengan lebih cepat dari biasanya!</span><br /><br />Wow! Meskipun suara mesin dan terpaan angin masih terasa berat, tak terasa kecepatan sudah naik lagi ke 90 kpj. Beberapa kali saya harus melakukan manuver agak panik karena rem tidak bisa memperlambat kecepatan seperti biasanya. Oalah... betul-betul berasa <span style="font-weight: bold;">seperti baru bisa naik motor deh</span>. Di tanjakan, speed saya bisa stabil di 80 kpj, nyaris sama rasanya seperti waktu Vario saya masih dipasangi HiT Clutch. Kayak gimana ya kalo HiT Clutch-nya dipasang lagi? Pasti mantaf!<br /><br />Lalu seperti biasa, ketika memasuki putaran balik sebelum Mal Ambassador, saya kurang kecepatan dan mulai jadi biker baik-baik lagi. Banyak polisi yang naik moge juga soalnya. Malas aja kan kalo tau-tau ngeliat spion ada moge pake flasher. Dan seperti biasa juga, banyak motor-motor ngotot melewati motor saya. Mungkin sebelum saya mengurangi kecepatan, mereka tidak dapat kesempatan untuk menyusul. Padahal seharusnya bisa lho... Wong CC mesinnya aja pada lebih besar daripada Vario saya. Hmm... Oli yang aneh.<br /><br />Hari ketiga, odometer sudah menunjukkan 118xx km. Maaf saya nggak hafal, lagi males jalan ke motor soalnya ada di parkiran bawah. :P Seperti biasa, keluar dari lingkungan kos saya menuju Sudirman lalu ke arah kantor. Lho?! Getaran di setang koq jadi halus ya? Tenaga motor juga jadi lebih berasa. Cepat sekali Vario saya bisa meraih speed tinggi. Motor pun jadi lebih nyaman dan perjalanan jadi bisa lebih saya nikmati. Wah! <span style="font-weight: bold;">Ini dia khasiat aneh bin ajaib dari si AMSOil</span>, oli mesin yang baunya nggak seperti oli. Betul juga kata si penjual, setelah 3 hari baru terasa khasiatnya. Canggih pisan ini oli teh. Padahal cuma oli mesin, nggak pake teh. *halah!*<br /><br />So far, saya puas dengan hasilnya. Tinggal kita tunggu tahan berapa lama AMSOil ini dibanding dengan si Red Line. Tolong diingatkan seandainya saya lupa: <span style="font-weight: bold;">odometer awal 11630x km dan diisi bulan Januari 2008</span>. Perkiraan saya, dengan pemakaian yang nggak intens seperti biasanya, oli ini seharusnya bisa bertahan hingga 5 bulan (dengan catatan bulan ke 4 mulai terasa nggak enak). Seandainya bisa lebih, mungkin saya akan jadi pengguna tetap oli ini. :)<br /><br />Tertarik untuk mencoba?<br /></span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-16036908889925627392008-01-09T21:46:00.000+07:002008-01-09T23:35:43.702+07:00AMSOil 10w-30 part 1<span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Pada saat saya mulai tulisan ini, Vario saya sudah masuk waktunya ganti oli nih. Terakhir saya masukin Red Line full synthetic 10w-30 sekitar 3 - 4 bulan yang lalu. Tenang, oli yang full synthetic (bukan yang semi atau yg tulisannya synthetic doang) ganti olinya <span style="font-weight: bold;">bisa setiap 10.000 km sekali</span>. Saya belinya di Ace Hardware dengan harga banderol l.k. 136 ribu rupiah. Mahal sih, tapi kalo dibandingin dengan ganti oli Flick yang standar Vario dari Honda, saya bisa lumayan ngirit biaya. Coba aja hitung, pake Flick saya harus ganti oli tiap 4000 km atau paling nggak sebulan sekali. Bukan apa-apa, Flick ini masih oli mineral jadi daya tahannya sudah pasti di bawah oli semi </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">synthetic</span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">, apalagi dibandingkan dengan oli yg full synthetic. Belum lagi biaya motor naik ke atas pit, tips buat mekanik, duit teh botol, rokok, dsb. Wah... Mahal deh! Sayangnya, terakhir saya coba ke Ace Hardware di ITC Permata Hijau barangnya lagi kosong tuh.<br /><br /></span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Lalu saya baca tentang AMSOil di blognya mas Tok, si Bebek Sableng. </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Nah, kalo mau baca soal fakta-fakta AMSOil ini, bacanya di blognya mas Tok atau di blognya mas Ai Zeus aja. Saya mah cukup review pengguna awam aja. Soalnya emang awam sih. Eh, koq jadi ngelantur sih? Back to the article... Terus saya iseng nanya ada nggak yg specnya buat Vario. Ternyata ada! Cuma belinya belum bisa di toko2 karena masih diimpor secara perorangan. Harganya saya dikasih sedikit lebih murah daripada Red Line, tapi harus ngambil sendiri. Gpp lah...<br /><br />Ternyata si oli ini sudah di-take sama teman saya juga, si kang Ayang, buat Varionya. Saya disuruh suit dulu karena oli dengan spec itu tinggal 1 botol stocknya. Akhirnya kang Ayang dengan berbesar hati mau mengalah karena Varionya baru 450 km. Nuhun pisan, kang! :D Berlanjutlah negosiasi saya ke arah kapan dan di mana saya bisa ambil oli ini. Akhirnya disepakati untuk transaksi cash di hari Senin siang, sekitar jam makan siang.<br /><br />Hari Senin siang berangkatlah saya menuju lokasi. Perjalanan berangkat kali ini agak perlu perjuangan, soalnya saya pake jaket kulit dan cuaca lagi <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">"mood swing"</span>. Sedikit-sedikit gerimis... s</span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">edikit-sedikit gerimis... gerimis koq cuma sedikit? Sisanya PUANAAAAAASSSSS!!! Belum lagi macet dan pengguna jalanan yang "kurang teliti" dalam mengemudi. Biasa lah... Ada motor yang sradak sruduk, udah gitu ada bis kota yang ngambil jalur seenak jidat supirnya (mentang-mentang gede), belum lagi mobil-mobil yang ngasih lampu sign <span style="font-weight: bold;">sambil belok</span>, bukan sebelum belok. Haduuu... Sabar... sabar...<br /><br />Akhirnya tiba juga di lokasi dan saya langsung telepon si penjual oli. Lho?! Koq kata si mbak komputer nomor yang saya pencet belum lengkap ya? Apa saya salah nomer? Saya coba sms ke mas Tok minta dikirimin nomer si penjual. Oalah... ternyata kurang satu angka. Ya begini deh kalo punya hape keypad nol-nya sudah agak rusak. <span style="font-style: italic;">Ada yang mau nyumbang hape baru ke saya? :D</span> Saya coba nomer yang dari mas Tok dan langsung bisa terhubung. Rupanya, yang bersangkutan sudah menunggu di kantornya. Duit sudah di dompet, barang sudah menunggu. Tunggu apa lagi?<br /><br />Kami pun bertransaksi di ruang meeting. Gaya bener ya? Hehehe... Sambil bertransaksi kami ngobrol ngalor-ngidul soal motor dan soal oli ini. Lalu si penjual minta saya untuk kasih review di blog saya. Si kang Ayang juga request review satu artikel, gak pake vetsin, gak pake lama, gak pake salah. Iya lah, saya ngutang review ke kang Ayang karena dia sudah mau ngalah antrian oli. :D<br /><br />Jam di arloji saya menunjukkan pukul 1 siang. Saya pun pamit dan segera kembali ke kantor. Kondisi jalanan sudah tidak seperti waktu berangkat tadi sih... sekarang lebih parah. <span style="font-weight: bold;">EDAN!!!</span> Kalo kata teman saya sih, "Gila! Jakarta aja panasnya kayak begini. Gimana di neraka ya?" Macetnya pun tambah parah karena sepertinya sedang ada demonstrasi di kantor kepolisian. Entah apa yang didemo itu, yang jelas sih bikin macet. Sampai di kantor, baju saya basah kuyup. Karena saya lagi banyak kerjaan hari itu, akhirnya saya putuskan untuk mengganti olinya besok saja. Biar lebih konsen gitu.<br /><br /><br /><span style="font-style: italic;">--- satu hari berlalu karena batuk saya tambah parah dan harus istirahat di rumah ---</span><br /><br /><br />Hari ini, saya baru masuk kantor lagi. Saya iseng tanya ke OB di kantor:<br />Gorboman: "Pak Warno, punya wadah buat nampung oli gak?"<br />Pak Warno: "Ada. Mau ganti oli, mas? Sini, oli bekasnya buat saya."<br />G: "Boleh aja sih, pak. Tapi oli bekasnya mau buat apa?"<br />PW: "Mau saya pake buat ngelumasin pagar. Lumayan kan daripada harus beli pelumas lagi."<br />G: "Oh... Oke, pak."<br /><br />Bagus juga pemikiran si pak Warno, <span style="font-weight: bold;">recycling </span>di saat orang-orang yang lebih mampu malah lebih cenderung merusak lingkungan. Lalu pak Warno ngebantu saya untuk ngosongin oli di mesin. Karena nggak ada kompresor angin, akhirnya motor saya dibiarkan mengucurkan oli selama beberapa jam. Oli Red Line dari dalam mesin sudah berwarna hitam pekat, tapi belum kental tuh. Berarti laporan teman saya yang baru ganti Red Line untuk kedua kalinya</span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">, si Nindho, </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;"> kondisi oli sisanya sama dengan oli </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">sisa </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">di motor saya. Prediksi saya, si Red Line masih bisa tahan dipakai hingga ganti oli bergeser ke bulan Februari. Untuk kondisi pemakaian ringan, si oli bisa tahan <span style="font-weight: bold;">hampir 5 bulan </span>tuh kalo begitu. Hebat euy full synthetic itu ternyata! Si motor terpaksa saya tinggal sebentar karena saya harus presentasi ke client. Pak Warno sudah siap memperhatikan si motor.<br /><br />Sepulang dari client, tutup oli motor saya sudah terpasang rapi. Lalu saya langsung menyiapkan si botol oli dan juga membuat corong darurat dari cover majalah. Sewaktu saya buka tutup si oli ini, segelnya masih bagus. Lalu saya iseng cium baunya, koq nggak seperti oli kebanyakan ya? Mungkin ini yang dibilang oli full synthetic. Tapi seingat saya, baunya beda dengan oli Red Line yang punya bau seperti halnya oli lainnya. AMSOil ini baunya sedikit mirip bau karet. Tapi ya sudah lah... Emangnya mau dibikin deodorant? Bisa protes nanti bulu ketek saya. Hahaha!<br /><br />Corong darurat sudah pada tempatnya dan saya pun siap menuangkan AMSOil ini ke dalam mesin. Si botol mengklaim bahwa isinya l.k. 1 liter, tapi di indikator terlihat isinya di antara 0,9 - 1 liter. Gak masalah juga sih, toh Vario olinya cuma butuh 0,7 liter. Tutupnya masih tersegel rapat. Saat dituang, warnanya ringan dan keemasan, mirip dengan warna Red Line. Saya masukkan si oli hingga sisa di botol menunjukkan l.k. 0,2 liter. Cukup lah... Saya intip ke lubang oli, permukaan oli sudah terlihat. Lalu saya coba celup dan indikatornya memperlihatkan oli sudah cukup tercelup.<br /><br />Saya tutup lagi dan saya coba kick start dalam kondisi mesin mati beberapa kali supaya oli bisa naik ke ruang piston. Di sini ada satu gejala aneh dan bikin bulu kuduk berdiri. Sewaktu selah dilepas, <span style="font-weight: bold;">ada suara seperti besi bergesek</span>. Terus terang saya ngeri setengah mampus. Saya coba selah lagi, begitu diangkat bersuara lagi. "Waduh! Kenapa nih?!" Saya coba selah lagi pelan-pelan pakai tangan, untuk mencari asal suara. Ternyata bunyi itu berasal dari bagian depan CVT. "Wasrong nih... wasrong???" Teman-teman saya juga bingung, tapi mereka mencoba mengambil hipotesa bahwa suara itu adalah karena ada debu yang bergesekan dengan besi. Tapi saya tau kalo itu bunyi besi bergesekan! Saya cuma berdoa, "Mudah-mudahan bukan pistonnya." Lalu dengan sedikit nekat, saya nyalakan mesin dengan menggunakan electric starter.<br /><br />Ckit - ckit - <span style="font-weight: bold;">CLETAK! </span>(khas Vario banget yak? :D )<br />BRUM...!!! <span style="font-style: italic;">Grrrrrrr....</span><br /><br />Tidak ada suara besi bergesekan lagi. Suara mesin pun halus. Lalu saya nekat buka gasnya sedikit. <span style="font-weight: bold;">BRUUMMM!!!</span> Tidak ada suara besi bergesekan. Harusnya aman. Mesin pun saya matikan dan saya buka kembali kontaknya. Saya tarik tuas rem belakang dan dengan membaca bismillah, saya selah kick starternya.<br /><br /><br />Badan saya jadi dingin...<br /><br /><br />Adrenalin menjalar ke seluruh tubuh...<br /><br /><br />Jantung saya berdebar...<br /><br /><br />Deg deg...<br /><br /><br /></span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Deg deg...<br /><br /><br /></span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Deg <span style="font-weight: bold;">HAJAR JAHANAM!!!</span><br /><br /><br />Saya injak kick starternya.<br /><br /><br /><br /><br />"Lho?! Koq jadi enteng banget??? Gak normal nih", tapi saya nyengir.<br /><br />Kick starter terasa sangat-sangat enteng. Nyaris tanpa usaha dan mesin pun menyala dengan lancar. Tidak ada lagi suara besi bergesekan. Suara besi itu masih jadi misteri buat saya, mungkin nanti akan ada pencerahan dari para pembaca artikel ini. Yang penting sekarang motor saya sudah ganti oli. Senangnya... :D<br /><br /><br />Ya, segini dulu review part 1-nya. Nanti saya sambung lagi setelah terasa khasiatnya. Tetaplah di blog kesayangan Anda, <span style="font-weight: bold;">skutergorbo.blogspot.com</span>!<br /></span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-77017729600867036632008-01-03T15:03:00.000+07:002008-01-03T18:20:29.333+07:00Cek Roller, Yuk!<span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Gak kerasa sebentar lagi sudah mau setahun saya pake Sliding Roller dari Dr Pulley. Sekilas saya mengingat teman-teman saya yang meragukan "roller persegi" ini. Ada yang bilang gak bagus, ada yang bilang gak awet, ada yg mengklaim merusak variator, dsb. Pendapat-pendapat tadi sebenarnya wajar mengingat teman-teman dan juga saya termasuk awam dengan produk baru. Tapi saya memilih untuk bereksperimen dan saya berani tanggung resikonya. Kita gak akan pernah tau kalo kita nggak nyoba, bukan? ;)<br /><br />OK. Dari sisi performa, memang nggak 100% karena variatornya masih yang standar. Seandainya ada variator dari Dr Pulley yang memang untuk Vario, pasti performanya jadi jauh lebih optimal. Testimoni dari teman-teman Kymco mengatakan bahwa penggunaan Sliding Roller + Variator set dari Dr Pulley sangat signifikan dalam meningkatkan akselerasi dan re-akselerasi. Bisa aja sih dipasang yang ada sekarang, tapi saya jadi harus ngengkol terus kalo mau starter. Udah gitu boss variatornya harus ngebubut. Terlalu riskan. Jadi ya sudah lah...<br /><br />Nah! Bagaimana dalam sisi durabilitas? Apakah sesuai dengan janjinya bahwa si roller persegi ini umurnya labih bagus daripada roller konvensional?<br /><br />Untuk menjawab pertanyaan itu, waktu liburan Idul Adha kemarin saya sempatkan datang ke AHASS langganan saya untuk cek kondisi roller dan segala-galanya. Serius. Segala-galanya. Motor saya ini termasuk gak pernah saya rawat rutin. Pingin tau aja beneran kuat atau nggak nih kalo gak dimanja. (Ah bilang aja males ke bengkel. Hahaha!)<br /><br />Sambil duduk di ruang tunggu, saya lihat Vario saya sudah naik ke atas pit. Lalu si mekanik ngobrol dulu sama si kepala bengkel. Mungkin konsultasi soal bongkar-bongkar CVT dan izin pemakaian special tools. Maklum, Honda sini mekaniknya masih banyak yang belum mahir soal matic. Dulu Yamaha begini juga gak ya waktu awal-awal muncul Nouvo dan Mio? Tiba-tiba, BRUK!, sebuah buku manual yang besar dan cukup tebal mendarat di paha saya. Ternyata itu buku manual mekanik untuk Vario. Rupanya saya dikasih kesempatan untuk sedikit ngintip-ngintip manual itu. Langsung aja saya bedah kilat bagian CVT, khususnya bagaimana cara bongkar variator.<br /><br />Aha! Akhirnya saya tau! Selama ini, mekanik kepercayaan saya di Jakarta cuma punya universal holder yang untuk ngebuka kopling. Alat ini bisa juga dipake buat ngebantu buka variator, tapi bukan </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">model </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">variator yang dipake di Vario. Punya Vario modelnya setipe dengan Piaggio punya, bo. Motor "kacang goreng" aja gaya banget deh. Hahaha! Ternyata saya harus punya universal holder dengan kepala pipih untuk menjepit ujung luar variator yang bergerigi. Wah... saya gak sempat aja nih belanja alatnya ke Kota, padahal cuma 170 ribu aja lho. Selama ini cuma pake cara manual yang sangat tidak dianjurkan untuk Anda yang tidak nekat. Tapi itu di lain pembahasan. Hehehe... Penasaran, penasaran deh. :P<br /><br />OK. Balik lagi ke cerita di bengkel. Si mekanik tampak hati-hati sekali waktu mau bongkar case CVT-nya. Padahal saya kalo di rumah malah main bongkar aja (tentunya setelah kondisi CVT sudah dingin). Pertama si mekanik mencopot kopling, terus dia copot variator luarnya, drive belt dikeluarkan dari dalam case</span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">, dan terakhir </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">si rumah roller (movable drive face / MDF) keluar dari persemayamannya *halah!*. Kelihatan banget si mekanik gak pengalaman untuk megang matic, tapi saya hargai banget usaha dia untuk dengan sabar ngerjain motor saya sambil terus berkonsultasi dengan buku manual. Sedikit-sedikit saya kasih guide supaya dia nggak terlalu ragu waktu bongkar pasang vario saya.<br /><br />Inilah saat yang dinanti-nanti! MDF sudah di tangan dan siap untuk dibuka. Dan ternyata... JRENG JRENG!!<br /><br /></span></span><div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3yyj52CbII/AAAAAAAAACM/AFXFnbkCFjw/s1600-h/all-pieces.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://4.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3yyj52CbII/AAAAAAAAACM/AFXFnbkCFjw/s320/all-pieces.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5151188403697642626" border="0" /></a><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Wow! Kotor sekali. Gak pernah dibersihin sih. :P</span></span><br /></div><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br /></span></span><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3yyj52CbJI/AAAAAAAAACU/QwFSTnr3I34/s1600-h/at+the+pit+01.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://4.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3yyj52CbJI/AAAAAAAAACU/QwFSTnr3I34/s320/at+the+pit+01.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5151188403697642642" border="0" /></a><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Saya periksa bentuknya, baru termakan sedikit.<br /><br /><br /></span></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3yykJ2CbKI/AAAAAAAAACc/JdCVnY8CRPE/s1600-h/at+the+pit+02.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://1.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3yykJ2CbKI/AAAAAAAAACc/JdCVnY8CRPE/s320/at+the+pit+02.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5151188407992609954" border="0" /></a><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Ini foto dari sisi sebaliknya. Tidak ada keausan yang signifikan.<br /><br /><br /></span></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3zBCp2CbNI/AAAAAAAAAC0/KPzLWwUGAIU/s1600-h/text-side.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://3.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3zBCp2CbNI/AAAAAAAAAC0/KPzLWwUGAIU/s320/text-side.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5151204325141408978" border="0" /></a><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Ini foto yang lebih dekat lagi. Embosan merek dan spesifikasinya masih bagus lho.</span></span><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;"><br /><br /></span></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3yykJ2CbLI/AAAAAAAAACk/oqW17wAVCQM/s1600-h/metal-side.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://1.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3yykJ2CbLI/AAAAAAAAACk/oqW17wAVCQM/s320/metal-side.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5151188407992609970" border="0" /></a><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Sorry ya fotonya buram. Pake hape sederhana sih. Gak ada mode macro.<br /><br /><br /></span></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3yykJ2CbMI/AAAAAAAAACs/YKnNj1yTxt4/s1600-h/round-side.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://1.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/R3yykJ2CbMI/AAAAAAAAACs/YKnNj1yTxt4/s320/round-side.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5151188407992609986" border="0" /></a><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Ini foto dari sisi yang bersinggungan dengan permukaan MDF. Keausannya masih wajar.<br /><br /></span></span><br /></div><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:trebuchet ms;">Ya, itulah foto-foto amatirnya. Kondisi permukaannya banyak yang kotor, wajar kalo menimbang kondisi jalanan yang saya tempuh dengan motor ini. Saya ambil satu roller dan saya goyang-goyangkan di dekat telinga saya, kondisinya masih sangat solid. Beda sekali dengan kondisi roller original yang baru beberapa bulan dipake tapi sudah koclak dan sedikit peyang. Dari sini saya berkesimpulan bahwa, pendapat-pendapat teman-teman saya seperti yang tertulis di awal artikel ini adalah tidak benar atau mungkin pas kebeneran sedang apes aja.<br /><br />Setelah merasa lega dengan kondisi roller, maka saya persilakan si mekanik untuk memasang kembali CVT vario saya. Tiba-tiba dia tanya, "Mas Aria, ini rollernya masangnya gimana ya?"<br /><br />Alamak! Mampus dah gw lupa posisi masangnya yang benar! Akhirnya saya arahkan seingat saya aja. Saya bilang, "Pokoknya yang ada tulisannya itu di sebelah kanan, mas."<br /><br />Setelah selesai pemasangan, mesin pun di-test. Saya dekatkan kuping saya ke atas mesin (underseat belum dipasang) nggak ada gejala yang aneh. Ada suara kasar, tapi seperti biasanya itu dari kipas radiator. Makanya Vario kalo jalan berisiknya setengah mati. Setelah itu pemasangan dirampungkan dan si mekanik test ride sekenanya, nggak ada masalah. Kita coba dengarkan sekali lagi setelah test ride, nggak ada masalah juga. "Oke lah", pikir saya. Saya pun bergegas pulang karena hari sudah sore dan esok harinya harus ke Bandung bareng sepupu-sepupu.<br /><br />Alhamdulillah. Akhirnya service juga. Hahaha!<br /></span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-27647186538442980712007-11-06T13:22:00.000+07:002007-11-06T14:11:19.190+07:00Suzuki Hayate / Skywave 125 Trike<span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Beberapa hari yang lalu, saya dapat telepon dari bro Senaponda. Beliau bercerita tentang sebuah project yang akan dilakukannya. Project tersebut adalah membuat sebuah skuter matic roda tiga atau skutik trike. Skuter yang dipilih adalah Suzuki Skywave 125.<br /></span><br /><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Setelah ngobrol2, maka saya diminta untuk membuatkan sebuah mockup gambar sistem cut n paste seperti yang pernah saya buat untuk Honda Vario. Bro Sena mengirimkan beberapa gambar trike dan gambar2 Skywave yang mungkin bisa didevelop melalui email ke saya.<br /></span><br /><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Di sela kesibukan kerja, saya mulai nyicil satu2, mulai dari memilih gambar yang paling baik hingga menentukan seperti apa nanti bentuk skutik trike imajiner ini. Sayang sekali stock gambar yang diemail ke saya dan stock gambar yang tersedia di internet, baik Hayate maupun Skywave 125, sangatlah minim. Setelah melalui beberapa pertimbangan akhirnya saya putuskan untuk hanya membuat design imajiner dari satu angle saja (sebelumnya diminta dari berbagai angle). Mudah2an dari teamnya bro Sena nanti bisa mengembangkan ke dalam bentuk sketch untuk angle2 lainnya.<br /></span><br /><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Untuk project imajiner ini, saya mengaplikasikan seat dan duck tail dari Suzuki Skywave atau alias dikenal juga sebagai maxi-scooter Suzuki Brugmann. Untuk roda belakang saya mengambil referensi roda ring 12" tapak lebar, tapi bisa juga diganti dengan roda 14" ex velg mobil Jepang. Modifikasi bodi di bagian belakang mau tidak mau harus cetak sendiri, minimal dari bahan fiberglass. Mudah2an project imajiner ini bisa direalisasikan. Amiin...<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/RzASgELvF_I/AAAAAAAAACE/OEtUrHPQE5M/s1600-h/Trike_side_OK-R2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="http://2.bp.blogspot.com/_6CgEHFdXPhc/RzASgELvF_I/AAAAAAAAACE/OEtUrHPQE5M/s320/Trike_side_OK-R2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5129620317663074290" border="0" /></a>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-5424885557945039772007-09-19T10:59:00.000+07:002007-09-19T13:33:49.462+07:00Akhirnya Dia Menyerah Juga<span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Hari Senin pagi (17/09/07), saya meluncur dari rumah menuju Jakarta via rute biasa yaitu Parung & Pd Cabe. Entah karena bawaan puasa atau saya kurang istirahat, pagi itu Vario tidak saya pacu seperti biasa. Tak terasa satu setengah jam berlalu dan saya pun tiba di kantor. Alhamdulillah nggak ada masalah selama pergi hingga tiba di tujuan.<br /><br />Malamnya saya terpaksa menginap di kantor, sekalian sahur maksudnya, meskipun bablas juga (tapi tetap puasa koq). Hingga hari kedua, Vario nyaris tak tersentuh. Dipanaskan pun tidak sempat karena saya keburu didera pekerjaan.<br /><br />Kira2 jam setengah 2 pagi, saya pulang ke kosan. Baru saja sebentar meninggalkan garasi kantor, tiba2 ada suara aneh di bagian belakang Vario saya ketika saya menarik tuas rem belakang. Suaranya persis seperti dua bidang besi yang bergesekan. Saya pikir itu mungkin dari debu yang nggak sengaja masuk ke tromol rem. "Ah, nanti juga hilang sendiri. Tuh kan sudah mulai hilang", gumam saya di dalam hati.<br /><br />Karena jalan2 utama sudah diportal (maklum kantornya di kawasan perumahan), saya terpaksa melintas gang di kampung warga. Namanya juga jalan kampung, sepertinya saya harus diperiksa secara kejiwaan kalo sampe mengharapkan ada jalan yang di-hotmix. Ketika saya tiba di ujung gang, tiba2 timbul suara gesekan kedua. Kali ini agak beda dengan sebelumnya karena suaranya seperti "mengikut" dengan gerakan mengayun shock belakang. Saya pikir, "Wah, kotor banget nih motor gw. Sampe2 shock belakang juga ikutan bunyi2 begini." Tak lama, suara itu pun hilang dan saya melaju </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >kembali </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >menuju kosan.<br /><br />Lega sekali rasanya bisa sampai di kosan tanpa ada masalah ataupun bunyi2an aneh dari Vario saya. Cuaca pagi itu cukup cerah dan anginnya semilir nggak bikin gerah. Saya nikmati waktu tersebut untuk melepas perlengkapan bermotor saya dengan santai dan membuka pintu kosan. Karena teman2 kosan saya sedang tidur pulas, maka saya putuskan untuk mematikan mesin setelah </span><span style=";font-family:trebuchet ms;font-size:85%;" >Vario sudah setengah badan masuk ke dalam pintu kos. Selanjutnya Vario saya dorong menuju spot parkiran.<br /><br />Kagetnya bukan kepalang, ketika saya dorong justru kali ini bunyi gesekan antar besi kembali terdengar dan bunyinya parah sekali. Tau suara kapur atau kuku yang berdecit di papan tulis dan suka bikin ngilu kan? Nah anggap ini 10 kali lipatnya. Vario pun menjadi susah untuk didorong. Mendadak udara sejuk pagi itu berubah menjadi panas dan pengap. Saya bingung setengah mati tapi juga bersyukur karena masalah ini terjadi setelah saya selamat sampai di tujuan. Apa jadinya kalo masalah ini timbul ketika saya masih di perjalanan?<br /><br />Saya dudukkan Vario di standar tengah dan saya duduk di sebelahnya sambil mengamati untuk beberapa saat. Pikiran saya segera mengatakan bahwa kemungkinan penyebab bunyi mengerikan ini ada 3:<br />- Anchor pin patah dan bikin roda nyangkut.<br />- Kampas rem habis.<br />- Kampas kopling habis.<br />Saya menghela nafas sejenak lalu masuk ke kamar untuk berganti pakaian dengan yang lebih santai dan nyaman untuk dipakai main dokter2an dengan si Vario. Lalu dengan sebatang rokok yang menyala terapit di ujung mulut, saya mulai operasi dini hari itu dengan kaki dan bokong dingin (lantainya dingin, bok...).<br /><br />Saya coba putar roda belakang untuk memastikan dari mana asalnya bunyi sialan itu. Ternyata lumayan butuh tenaga juga untuk memutar si roda. "Wah, gawat nih. Nyangkutnya cukup parah.", pikir saya. Lalu saya coba putar lagi sambil memfokuskan pendengaran saya pada daerah sekitaran tromol belakang. Ternyata bunyi itu berasal dari bagian kopling. Hasil penerawangan saya, (pasti menerawang karena casing CVT belum dibuka) mengatakan bahwa ini kampas koplingnya habis. Selanjutnya saya memutuskan bahwa si Vario harus dibedah lewat operasi kecil.<br /><br />"Peralatan perang" pun saya siapkan: obeng plus kecil, kunci sok ukuran 8mm dan 17mm (kalo ga salah). Saya pun langsung menjalankan operasi. Tak lama casing CVT sudah terbuka. Saya coba lihat daerah kopling dan...<br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);font-size:180%;" ><span style="font-style: italic;">ADDAUUUWWW..!!!</span></span><br /><br /><br /><br /><br /><br />Masih panas...<br /><br />"Sial! Lap kotor udah gw buang", saya mengumpat dalam hati. Akhirnya saya putar kembali roda belakang untuk mengamati gejala di kopling. Ternyata memang ada sesuatu yang menyangkut di kopling ini. Kalau kerikil atau debu, rasanya nggak mungkin sampe separah ini bunyinya. Kalau kampas kopling yang habis, saya sendiri belum pernah tau seperti apa bunyinya. Tapi saya tetap berpendirian bahwa suara ini berasal dari dua bidang besi yang bergesekkan.<br /><br />Saya coba putar kembali untuk melihat kemungkinan ada kerusakan pada si kopling. Sayangnya nggak kelihatan jelas apakah ada kerusakan karena kurangnya penerangan dan saya nggak berani menyentuh koplingnya lagi. Sambil saya perhatikan si kopling, saya pun terus memutar roda belakang hingga akhirnya cukup seret dan bahkan tinggal sedikit lagi dari bisa dibilang nyangkut total. Tiba2 muncul ide gila di kepala saya, "Mumpung macet, ayo bongkar kopling!". Keputusan yang saya ambil ini memang termasuk nekat menimbang saya nggak punya kunci pemegang kopling atau universal holder. Logika saya hanya sebatas kopling nyangkut mungkin bisa cukup menahan saat baut dibuka. 99% nekat dan 1% keberuntungan.<br /><br />Kunci pun masuk ke baut kopling. Dengan diawali bismillah, mulailah saya memutarnya. Sayangnya si roda juga ikut terbawa berputar. Lalu saya tahan roda belakang dengan kaki saya dan kembali saya putar si baut kopling. Tiba2, seperti ada yang patah dari bagian dalam kopling. Roda pun bisa kembali lancar berputar. Saya terheran2 karena baut kopling sama sekali belum terbuka sedikit pun. Lalu apakah gerangan penyebabnya?<br /><br />Saat itu kopling sudah agak dingin dan mulai dapat saya pegang. Saya coba putar pelan2 untuk memperhatikan apakah ada sesuatu yang aneh di dalam clutch bell, tapi tak terlihat apa2. Saya putar kembali pelan2, kali ini sambil memperhatikan HiT Clutch dari Dr Pulley yang terpasang di dalam bell. Tiba2 mata saya terpaku pada sesuatu dan kopling saya hentikan agar sesuatu tadi tetap jelas terlihat. Apakah sesuatu itu?<br /><br />Ternyata salah satu kait di pillow spring patah dan terlepas dari tempat penyangkutnya. Kemudian sisa spring tadi lepas dan bergesek dengan clutch bell. Pastinya ada luka yang cukup dalam mengingat bunyinya yang cukup menyeramkan. Saya sendiri hingga saat ini belum mengecek kondisi bagian dalam dari clutch bell dan si HiT Clutch. Perasaan saya bercampur aduk antara kesal, lega dan heran.<br /><br />Ketika saya keluarkan sisa spring dan saya perhatikan, pillow spring ini berwarna merah atau varian pillow spring yang paling keras daya renggangnya. Ada sedikit bagian dari spring tadi yang sudah termakan karena gesekan. Bagian kait yang putus sepertinya disebabkan oleh daya putar sewaktu saya mencoba membuka kopling. Seandainya tidak diputar pasti masih utuh, tapi percuma juga karena bagian yang bergesekan sudah tentu habis terkikis jika saya memutuskan untuk mencari bengkel yang punya alat untuk membuka kopling ini.<br /><br />Saat ini, Vario saya sudah bisa digunakan kembali dan alhamdulillah lancar2 saja. Ada rasa yg sedikit aneh saat 2 buah pillow spring bekerja. Seharusnya menghentak tapi jadi lebih halus. Entah bagaimana mendeskripsikannya. Saya memutuskan harus segera mengganti pillow spring yang tersisa dengan satu set pillow spring yang warna kuning. Jika kondisi memaksa, mau nggak mau saya harus kembali mengganti HiT Clutch dengan kopling orisinil Vario yang sudah karatan dan tersimpan di tas saya sekarang.<br /><br /><br />---<br /><br />Ada beberapa pertanyaan yang timbul di kepala saya:<br />1. Apa penyebab pillow spring tsb bisa lepas dari dudukannya?<br />2. Kasus ini merupakan kasus kedua yang saya tau mengenai pillow spring putus di jalan. Kasus pertama kalo nggak salah dialami oleh mas Dian Anhar dengan Kymconya di Surabaya. Adakah benang merahnya?<br />3. Apakah saya tetap dapat menggunakan HiT Clutch atau harus pensiun dan kembali ke kopling orisinil?<br /><br /><br />Mudah2an jawabannya segera bisa diketahui. Let's hope for the best.<br /></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-15802463719895899512007-07-19T23:30:00.000+07:002007-07-23T12:20:17.521+07:00[Intermezzo] Ini Kandang Kita<span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="font-style: italic;">by Aria Gorba Hamdani</span> <span style="font-style: italic;">also posted at my Multiply page</span><br />Hari itu gw dan orang2 kantor gw pergi ke Senayan untuk nonton pertandingan bola AFC antara Indonesia melawan Korea Selatan. Di kantong cuma ada duit 35 ribu, KTP dan hape GSM gw. Mobil diparkir di Lapangan Tembak, udah gitu berangkatlah kita jalan kaki ke stadion. Sepanjang jalan para pendukung Indonesia terlihat berjalan dan seolah bergerombol. Lucunya, boss2 gw yg keturunan China sempet disangka pendukung Korea. Padahal jelas2 mereka pada pake kaos pendukung dengan tulisan INDONESIA gede di dada. Hahaha!</span> <span style="font-family:verdana;">Pak Mus (supir kantor) jadi penunjuk jalan. Kita masuk dari pintu besar yg kanan di Parkir Timur. Dari awal masuk aja, penjagaannya udah ketat. Sampe2 banyak tentara yg disiapin bawa senapan AK (kayaknya tipe 101). Di beberapa titik, tiket harus dikasih lihat ke yg jaga. Begitu mendekat ke stadion, sorak sorai penonton di dalam udah mulai kedengeran. Gila! Begidik gw ngedengernya. Suasana senang dan antusias campur aduk di hati gw.</span> <span style="font-family:verdana;">Pas banget! Petunjuk Gate XII berwarna merah tepat di depan mata. Setelah nanya sama official, kita dikasih tunjuk pintu masuknya di section 22C Lower. Di titik ini banyak korek api yg disita, tapi koq punya gw nggak diambil ya sama pak polisi yg meriksa? Selain korek, segala macem bentuk minuman yg dikemas nggak boleh dibawa masuk. Boleh sih, tapi isinya doang. Panitia udah nyiapin kantong plastik dan sedotan. Wah, hebat juga masih mikirin penonton yg nggak rela ngeluarin duit 10 ribu buat beli segelas kecil Coca Cola.</span> <span style="font-family:verdana;">Sewaktu kita masuk ke arah area tempat duduk, suasana langsung terasa beda...</span> </span><span style="font-style: italic; font-family: verdana;font-size:85%;" >"Gila! Deket banget sama lapangan!!"</span><span style="font-size:85%;"> <span style="font-family:verdana;">Tau2 ada yg manggil nama gw. Pas gw nengok, eh ternyata si Ian, sepupunya pacar gw. Daerah tempat duduk dia enak, agak tinggi di atas dan gampang cabut kalo ada apa2. Gw kebagian duduk di kursi deret O nomer 9, lebih dekat ke lapangan sekaligus bikin leher pegal, soalnya gw harus banyak nengok ke arah serong kiri di mana titik tengah lapangan berada. Udah gitu giant screen yg di sebelah kanan gw mati entah kenapa. Sial, jadi lebih banyak lagi nengok ke kirinya kalo begini sih.<br /><br />Stadion Senayan dipenuhi warna merah dan putih. Sebenernya sayang sih... lebih baik kalo dari panitia bisa kompakan nyuruh supporter pake seragam (minimal kaos lah) warna hijau yg senada dengan kaos Timnas. Sambil menunggu, penonton yg ada di tribun semua bikin yell-yell dan nyanyiin anthem yg entah gimana liriknya itu. Wow! Rame banget sampe2 tribun keliatan penuh dan padat. Banyak spanduk2 yg dipajang oleh penonton, mulai dari yg sifatnya mendukung Timnas sampai yg sedikit nggak nyambung (bendera kesebelasan dibawa2). Tapi ada satu banner yg menarik perhatian kita, tulisannya:<br /><span style="font-style: italic;">"PERSETAN JAMBOREE SUPPORTER. DUKUNG TIMNAS KITA. PANGGILAN JIWA."</span><br />Wow! Sampe segitunya mereka. Pantesan heboh banget penonton di area itu.<br /><br />Ada hal yg unik buat gw selain kehadiran Pak SBY dan Ibu Ani di stadion. Di giant screen diputerin berbagai iklan sponsor. Yg unik bukan itu sih... itu mah basi lah. Mana penataan sound systemnya jelek banget dan gak klop sama arsitektur stadion, bikin suara jadi muter nggak karuan. Yg unik justru teaser AFC group D yg ditayangin di giant screen. Di teaser itu dikasih liat kapten2 kesebelasan 4 negara di group D sekaligus ada highlight pertandingan. Lalu gw ngeliat ada satu wajah Indonesia yg cukup diblow up, yaitu wajah sang kapten: <span style="font-weight: bold;">Ponaryo</span>. Keren banget eksekusi bumpernya, sampe2 image <span style="font-style: italic;">"katrok" </span>yg sering terlintas di benak gw tiap ngedengar "sepak bola Indonesia" langsung sirna. Ada sih satu scene waktu Ponaryo bergaya kayak lagi ngebenerin rambut ala pria Brisk. <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">Ah! Sh*t lah, genk! </span>Gak penting banget deh scene itu, tapi akhirnya gw geli sendiri juga sampe ketawa bareng temen2 kantor gw gara2 scene itu.<br /><br />Tiba2 penonton bersorak <span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">"BOOOO!!!"</span> Ternyata kesebelasan Korea Selatan udah memasuki lapangan untuk pemanasan dulu. Sambil ikut nge-boo-in, gw perhatiin pemain2 Korea keliatan udah siap banget secara fisik dan mental. Sesi pemanasan mereka pun nggak lama dan mereka lebih banyak latihan gocek2an dan oper2an. Percaya deh, ngopernya niat2 semua alias kencang2 nendangnya. Udah gitu ngegoceknya beneran pake power seolah2 itu sparing partnernya emang musuh dia beneran. Hebatnya lagi, bisa gw bilang 90% operan mereka itu tepat sasaran. Wow! Timnas kita kayak apa ya?<br /><br />Ketika Timnas memasuki lapangan, penonton pun bersorak girang seolah superhero mereka telah datang untuk menyelamatkan dunia. Sambil mengingat apa yg dilakuin sama tim Korsel di saat pemanasan, gw merhatiin juga Timnas kita untuk perbandingan. Ternyata... Waduh! Koq basic2 banget pemanasannya dan kelamaan banget. Mana latihan oper2annya? Mana latihan gocek2annya? Koq gak ada?? Apa gw kelewat ya?? Masa cuma gw doang yg ngeliat?? Yg lain kenapa masih sorak2 aja sih?? Mulai was-was deh gw...</span> <span style="font-family:verdana;">Nggak kerasa waktu berlalu, seremonial pembukaan pertandingan pun dimulai. Seremonialnya biasa banget, tapi mungkin udah dibikin standarisasi kayak gitu. Ya udah... lanjut! Kedua team memasuki lapangan. Pertama lagu kebangsaan Korea Selatan dinyanyikan. Para atlitnya udah kayak tentara waktu lagu kebangsaan dikumandangkan. Berdiri tegak, tangan kanan menyilang dan telapaknya diletakkan di dada kiri, posisi berdiri agak menyerong ke arah kiri. Rapi sekali,keliatan banget negara yg penuh disiplin. Setelah itu dikumandangkanlah lagu Indonesia Raya. Bisa gw bilang 99% isi stadion nyanyi bareng2! Merinding banget! Gw sempat ngerekam prosesinya, silakan dilihat di bagian video dari page MP gw; atau untuk versi YouTube-nya bisa dilihat di sini: <a style="color: rgb(51, 204, 255);" href="http://youtube.com/watch?v=iu1tL2grl1o">http://youtube.com/watch?v=iu1tL2grl1o</a><br /><br />Sayangnya hape gw lowbat jadi gak sempat ngerekam lebih banyak lagi. Singkat cerita, menurut gw permainan Timnas menurun banget. Back yg nggak konsen, terlalu nafsu sampe sering kepeleset, main bola tinggi terus padahal udah tau lawan badannya lebih tinggi, sering ngebuang bola ke daerah yang cuma ada lawan doang, ngejar bola paling niat cuma 1x sepanjang pertandingan (dan terbukti bisa terkejar), dan emosiannya itu lho... Wuih! Stress level tingkat tinggi. Menurut gw beban mental itu berasal dari diri mereka sendiri, bukan dari lawan. Soalnya lawannya cemen... Dikit2 jatuh udah gitu guling2. Ditambah wasit2 yg lebih goblok dari sebelumnya. Gak fair dan telmi. Ah ngeselin deh pokoknya! Gw paling suka sama wasit dari Jepang waktu Indonesia vs Bahrain. Fair banget dan matanya jeli abis (dua2 team diperlakuin adil). Separah2nya permainan Timnas hari itu, tetap gw bangga koq dan gw menantikan bisa nonton langsung lagi untuk ngedukung mereka.<br /><br />Gw jelas2 salut adalah sama Bambang Pamungkas. Biarpun kalah, tapi dia keliatan bisa berbesar hati dan selalu mengangkat rekan2 timnya supaya nggak terlalu down. Tuh! Hasil jempolan main dan berlatih di Eropa. Pulang2 ke sini nggak belagu. Patut dicontoh! Yang kedua gw salut sama kipernya, Markus, si botak nomer 23 (udah kayak Jordan aja. hahaha!) yg sering banget terpaksa pasang badan dalam arti sebenarnya untuk nyelamatin gawang. Terbukti efektif, sebab gol satu2nya dari lawan berasal dari kekalutan pemain Timnas di depan gawang sendiri. Akhirnya gol deh... 0 - 1 buat Korsel.<br /><br />All and all, gw sedih tapi gw tetap kasih selamat buat Korsel atas kemenangannya. Masih banyak kesempatan menanti di depan untuk "rematch". Dan ketika saat itu datang, Timnas pasti gw dukung!<br /><br /><span style="background-color: rgb(255, 0, 0);"><span style="font-weight: bold;"> <span style="color: rgb(255, 255, 255);"> INDONESIA!!! </span></span></span> *boom boom... boom... boom boom...*<span style="background-color: rgb(255, 0, 0);"><span style="font-weight: bold;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);"></span></span></span><span style="background-color: rgb(255, 255, 255); color: rgb(255, 255, 255);"></span> <span style="background-color: rgb(255, 0, 0); color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-weight: bold;"></span></span><span style="background-color: rgb(255, 0, 0); color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-weight: bold;"> INDONESIA!!! </span></span> *boom boom... boom... boom boom...*<span style="background-color: rgb(255, 0, 0); color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-weight: bold;"></span></span><span style="background-color: rgb(255, 255, 255); color: rgb(255, 255, 255);"></span> <span style="background-color: rgb(255, 0, 0); color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-weight: bold;"></span></span><span style="background-color: rgb(255, 0, 0); color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-weight: bold;"> INDONESIA!!! </span></span> *boom boom... boom... boom boom...*<span style="background-color: rgb(255, 0, 0); color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-weight: bold;"></span></span><span style="background-color: rgb(255, 255, 255); color: rgb(255, 255, 255);"></span> <span style="color: rgb(255, 255, 255);"><span style="font-weight: bold;"></span></span><br /><br /><br />___<br /><br />Moral of the story:<br /><br />1. Lain kali ke Senayan rame2 gitu mending bawa air minum sama rokok (kalo ngerokok) yg banyak. Air minumnya diplastikin jg gpp deh daripada keluar ceban buat soft drink seemprit.<br /><br />2. Udah gitu mobil parkirnya jangan jauh2 biar gak capek jalannya.<br /><br />3. Bawa alat dokumentasi yg lebih memadai, atau kalo dalam bahasa masa kininya biasa disebut dengan mumpuni.<br /><br />4. Dan yg paling penting posisi menentukan prestasi: pilih tempat duduk yg gak bikin leher pegal2!<br /><br />5. Lain kali kalo mau bikin review jangan sok kepanjangan, ntar males sendiri ngetiknya. Wakakakak!</span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-35237113704527899022007-07-09T18:29:00.000+07:002007-07-09T18:30:32.970+07:00Vario dan Broquet<span style="font-size:85%;"><span style="font-family: verdana;" class="postbody">Kopdar kemarin, Vario saya menjadi salah satu kelinci percobaan aplikasi Broquet. Sebetulnya saya ragu, tapi si sales meyakinkan saya bahwa dia sudah test di HVC dan berhasil. So, saya pikir, "Why not?"<br /><br />Biar nggak kelamaan, langsung aja saya review:<br /><br />Uji coba 1:<br />Broquet dipasang sedemikian rupa. Saya lakukan test ride di Arteri Permata Hijau. Hasilnya: Ga ada bedanya. Semua peningkatan performa masih tetap berasal dari parts CVT, terutama HC.<br /><br />Begitu kembali ke parkiran dan saya laporkan ga ada peningkatan, si sales nampak penasaran dan meminta saya untuk membiarkan dulu selama 5 - 10 menit.<br /><br />Uji coba 2:<br />... sama aja tuh. Kesimpulan saya, Broquet tidak menghasilkan apa2 alias gagal total dalam memberikan performa tambahan. Si sales pun terpaksa manyun dan undur diri dari arena kopdar.<br /><br />---<br /><br />Keesokan harinya, ada kejadian aneh. Vario saya mengalami loss power, padahal bukaan gas tetap stabil. Kalo saya tambah bukaannya, nggak ada power yg keluar. Suara kenalpot jadi berisik dan konsumsi bensin jadi boros sih iya. Bingung bercampur kesal memenuhi pikiran saya.<br /><br />Saya coba konsultasi dengan beberapa orang yg saya anggap lebih berpengalaman ttg hal ini. Ada satu benang merah dari tanggapan mereka, yaitu dari bahan bakarnya. Spontan pikiran saya menuju ke uji coba broquet. Di kontrakan, saya coba melakukan bersih2 ringan di bagian air filter, busi, dan selang pernapasan bensin. Hasilnya tetep aja masih suka ngeden larinya si Vario. Malamnya saya pulang ke Bogor dengan penuh gerutu karena Vario saya nggak mau diajak lari. Positifnya, saya jadi nggak mikirin lamanya perjalanan, tau2 udah sampe rumah aja tuh. Hehehe...<br /><br />Hari ini saya nggak ngantor karena alergi udara dingin saya kumat. Daripada bengang bengong di rumah gak ada kerjaan, akhirnya saya putuskan untuk membawa si Vario ke bengkel rujukan. Di sana saya minta semi general check up termasuk menyampaikan keluhan di Vario saya. Yang nggak dilakukan cuma ganti oli. Baru ganti Redline sayang banget, bok...<br /><br />Ternyata benar aja, karburator saya kotornya minta ampun. Pak Pieter sang kepala bengkel pun ngasih tau sama saya, Vario jangan pernah dikasih macem2 di tangki bensinnya. "Pasti nanti tersumbat di karbunya!", kata beliau. Tangki bensin pun saya minta untuk dikuras. Seharian penuh si mekanik ngerjain motor saya sampe selesai. Tak lupa tips agak besar pun saya kasih ke dia.<br /><br />Di perjalanan pulang ke rumah, saya nggak bisa ngetes dengan sepenuh hati. Namun kadang masih terasa gejala itu datang dan pergi, tapi nggak separah sebelumnya. Saya cuma berharap gejala ini cepat hilang dan Vario saya kembali normal.</span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-19199109428479611182007-05-12T18:50:00.000+07:002007-05-14T15:42:58.212+07:00Tuning Vario: Roller & Per CVT<span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Banyak teman yang bertanya, bagaimanakah kombinasi performance parts yang ideal untuk membuat Vario lebih baik performanya? Sebetulnya sulit untuk ditentukan patokannya karena ternyata setingan yang pas untuk satu orang belum tentu pas untuk orang lain. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi termasuk kebiasaan orang dalam memperlakukan mesin. Mencontek setingan di motor teman pun belum tentu menghasilkan performa yang sama.<br /><br />Tuning yand biasa diaplikasikan pada skuter modern (skutik / skubek) untuk kebutuhan harian adalah modifikasi pada bagian CVT. Sebetulnya modifikasi ini sama aja dengan melakukan tuning terhadap transimisi. Pada kendaraan matic khususnya, <span style="font-weight: bold;">kita harus sadar terlebih dahulu bahwa peningkatan pada satu sektor pasti mengorbankan sektor yang lain</span>. Dalam hal ini, akselerasi vs top speed.<br /><br />Para tuner skuter modern </span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >professional yang biasa menangani kebutuhan kompetisi </span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >tentunya akan mencari setingan untuk mendapatkan keseimbangan yang paling pas bagi performa skuternya. Untuk menutupi hal-hal yang dikorbankan akibat modifikasi pada CVT, mereka melakukan berbagai upaya seperti tuning setelan karburator, mengganti CDI unlimited, bahkan hingga bore up. Tujuannya adalah membuat skuter modern dapat berlari sekencang mungkin dan bertahan pada kondisi performa paling prima selama mungkin, hingga akhirnya grafik performa mencapai puncaknya dan akhirnya mulai menurun. Namun untuk harian dan penggunaan dalam kota harus disesuaikan dengan kebutuhan.<br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Untuk penggunaan harian dan dalam kota, tuning performa pada skuter modern sebetulnya cukup dengan melakukan setingan pada roller dan per CVT. Mari kita bahas satu per satu.<br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" ><span style="font-weight: bold;"><br />Roller Weight<br /><br /></span>Untuk prinsip kerja roller, semakin ringan rollernya maka dia akan semakin cepat bergerak mendorong movable drive face dan face comp pada drive pulley sehingga bisa menekan belt ke posisi terkecil. Efek yang terasa, akselerasi makin responsif. Namun supaya belt dapat tertekan hingga maksimal butuh roller yang beratnya sesuai juga. Artinya jika roller terlalu ringan maka tidak dapat menekan belt hingga maksimal. Efeknya tenaga tengah dan atas akan berkurang bahkan hilang.<br /><br />Untuk berat roller, ada dua konsep umum yang biasa dilakukan jika mengaplikasikan roller konvensional (bentuk silinder), yaitu <span style="font-weight: bold;">aplikasi roller dengan yang berat seragam </span>dan <span style="font-weight: bold;">kombinasi berat roller</span>. Kombinasi roller dilakukan dengan memasang 3 roller dengan beban tertentu dan 3 roller dengan beban yang lebih berat atau lebih ringan, tergantung kebutuhannya. Roller yang lebih ringan akan bergerak terlebih dahulu menekan movable drive face dan menyebabkan Vario bergerak lebih responsif daripada semula. Pada titik putaran mesin selanjutnya roller yang lebih berat akan mulai bergerak dan bebannya membantu menekan belt lebih dalam lagi.<br /><br />Ada satu rumus ideal untuk mengkombinasikan roller, yaitu <span style="font-weight: bold;">bedanya maksimal 3 poin antara roller yang ringan dengan roller yang berat</span>. Dalam konteks CVT Vario, untuk membantu mencari top speed, bisa dilakukan kombinasi 3 roller standard (13 gr) dengan 3 roller yang lebih berat (15 gr). Dengan rumus ideal ini, tenaga tengah akan dikorbankan namun tidak terlalu banyak. Semakin jauh beda bebannya maka semakin banyak tenaga tengah yang dikorbankan. Untuk penggunaan harian dengan track yang tentunya bakal ketemu tanjakan, bisa dicoba kombinasi 12 gr dan 14 gr.<br /><br />Bagaimana halnya dengan <span style="font-weight: bold;">Sliding Roller (SR)</span> yang bentuknya tidak silinder? Prinsip kerja SR tidak untuk dikombinasikan atau dengan kata lain akan lebih optimal jika keenam SR memiliki beban yang sama beratnya. Pengaplikasian SR dapat membantu proses menekan movable drive face lebih cepat daripada roller konvensional. Hal ini karena <span style="font-weight: bold;">SR memiliki bidang tekan yang lebih luas</span> untuk menekan face comp sampai movable drive face ikut bergerak. Sedangkan roller konvensional memiliki bidang yang lebih kecil untuk menekan face comp dalam proses pergerakannya. Ibaratnya, akan lebih mudah untuk mendorong pintu rolling door dengan menggunakan telapak tangan daripada dengan menggunakan jari telunjuk saja. Oleh karena itu, secara hukum fisika, <span style="font-weight: bold;">SR membutuhkan tenaga yang lebih sedikit untuk mencapai daya dorong yang sama dengan roller konvensional</span>. Untuk gambar perbandingan luas bidang tekan ini silakan lihat artikel sebelumnya mengenai SR di blog ini.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Per CVT<br /><br /></span>Performance part ini biasa disebut juga dengan compression spring atau torque spring. Prinsip kerjanya adalah semakin keras per tersebut maka belt dapat terjaga lebih lama di kondisi paling luar dari driven pulley. Namun kesalahan kombinasi antara roller dan per CVT dapat menyebabkan <span style="font-weight: bold;">keausan bahkan kerusakan pada sistem CVT!</span> Berikut beberapa kasus yang sering terjadi:<br /><br />1. Per CVT yang terlalu keras dapat membuat drive belt jauh lebih cepat aus karena <span style="font-weight: bold;">belt tidak mampu menekan dan membuka driven pulley</span>. Belt semakin lama akan terkikis karena panas dan gerakan berputar pada driven pulley. Bayangkan apa jadinya jika belt putus di tengah jalan? Kita harus siap dengan peralatan yang sesuai, yang sepertinya tidak umum untuk dibawa harian di Vario. Atau solusi mudahnya, sewa mobil bak untuk mengangkut Vario kita ke bengkel kepercayaan kita.<br /><br />2. Per CVT yang terlalu keras jika dipaksakan <span style="font-weight: bold;">dapat merusak clutch / kupling</span>. Panas yang terjadi di bagian CVT akibat perputaran bagian-bagiannya dapat membuat tingkat kekerasan materi partsnya memuai. Pada tingkat panas tertentu, materi parts tidak akan sanggup menahan tekanan pada tingkat tertentu pula. Akhirnya per CVT bukannya melentur dan menyempit ke dalam tapi justru malah bertahan pada kondisi yang masih lebar. Kopling yang sudah panas pun bisa jebol karenanya.<br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Per CVT original bawaan Vario terspesifikasi di 1000 rpm. </span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Sebetulnya sudah cukup bagus dan ideal untuk penggunaan harian. Namun sepengalaman saya per CVT 1200 rpm jauh lebih enak lagi dan membuat tarikan Vario jadi lebih enteng. Per CVT 1500 rpm masih bisa diaplikasikan tapi rajin-rajinlah memeriksa kondisi drive belt skuter Anda. Saya tidak berani merekomendasikan per CVT 2000 rpm untuk penggunaan harian karena terlalu keras.<br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Untuk mempermudah pemilihan per CVT performance yang tersedia di pasaran dunia saat ini rata-rata dapat dibedakan berdasarkan warnanya. </span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Berikut daftar warna untuk per skuter modern yang saya berhasil dapatkan dari website <a href="http://www.malossi.com/">Malossi</a> </span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >dan sebagian sudah ketahuan spesifikasinya</span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >.</span><span style="font-size:85%;"><span class="postbody" style="font-family:verdana;"><br /></span></span><span style="font-size:85%;"><span class="postbody" style="font-family:verdana;">- Putih : 800 rpm<br /></span></span><span style="font-size:85%;"><span class="postbody" style="font-family:verdana;">- Biru : 1000 rpm <--- Vario menggunakan per original warna ini.<br />- Violet : 1200 rpm<br />- Kuning : 1500 rpm<br />- Merah : 2000 rpm<br /></span></span><span style="font-size:85%;"><span class="postbody" style="font-family:verdana;">- Hijau : ??? rpm </span></span><span style="font-size:85%;"><span class="postbody" style="font-family:verdana;">(belum saya ketahui)</span></span><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" ><br />Saya tetap menghimbau Anda untuk selalu ber</span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >hati-hati dalam memilih performance parts. Konsultasikan baik-baik dengan tuner kepercayaan masing-masing sebelum mengganti part standard dengan part aftermarket.<br /><br /></span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Semoga informasi di atas cukup membantu. </span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >Jangan sungkan-sungkan untuk meralat, menambahkan atau membantah jika ada informasi dari saya yang tidak tepat.<br /><br /><br />---<br /><br />Terima kasih saya kepada rekan-rekan di milis dan forum HVC </span><span style=";font-family:verdana;font-size:85%;" >serta rekan-rekan dari Kymco Indonesia atas ilmu yang saya peroleh dan tidak bisa digantikan dengan apa pun.<br /></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-3371986795325732412007-04-30T21:32:00.000+07:002007-04-30T21:37:41.666+07:00Apalah Arti Nila Setitik<span style="font-size:85%;"><span style="font-family: verdana;">Tentu bukan rahasia lagi jika Honda Vario itu adalah skutik yang banyak masalah. Di saat-saat penuh emosi & kekecewaan terhadap Vario saya, tiba-tiba ada suara dari pinggir jalan, "I'm Vario..!" Ternyata seorang anak kecil yang sedang tersenyum senang sambil menunjuk skuter saya. Lucu juga ya, betapa bahagianya seorang anak kecil ketika ia bisa mengidentifikasi sebuah kendaraan di jalan. </span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Saya berhenti sejenak di sebuah kios Pangkas Rambut Asgar <span style="font-style: italic;">(asli Garut - red)</span> untuk merapikan rambut yang sudah mulai acak-acakan ini. Ketika pemangkas berkarya pada rambut saya, di luar kios ada seorang bapak yang sedang mengagumi skuter saya. Sebuah pemandangan yang sudah mulai jarang saya temui dan mengundang senyum di hati. </span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Perjalanan berlanjut melalui jalan-jalan tikus untuk memotong padatnya Jakarta. Sayup-sayup terdengar suara orang di sisi jalan, "Tuh, Vario tuh... bla bla bla". Wah, Varioku dibahas. "Kira2 apa ya yang diobrolin?" </span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Kemudian saya berpikir, biar butut & banyak masalah begini... Vario sudah setengah tahun ini setia menemani perjalanan saya ke tempat aktivitas setiap hari, ke kampus di akhir minggu, ngapel & jalan2 bareng pacar, hingga perjalanan pulang pergi Bogor - Jakarta. Sebuah pencerahan yang tak terduga akhirnya dapat sedikit mengobati kekecewaan saya. "Nyaris kujual kau...", kata saya dalam hati. Saya tepuk sedikit di atas speedometer dan saya tersenyum. </span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-44046075934490810982007-04-08T16:54:00.000+07:002007-04-08T17:01:47.884+07:00To Be or Not To Be<span style="font-size:85%;"><span style="font-family: verdana;">Terus terang, tulisan ini mengingatkan saya pada salah satu artikel teman saya di blognya yg terdahulu tentang bagaimana sebuah komunitas / klub dimanfaatkan oleh merek.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Mungkin beberapa orang mengartikan hal ini sebagai bentuk kepedulian merek terhadap konsumennya. Beberapa orang lainnya mengartikan hal ini sebagai kesempatan 'side job', memperoleh benefit finansial dari merek. Sedangkan yang saya lihat dari sisi merek, hal ini merupakan titik di mana mereka bisa menggenggam dan mengendalikan pasar, menjaga pasar, dan meminimalisir kerugian. Singkat kata: sebentuk simbiosis mutualisme. Sah-sah saja memang...</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Namun saya sedih dan kecewa m</span><span style="font-family: verdana;">elihat kenyataan di depan mata. Menyaksikan bagaimana sedemikian mudahnya sebuah loyalitas bisa dibeli. Tidak ada lagi kebanggaan bagi saya sebab kini sudah luruh, hilang terbawa derasnya hujan dan terpaan angin. Mungkin butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa mengobati kekecewaan ini. Karena saya adalah diri saya sendiri. Saya bukan penjilat dan saya tidak butuh dijilat!</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">It's time for me to spend some time to talk with concious, to ask myself wether to be a free agent once again. Free as a brother should ever be. Free to roam where ever one's desire and not be steered by others! Hopefully, answers will come. We'll see...<br /></span></span>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-37401769588194833682007-03-21T21:21:00.000+07:002007-03-21T21:23:25.372+07:00Group Riding di Mata Pemula<p style="font-family: verdana; font-weight: bold;"><span style="font-size:85%;">"Engine on!"</span></p><p style="font-family: verdana;"><span style="font-size:85%;">Inilah kalimat yang akrab terdengar di saat melakukan group riding. Biasanya Road Captain yang meneriakkan perintah tersebut sambil mengacungkan jari jempol tangan kirinya. Sebagai pemula, saya dibekali pengetahuan mengenai kode-kode tangan untuk berkomunikasi sesama anggota group, mulai dari menunjukkan arah perjalanan, menunjukkan hazzard di jalan, hingga tata cara memberitahu bahwa rider mengalami kesulitan. Kode-kode ini harus diteruskan hingga ke belakang supaya semua anggota group terinformasikan.</span></p><p style="font-family: verdana;"><span style="font-size:85%;">Malam itu, jam sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Kegelisahan semakin terlihat di raut wajah panitia dan petugas safety riding. Di kepala saya terpikir, "Wah! Adrenalin mulai naik nih." Mungkin karena group ride malam itu diikuti oleh sedikitnya 30 motor di mana sebagian besar peserta adalah pemula, ditambah kami harus mengejar waktu untuk tiba di tujuan. Kesempatan kali ini merupakan pengalaman pertama saya bermotor dalam group besar.</span></p><p style="font-family: verdana;"><span style="font-size:85%;">Terlihat tongkat lampu voorrijder dan tangan kiri road captain mengisyaratkan group untuk bergerak maju. Deru suara puluhan motor seolah menggema seiring group mulai bergerak meninggalkan lokasi pemberangkatan. Sepanjang jalan kami bergerak dalam kecepatan cukup aman, rata-rata sekitar 40 kpj. Tak terasa lama, suasana kota Jakarta mulai hilang saat kami memasuki Pondok Cabe menuju Parung. Jalur ini memang rute saya untuk pulang pergi Bogor - Jakarta hampir setiap akhir minggu. Seharusnya saya tidak merasa tegang, tapi entah kenapa malam itu adrenalin saya tinggi sekali.</span></p><p style="font-family: verdana;"><span style="font-size:85%;">Memasuki Parung, group mulai bergerak agak cepat, rata-rata 60 kpj. Jantung saya serasa dipacu mengingat saya tahu betul daerah ini jalannya super jelek. Apalagi di musim hujan seperti sekarang ini, bukanlah hal yang aneh jika tiba-tiba ada lubang besar baru yang menganga di tengah jalan. Jelas sekali terlihat rekan-rekan group saya tidak dapat menikmati group riding kali ini. Emosi yang meledak sedikit saja bisa membuat acara group riding ini batal. Inilah kekhawatiran utama saya. Namun bodohnya saya, terlalu memikirkan rekan-rekan hingga tidak konsen sendiri. Motor saya sering oleng karena beban pikiran.</span></p><p style="font-family: verdana;"><span style="font-size:85%;">Memang group riding kali ini masih banyak kekurangannya dari segi safety. Misalnya jarak antar motor yang dipaksa untuk kurang dari 2 detik dengan formasi 2 baris tanpa zig-zag membuat kami kesulitan untuk melihat hazzard di depan kami. Beberapa kali formasi sempat acak-acakan karena jumlah anggota group yang terlalu banyak dan hazzard di jalan yang sporadis. Saat memasuki kawasan Salabenda, Bogor, saya jadi korban bahayanya kurangnya penglihatan di saat group riding. Motor saya menghajar lubang dengan cukup keras. Untungnya tidak sampai jatuh tapi selangkangan saya sakit sekali dibuatnya. Rider di depan saya pun tidak bisa disalahkan karena terlambat memberi kode. Ini murni kesalahan formasi group yang tidak mau saya ulangi lagi.</span></p><p style="font-family: verdana;"><span style="font-size:85%;">Setibanya di pemberhentian, saya mencek kondisi ban dan roda-roda motor saya. Ternyata tidak apa-apa, syukurlah. Setelahnya saya berpamitan dan memisahkan diri dari rombongan untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah. Alhamdulillah, saya tiba di rumah dengan selamat meskipun di perjalanan sempat tidak sengaja melihat "yang halus-halus". Hiiiyyy!!!</span></p><p style="font-family: verdana;"><span style="font-size:85%;">Sebelum tidur saya merenung, sepertinya memang dibutuhkan semacam special course untuk group riding supaya perjalanan dan kebersamaan bisa lebih dinikmati.</span></p>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-23205313295459149482007-03-14T18:43:00.000+07:002007-03-14T22:28:46.309+07:00Basic Tuning CVT<span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Performa standar masing-masing skuter memang berbeda. Namun ada saja orang-orang yang tidak puas dengan performa standar yang didapat. Contohnya: Saya! Honda Vario yang dicap responsif sekali oleh salah seorang teman saya, justru tidak bisa memberikan kepuasan pada saat perjalanan jauh. Ternyata tenaga Vario sering ngeden di tengah-tengah. Nah lho!</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Lalu bagaimana caranya agar si Vario bisa memiliki performa yang sesuai dengan keinginan saya? Ada yang bilang bore up adalah jalan terbaik. Mungkin karena pengaruh program Impossible Matic yang menampilkan Yamaha Mio 325 cc. Di Thailand memang ada yang pasang mesin CBR di Honda Click. Kalau saya tiru, pasti saya bangkrut duluan.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Ada juga yang menyarankan untuk meng-crack limitter pada CDI bahkan mengganti CDI. Kendalanya, saya harus ganti busi juga yang belum tentu cocok. Kalau asal pasang, bisa-bisa Vario saya mogok di jalan. Bisa lebih runyam lagi kalau mogoknya sewaktu saya sedang dalam perjalanan jauh di malam hari.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Setelah mencari informasi sebanyak-banyaknya, maka pilihan saya jatuh kepada melakukan tuning pada sistem CVT. Saya hanya perlu mengganti bagian-bagian tertentu dari CVT dan tidak perlu mengubah mesin maupun CDI. Nah... Artikel kali ini akan membahas sekilas mengenai bagian-bagian CVT secara umum dan bagaimana masing-masing bagian mempengaruhi performa skuter matic. Informasi dalam artikel ini mudah-mudahan dapat membantu rekan-rekan pembaca untuk melakukan tuning terhadap CVT.</span><br /><br />---<br /><br /><br /></span><span style="font-weight: bold;font-family:verdana;font-size:85%;" >Bagian CVT</span><span style="font-size:85%;"><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Masing-masing pabrikan skuter matic biasanya men-design sendiri sistem CVT-nya sehingga dapat menghasilkan performa yang berbeda dari kompetitor, baik dalam bentuk irit, ngebut, responsif, halus, bertenaga, dsb. Pada umumnya, bagian-bagian sistem CVT pada skuter matic yang dapat diperoleh dengan cukup mudah di pasaran adalah roller, drive belt, driven pulley spring, clutch spring, clutch dan variator. Lalu bagaimana sebetulnya perbedaan sistem CVT ini mempengaruhi kinerja skuter?</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Contoh yang mudah pada produk Honda Vario, sistem CVT-nya mampu menghasilkan tenaga bawah yang paling besar dibanding kompetitornya. Sayangnya, tenaga tengah dan atas justru dikorbankan. Buktinya, banyak yang mengeluhkan sulit mencapai 100 kpj pada speedometer padahal 0 - 80 kpj bisa diraih dengan cukup mudah. Gosipnya, hal ini karena design variator yang sedemikian rupa. Di sinilah rahasia iritnya Vario. Gosipnya lho... Silakan dibuktikan sendiri.</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Contoh-contoh lainnya:</span><br /><span style="font-family:verdana;">Kymco Free EX, sistem CVT-nya justru kendor tenaga bawah namun cukup hebat di tenaga tengah dan atas. Rata-rata perbaikan dilakukan dengan mengganti roller dengan yang lebih ringan dan mengganti per kopling dengan yang lebih lentur. Sementara di Kymco jenis Trend SR, justru banyak dikomplain karena tarikan awalnya yang bisa mendadak responsif sekali. Lalu si pemain lama, Yamaha Mio, diklaim kedodoran di awal namun kalau sudah kencang bisa amit-amit kecepatannya. Ada juga Suzuki Spin yang dapat aproval untuk penilaian keseluruhan dari teman saya yang bisa dibilang veteran di dunia skuter matic, namun menurut orang dalam Suzuki yang menemani beliau di saat test ride, si Spin ini masih kalah sama Kymco Free LX. Nah lho!</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Sebelum dilanjutkan, saya mohon para pembaca tidak menjadikan penilaian di atas sebagai tolok ukur skuter matic mana yang paling bagus. Sebaiknya, pilihlah skuter matic yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Kalau mau bilang bagus sih, mending ngelirik produk-produk maxi scooter yang 250 cc ke atas deh. Misalnya Honda Silverwing ABS gitu. Hahaha!</span><br /><br /><span style="font-family:verdana;">Kembali ke topik pembahasan. Dari titik ini, tentunya perlu diketahui apa saja pengaruh dari penggantian masing-masing bagian tersebut. Mari kita bahas satu per satu:</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-family:verdana;" >Roller</span><br /><span style="font-family:verdana;">Bagian paling umum dalam tuning skuter matic. Secara umum, roller berpengaruh terhadap akselerasi. Roller pada skuter matic berjumlah 6 buah dan terletak di dalam puli atau sering disebut rumah roller (front pulley). Penggantian roller dapat dilakukan secara keseluruhan atau kombinasi masing-masing 3 roller dari dua berat yang berbeda. Makin ringan berat keseluruhan rollernya, semakin cepat akselerasi skuter. Semakin berat roller, maka akselerasi akan berkurang, tapi tekanan terhadap driven pulley akan semakin besar dan dapat menambah speed si skuter. Roller tersedia dalam berbagai berat dan ukuran. Bahan yang diklaim bagus untuk roller adalah teflon yang dapat meminimalisir aus dan menjaga bentuk roller agar tidak lekas benjol / melonjong.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Drive Belt</span><br />Banyak yang menyebutnya dengan fan belt atau v-belt. Drive belt yang kurang baik sering menyebabkan selip pada CVT. Akibatnya banyak tenaga mesin terbuang percuma. Belt yang bagus harus dapat mencengkeram front pulley dan driven pulley dengan baik. Kendala utama belt pada sistem CVT yang telah di-tuning yaitu mudah aus bahkan cepat putus. Cukup menjengkelkan kalau sampai terjadi di tengah perjalanan. Pemilihan </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">bahan belt turut berperan. Bahan yang diklaim paling kuat dan bagus untuk sistem CVT yang telah di-tuning adalah kevlar. Tentu harganya pun lebih mahal daripada belt biasa.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Driven Pulley Spring / Torque Spring</span><br />Sering disebut sebagai per CVT. Tugasnya untuk menekan driven pulley sedemikian rupa agar kecepatan dapat beranjak tinggi. Rata-rata torque spring tipe racing memiliki daya pegas yang sangat keras. Hal ini ditujukan agar dapat lebih maksimal menahan tekanan dari drive belt terhadap driven pulley di saat kecepatan tinggi. Namun jangan sampai sembarangan memasang torque spring! Jika terlalu keras, maka akibatnya drive belt akan mendapat 'perlawanan' yang lebih berat dan menjadi jauh lebih cepat aus, bahkan putus. Selain itu, akibatnya dapat lebih cepat merusak driven pulley karena terus menerus mendapat tekanan yang tinggi.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Clutch Spring</span><br />Banyak disebut dengan per kopling. Tugasnya adalah membuat kopling 'menggigit' setelah RPM mencapai putaran tertentu. Begitu juga saat terjadi loss atau selip pada CVT (yang memang lumrah terjadi), clutch spring kembali membuat kopling mencengkeram driven pulley dan CVT pun kembali dapat menyalurkan tenaga mesin ke putaran roda. Pelajari baik-baik tipe clutch spring agar diperoleh hitungan yang tepat terhadap seberapa cepat kopling mencengkeram driven pulley dari keadaan stasioner.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Clutch</span><br />Semua skuter matic yang tinggal gas-rem-gas-rem pasti menggunakan clutch (kopling) tipe kering. Clutch ini tidak memerlukan oli kopling dan hanya akan menggigit pada angka RPM tertentu. Jika RPM berada di bawah angka tersebut, clutch dengan sendirinya tidak akan menggigit atau selip. Clutch yang bagus akan mampu menerima beban lebih besar daripada clutch standar bawaan pabrik. Beban berat biasa terjadi saat skuter disemplak berboncengan atau ketika bergerak di jalan menanjak. Salah satu indikasi yang sering terlihat adalah jarum speedometer yang menurun dengan kondisi grip gas stabil. Clutch tertentu mampu meminimalisir bahkan menghilangkan gejala penurunan performa tersebut, hingga batas beban yang ditentukan tentunya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Variator</span><br />Ada juga yang menyebutnya sebagai puli atau rumah roller. Memang di dalam variator inilah 6 buah roller ditempatkan. Design bentuk ramp / bidang miring pada variator berpengaruh terhadap speed atau tenaga tengah ke atas. Perputaran variator menimbulkan pergerakan sentrifugal pada roller yang kemudian menekan piringan variator. Pergerakan variator ini membuat belt bergerak mengencang dan mengendur. Melalui pergerakan inilah kecepatan sebuah skuter matic berubah-ubah. Sayangnya, saya belum dapat informasi lebih lanjut mengenai design ini. Bentuk seperti apa yang lebih bagus untuk tenaga bawah dan yang seperti apa yang bagus untuk mengejar top speed? Nanti akan saya update jika sudah ada data-datanya. ;)<br /><br />---<br /><br /><br />Ada special case pada Vario. Karena tenaga bawahnya yang sudah sangat responsif, maka diperlukan set roller yang lebih berat untuk menunjang speed.<br /><br /></span></span><div style="text-align: center;"><span style="font-style: italic; font-weight: bold; color: rgb(204, 0, 0);font-size:85%;" ><span style="font-family:verdana;">Teorinya:</span></span><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(204, 0, 0);font-size:85%;" ><span style="font-family:verdana;">"semakin keras spring, maka butuh roller berat untuk 'memaksa' driven pulley menutup (artinya menekan torque spring) melalui distribusi dari drive belt"</span></span><br /></div><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;"><br /></span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Tebakan saya, selain design variator yang unik, driven pulley spring bawaan Vario sudah cukup keras. Sebab melaui perbandingan berat roller standar Vario dengan roller standar skuter lainnya, 13 gram sudah termasuk cukup berat. Skuter lain yang menggunakan berat tersebut rata-rata kelasnya 125 cc ke atas, sementara Vario hanya 108 cc saja. Bisa saja tebakan saya ini salah. Jika Anda tahu informasi yang lebih benar, silakan bantu share dengan teman-teman pembaca lainnya dengan mengisi comment pada artikel ini.</span></span><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;"><br />Demikianlah hal-hal yang dapat saya bahas dalam artikel ini. Mudah-mudahan bisa berguna Sebetulnya masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk membuat performa skuter kita lebih ganas lagi. Namun saya rasa untuk penggunaan sehari-hari yang mewajibkan safety riding hingga penggunaan untuk keperluan touring, tuning pada CVT sudah cukup memenuhi kebutuhan tersebut. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam artikel ini. Apabila memang ada, saya </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">mohon koreksinya. :)<br /></span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;"><br />---<br /><br /><br />Terima kasih kepada pihak-pihak berikut yang telah berbaik hati untuk berbagi informasi kepada / dengan saya:<br />1. Komunitas Kymco Indonesia.<br />2. Kang Ryan si Dokter Puli Indonesia.<br />3. Mas Velino untuk postingan-postingannya yang membuat saya terus penasaran untuk meningkatkan performa Vario saya.<br />4. Mas Tok. atas artikel testimoni produk Dr. Pulleynya.<br />5. Opa Al & Pak Andreas untuk Kei Kurnia Motor.<br />6. Yudha & Iman, teman membahas performa di klub.<br />7. Mas Andri untuk sesi YM di sore hari yang penuh pencerahan.<br /><br />... maaf kalau ada yg terlewat oleh saya. Masih muda sudah pikun. Hahahahaha!<br /><br />---<br /><br /></span></span><div style="text-align: center;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;"><span style="font-weight: bold;">..:(?): VARIO CASE :(?):..<br /><br /></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">1. Kalau Mas Velino dan Mas Andri menyarankan untuk mengubah roller menjadi lebih berat untuk meningkatkan speed, apakah artinya torque spring standar Vario termasuk cukup keras?<br /><br />2. Jika saya tidak mau mengubah berat roller, dapatkah saya mengganti torque spring Vario dengan yang lebih lembut untuk juga mendapatkan peningkatan speed?<br /><br />3. Sliding Roller diklaim mampu menambah tingkat akselerasi. </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Kombinasi SR 13 gr dengan torque spring Trend menghasilkan Vario yang jauh lebih ringan, namun butuh bukaan grip gas yang lebih besar dan teknik mengurut gas yang lebih teliti untuk mendapatkan speed tinggi. Hipotesa sejauh ini: ganti variator. </span></span><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Sementara menunggu budget untuk membeli variator, langkah apa yang dapat saya lakukan untuk menambah speed Vario saya?<br /></span></span></div>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-35316736481564684122007-02-28T22:58:00.000+07:002007-02-28T23:16:40.119+07:00Selamat Berkarya - episode 2<span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Berawal dari permintaan khusus seorang rekan di forum <a href="http://www.varioclub.com">Honda Vario Club</a> yang melihat hasil design Vario di artikel sebelumya. Dia meminta saya untuk membuatkan sebuah design Vario dengan gaya trail. Berikut petikannya,<br /><br /><br /></span><div style="text-align: center; font-family: verdana;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 102, 0);" class="postbody">"bikinin gw desain dong bro..... semi trail tapi g ganti setang n ban </span><br /><span style="font-style: italic;" class="postbody"><span style="color: rgb(0, 102, 0);"> kayak supermoto cuman tebeng depan trondol+kasih lampu bulet 2 mata"</span><br /><br /><br /></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;" class="postbody"></span></span><span style="font-size:85%;">Saya merasa design seperti ini sudah banyak diaplikasikan ke Yamah Mio maupun Suzuki Spin. Tapi baru sekali saya melihat Vario yang sengaja dibuat bergaya trail, itu pun hasil karya orang Thailand. Saya pikir apa salahnya kalau saya juga iseng ikut membuat design Vario seperti itu.<br /><br />Kebetulan saya pernah browsing ke situsnya <a href="http://www.bmwmotorcycles.com/">BMW</a> dan ada satu motornya yang saya suka, tipe <span style="font-style: italic;">high performance</span> dengan nama <a style="font-weight: bold;" href="http://www.bmwmotorcycles.com/bikes/group.jsp?g=touring">HP 2 Enduro</a>. Bentuknya cukup non-konvensional bagi saya dan ada satu <span style="font-style: italic;">wallpaper</span>nya yang sangat menimbulkan kesan <span style="font-style: italic;">tough & speedy</span>. Betul-betul motor yang tangguh!<br /><br />Saya menjadikan model-model motor BMW sebagai bahan referensi utama. Tak puas dengan gambar-gambar yang saya peroleh, saya juga mengambil berbagai referensi gambar dari situs <a href="http://www.bikewalls.com">www.bikewalls.com</a>. Meskipun banyak gambar referensi bagian motor yang belum saya peroleh, tapi saya harus puas dengan yang sudah saya dapatkan. Langsung saya memulai berkarya di Photoshop.<br /><br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style="font-size:85%;">Dan hasilnya:<br /><br /></span></div><span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;" class="postbody"></span></span></div></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" ><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://img263.imageshack.us/img263/416/variosupermotozf9.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 435px; height: 288px;" src="http://img263.imageshack.us/img263/416/variosupermotozf9.jpg" alt="" border="0" /></a>Mudah-mudahan ada yang bisa merealisasikan design ini. :)</span><br /></div>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-67113266111685269722007-02-13T21:50:00.000+07:002007-02-13T22:06:46.066+07:00Selamat Berkarya - episode 1<span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Tentu kita sudah tau bahwa banyak sekali karya modifikasi kendaraan roda dua di Indonesia. Mulai dari yang bergaya klasik hingga yang bergaya sport. Belakangan ini dapat kita lihat di jalanan Jakarta motor-motor yang dimodifikasi dengan gaya touring. Gagah sekali kelihatannya. Bahkan teman kantor saya sampai ada yang bilang, "Gagahnya serasa naik Harley </span><span style="font-style: italic; font-family: verdana;font-family:verdana;font-size:85%;" >(Davidson -red)</span><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >." </span><br /><div style="text-align: left;"><br /><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Bagaimana halnya dengan skuter? Rasanya sejauh ini jarang terlihat yang dimodifikasi ala touring. Kalau cuma pasang box samping dan belakang plus windshield, saya rasa sudah banyak. Tapi entah kenapa, bagi saya masih terlihat kurang </span><span style="font-style: italic; font-family: verdana;font-family:verdana;font-size:85%;" >all out</span><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >. Imajinasi saya pun mulai liar untuk menemukan bentuk modifikasi yang cocok untuk Vario saya. </span><br /><br /><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Demi memuaskan rasa penasaran saya, akhirnya sekian banyak website pun saya jelajahi untuk mencari referensi yang pas sesuai bayangan di kepala. Mata dan jemari ini mulai berkarya lewat Photoshop. </span><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Hasilnya...<br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://img115.imageshack.us/img115/7623/gorbobfvprototype01gg2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px;" src="http://img115.imageshack.us/img115/7623/gorbobfvprototype01gg2.jpg" alt="" border="0" /></a><br /></div><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" ><span style="font-style: italic;">Not bad</span>, lah... Namun setelah saya pikir-pikir kembali, rasanya koq tidak sesuai proporsi aslinya ya. Design ini terlihat lebih cocok seandainya Vario dibuat 250 cc ke atas. Saya pun kembali berkutat dengan Photoshop di sela-sela kesibukan pekerjaan. Saya coba untuk memodifikasi kembali hasil karya saya itu supaya ketemu bentuk yang lebih proporsional tapi tidak harus ideal.<br /><br /></span><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" >Dan hasilnya...<br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://img291.imageshack.us/img291/7982/variotourrealir4.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px;" src="http://img291.imageshack.us/img291/7982/variotourrealir4.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><div style="text-align: left;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Saya jauh lebih puas dari sebelumnya. Mudah-mudahan suatu hari nanti bisa terealisasi. :)</span></span> </div>gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-20585082700514400212007-02-11T13:05:00.000+07:002007-02-02T14:35:26.706+07:00Selonjoran Dulu Aah...Memang sebaiknya kenyamanan berkendara pada kendaraan roda dua dinomorsatukan, terlebih kendaraan yang digunakan untuk harian. Kondisi iklim dan cuaca di Indonesia yg tropis cenderung menghasilkan suhu udara yang panas, terlebih bagi pengguna skuter yg seringnya berada di perkotaan atau daerah yang cukup banyak kendaraan bermotornya. Cuaca panas inilah yang dapat mengurangi kenyamanan berkendara.<br /><br /><span style="font-weight: bold;"></span><span style="font-style: italic;"></span>Posisi berkendara selonjor jelas bisa menambah kenyamanan. Contoh pada produk lain saya temukan di sofa jenis <span style="font-style: italic;">Lazy Boy. </span>Kalau difungsikan maka sofa itu akan membuat badan kita selonjor dan lebih relax. Pengaplikasian posisi duduk selonjor pada kendaraan roda dua jelas akan membantu mengurangi stress di jalan. Contoh lain pengaplikasian posisi duduk seperti ini bisa ditemukan pada produk kendaraan roda dua yang memang untuk berkendara jauh, seperti motor-motor Harley Davidson dan produk-produk bertipe maxi scooter.<br /><br />Nyaman diduduki, nyaman pula dikendarai berlama2. Bisa2 cuaca panas pun sudah nggak terlalu dipermasalahkan. :)gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6862684450802763858.post-88328775198367732642007-02-02T13:00:00.000+07:002007-02-11T13:19:51.598+07:00Motor vs BanjirJakarta, ibukota Indonesia yang identik dengan kemewahan dan gemerlap lampu-lampu malamnya, ternyata masih tidak berkutik ketika banjir melanda. Hujan deras terus menerus selama sekitar 3 hari 2 malam kontan membuat kondisi jalanan menjadi macet. Bahkan beberapa rute yang umum digunakan masyarakat terpaksa ditutup karena sudah tidak bisa dilalui oleh kendaraan bermotor. Menurut <a href="http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/02/tgl/02/time/130417/idnews/737518/idkanal/10">Detik.Com</a>, ketinggian air di beberapa daerah banjir di Jakarta sudah mencapai 3 meteran! Gila!<br /><br />Tadi pagi, saya yang terpaksa menginap di kantor, akhirnya bisa juga pulang dengan menggunakan jasa busway. Sewaktu saya naik jembatan penyeberangan, macet sudah terlihat sangat padat dan sangat panjang! Yang menarik perhatian saya adalah, ternyata ruas jalanan yang sedemikian lebarnya justru lebih banyak dikonsumsi oleh kendaraan roda empat dan bus kota. Sementara motor hanya menempati porsi jalan yang jauh lebih sedikit, bahkan sangat sempit. Saya langsung teringat rencana Sutiyoso melarang roda dua masuk ke jalan protokol, khususnya Sudirman - Thamrin.<br /><br />Memang sih, banyak pengendara roda dua yang masih tidak tertib aturan. "Aturan dibuat untuk dilanggar", begitu kira-kira anekdotnya. Mungkin lucu bagi mereka, tapi bagi saya sih nggak lucu sama sekali tuh. Saya hanya bisa maklum apabila saya sedang naik skuter kemudian menjadi korban pelampiasan sentimen dari para pengguna mobil. Padahal saya sudah berusaha untuk safety riding. Benar-benar tidak adil, tapi kepada siapa saya harus mengadu? Serasa puasa bulan Ramadhan setiap hari. Hehehe...<br /><br />Sepanjang perjalanan di dalam bus Trans Jakarta, saya dan penumpang lainnya disuguhi sebuah pemandangan yang cukup bisa membuat hati gelisah. Tepatnya di depan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, banjir terlihat sudah mulai menenggelamkan keempat roda sebuah sedan yang sedang terjebak kemacetan. Dua orang teman yang kebetulan bekerja sebagai sales produk obat-obatan terpaksa kembali ke kos karena banjir sudah meluas. Teman saya yang satu mengatakan banjir di Rasuna Said sudah setinggi paha. Yang satunya lagi bahkan sudah mencoba beberapa rute yang biasa dilaluinya, namun semuanya ditutup karena banjir. Saya membayangkan hari ini Jakarta lumpuh, mungkin banyak orang yang menerima surat peringatan dari tempat kerjanya, dipotong cuti, dipotong gaji, dan dimarahi atasan. Bahkan mungkin juga ada yang kehilangan kesempatan mencari nafkah hari ini. Semua karena banjir.<br /><br />Setelah mandi, saya kembali berangkat ke kantor dan masih menggunakan jasa busway. Kali ini pemandangan di depan kampus Atma Jaya menjadi lebih mengerikan lagi. Jalur lambat hilang sama sekali ditelan air kotor berwarna coklat. Bus dan motor terpaksa masuk ke jalur cepat. Sampah-sampah berat juga banyak yang terbawa arus air hingga masuk ke tengah jalur cepat: ada potongan kayu, ada sandal jepit, ada keranjang sampah anyaman... Menyedihkan.<br /><br />Melihat kondisi itu sambil membayangkan mereka yang bekerja di Pemda DKI membuat saya emosi jiwa!<br />"Hei, Bang Yos! Ngapain repot-repot ngelarang motor masuk jalan protokol?! Kalo kami dilarang masuk ke sana, tolong larang juga banjir dan sampah-sampah untuk masuk ke jalan protokol!!! Kami minta pertanggung jawaban Pemda DKI terhadap uang pajak kami!"<br />Kurang lebih seperti itulah bunyi uneg-uneg yang ada di kepala saya saat ini. Mudah-mudahan ada yang baca dan bisa merealisasi Pelarangan Banjir Masuk Jalan Protokol. Trotoar aja bisa koq dilebarin, masa bikin got yang bagus aja nggak bisa sih? ;)<br /><br />Untungnya sekarang hujan sudah reda. Biarlah cuaca cerah dan matahari menurunkan tinggi air dan membuat suasana kembali jernih. Bagi kita pengendara roda dua, berikut ada beberapa tips dalam rangka mengantisipasi datangnya banjir. Saya kutip dari tulisan Bayu Adhiwarsono alias Kang Ube di salah satu milis skuter matik. <p>1. Selalu bawa plastik ukuran kecil dan besar, untuk membungkus tas atau sepatu.</p> <p>2. Jas Hujan juga wajib bawa.</p> <p>3. Pakaian cadangan satu stel, mulai dari pakaian dalem, baju, celana, jaket.</p> <p>4. Selalu bawa kunci, terutama kunci 8, untuk buka cvt.</p> <p>5. Bawa busi cadangan.</p> <p>6. Selalu hati2 mengarungi genangan banjir, ikuti alur roda kendaraan di depan, untuk mengindari mendadak masuk lubang.</p> <p>7. Banjir tinggi? Mending balik arah atau berhenti deh ! Motor kita kan bukan Jetski.</p><br /><br />---<br /><br />Lewat mana pun nantinya, pengendara roda dua pasti akan kembali dirugikan oleh banjir.<br /><br />Salam basah-basahan!gorbomanhttp://www.blogger.com/profile/08010326602099545622noreply@blogger.com1